Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI DAN PERENCANAAN KEHAMILAN


SEHAT TERHADAP Ny. B DI PMB SUPADMI
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:
DYLA NABILLA
PO 71242220031

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN KADEMIK2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Masa Pra Konsepsi dan
Perencanaan Kehamilan Sehat” guna memenuhi tugas Stase pra konsepsi dan
perencanaan kehamilan sehat program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi
tahun 2022.

Jambi, Desember 2022

Mahasiswa

Dyla Nabilla
PO.71242220031

Mengetahui :

Perseptop Akademik Perceptor Klinik

(Paulin Kusmaryati,SST,B.Md) (Supadmi)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi

dan perencanaan kehamilan sehat Pada Ny. B dengan riwayat pemakaian KB suntik 3

bulan.

Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik

kebidanan stase pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat yang merupakan salah

satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi

kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Jambi.

2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes

Jambi .

3. Paulin Kusmaryati,SST,B.Md selaku dosen pembimbing institusi di Poltekkess

Kememkes Jambi.

4. Supadmi selaku pembimbing lahan praktik (CI) di PMB

5. Kakak-kakak bidan dan rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam

laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis

sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan

dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari

ii
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang

berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Desember 2022

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena

itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses

kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi

janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik. Hal-

hal yang perlu dipersiapkan pada kehamilan misalnya pengaturan nutrisi ibu hamil.

Nutrisi yang baik juga berperan dalam proses pembentukan sperma dan sel telur

yang sehat. Nutrisi yg baik berperan dalam mencegah anemia saat kehamilan,

perdarahan, pencegahan infeksi, dan pencegahan komplikasi kehamilan seperti

kelainan bawaan dan lain-lain. Dalam persiapan kehamilan juga sebaiknya

dilakukan skrining penyakit- penyakit seperti penyakit infeksi yang berisiko

menular pada janinnya misalnya Hepatitis, HIV, Toxoplasma dan Rubella), penyakit

yang dapat diperberat dengan kondisi kehamilan misalnya diabetes Mellitus,

epilepsi, penyakit jantung, penyakit paru, hipertensi kronis (Anon, 2017).

Data Riskesdas 2017, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan

kadar hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara

kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Peningkatan proporsi ibu hamil

usia 15- 19 tahun dengan KEK dari 31,3% pada tahun 2010 menjadi 38,5% pada

tahun 2013. Ketidak siapan kondisi fisik dan mental saat kehamilan ini maka akan

berdampak pada saat menjadi ibu dan menjalani proses pengasuhan dari masa emas

bayi dan balita. Riskesdas (2017) juga menemukan bahwa dampak dari situasi ini

1
adalah kurang maksimalnya kesehatan saat hamil, ketidaksiapan ibu untuk hamil

serta keputusan untuk pengguguran kandungan yang tidak aman (Kemenkes, 2017).

KB merupakan salah satu program pemerintah yang merupakan upaya

pemerintah untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Hal ini

terdapat dalam UU No 10 Tahun 1991 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera.KB juga memberikan keuntungan ekonomi pada

pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat. Perencanaan KB harus dimiliki oleh

setiap keluarga termasuk calon pengantin, misalnya kapan usia ideal, bagaimana

perawatan kehamilan, serta tibu-tibu bahaya dalam kehamilan (Purwoastuti, TE, dan

Walyani, 2015: 182-183).

Kontrasepsi suntikan memiliki efek samping diantaranya yaitu berat badan

meningkat, perdarahan tidak teratur dan amenorhea (Everet, S, 2012:170).

Pemberian kontrasepsi suntikan paling sering menimbulkan amenorhea. Gangguan

haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan

(Soekaemi, 2016:MK-45).

Amenorhea dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi yang berbeda. evaluasi

sistematis termasuk riwayat rinci, pemeriksaan fisik, dan penilaian laboratorium

terhadap kadar hormon serum yang dipilih biasanya dapat mengidentifikasi

penyebab yang mendasarinya. Amenorhea primer, yang menurut definisinya adalah

kegagalan mencapai menarche, seringkali merupakan hasil penyimpangan

kromosom yang menyebabkan insufisiensi ovarium primer (misalnya, sindrom

Turner) atau kelainan anatomis (misalnya agenesis Müllerian). Amenorhea sekunder

2
didefinisikan sebagai penghentian menstruasi reguler selama tiga bulan atau

penghentian menstruasi tidak teratur selama enam bulan (Klein, 2016:1).

Amenorhea dapat terjadi akibat pemakaian kontrasepsi suntik yang berisi Depo

Medroksiprogesteron Asetat (DMPA). Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Setyaningrum, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama pemakaian

DMPA dengan Siklus menstruasi, lama menstruasi dankejadian spotting. Semakin

lama penggunaan maka jumlah darah menstruasi yang keluar juga semakin sedikit

dan bahkan sampai terjadi amenorhea (Sety, 2016: 61).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh

tentang proses manajemen asuhan kebidanan pra konsepsi dan perencanana

kehamilan sehat pada ibu dengan riwayat akseptor KB suntik 3 bulan dengan

amenore di Puskesmas Pall Merah I tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu asuhan

kebidanan pada ibu pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat

KB suntik 3 bulan.

C. Tujuan

1. Mampu melakukan pengkajian data dengan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Mampu melakukan Interpretasi data dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial pada klien

ibu pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik 3

bulan.

3
4. Mampu melakukan tindakan segera kepada klien ibu pra konsepsi dan

perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik 3 bulan.

5. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada klien ibu pra

konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik 3 bulan.

6. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada klien ibu

pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik 3

bulan.

7. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada klien

ibu pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik 3

bulan.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan iptek khususnya

mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada ibu pra konsepsi dan

perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik, serta dapat menjadi

dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan Poltekkes Kemenkes

Jambi sehingga menjadikan sumber ilmu bagi pembaca.

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan serta dapat

mengaplikasikan apa yang telah di dapat dalam penanganan kasus pada ibu pra

konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntikan DMPA

1. Pengertian

a. Kontrasepsi Suntikan DMPA yaitu suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3

bulan sekali (Purwoastuti, 2015: 203).

b. Kontrasepsi Suntikan DMPA yaitu KB suntik yang berisi hormon

progesteron saja. Jenis kontrasepsi ini sangat efektif, aman dan dapat dipakai

oleh semua wanita usia reproduksi. Kontrasepsi ini juga cocok untuk ibu

menyusui karena tidak menekan produksi ASI. Akan tetapi kembalinya

kesuburan cukup lama yaitu rata-rata 4 bulan (Yuhedi, LT dan Kurniawati,

T, 2015:80).

c. Kontrasepsi Suntikan DMPA mengandung 150 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuscular (di daerah bokong) (Koesno, 2016:MK-43).)

2. Patofisiologi Suntikan DMPA Membuat Tidak Subur

a. Mencegah ovulasi.

b. Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.

c. Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi. d. Menghambat transfortasi

gamet oleh tuba (Koesno, 2016: MK-43).

5
3. Indikasi dan Kontra-indikasi SuntikanDMPA

a. Indikasi

1) Usia reproduksi, yaitu wanita dengan keadaan organ reproduksi yang

berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.

2) Nulipara (belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup di luar

rahim)dan yang telah memiliki anak.

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas

tinggi.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6) Setelah abortus atau keguguran.

7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8) Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan

darah atau anemia bulan sabit.

9) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung astrogen.

10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

11) Anemia defisiensi besi yaitu berkurangnya penyediaan besi untuk

eritropoesis, karena cadangan besi kosong yang mengakibatkan

pembentukan hemoglobin berkurang (Koesno, 2016: MK-45).

Kontra-indikasi 1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per

100.000 kelahiran). 2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya. 3) Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenorhea.

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 5) Diabetes

mellitus (tingginya kadar glukosa darah) disertai komplikasi (Koesno,

2016:MK-45).

6
b. Cara Penggunaan

DMPA disuntikkan intra muskular setiap 12 minggu. Dengan

kelonggaran batas waktu suntik, bisa diberikan kurang dari 1 minggu atau

lebih 1 minggu dari patokan 12 minggu (Suratun, dkk, 2017:69).

4. Kelebihan dan Kekurangan suntikan DMPA

a. Kelebihan

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

4) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI(Koesno, 2016:MK-44).

b. Kekurangan

1) Sering ditemukan gangguan haid seperti: siklus haid memendek atau

memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak

teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.

2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali untuk suntikan).

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.

4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5) Tidak menjamin terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B

virus atau infeksi virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian (bukan

karena kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (Koesno, 2016:

MK-44).

7
5. Efek Samping Suntikan DMPA

d. Gangguan haid

1) Amenorhea, adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti KB

selama 3 bulan berturut-turut atau lebih (Suratun, dkk, 2017: 72).

Gangguan tidak haid (Amenore) selama menggunakan KB Hormon

(suntik) adalah wajar karena itu pengaruh dari KB Hormonal tersebut.

Obat KB ini berfungsi menekan hormon reproduksi wanita, yaitu

estrogen dan progesteron (Suratun, dkk, 2017: 74).

Walaupun suntikan hormonal dihentikan terkadang tidak langsung

berdampak (langsung bisa haid) karena akumulasi obat tadi yang

tersimpan dalam lemak tubuh yang butuh waktu untuk terurai.

Walaupun telah berhenti ber-KB hormon biasanya butuh waktu

tubuh untuk menguraikan obat yang terakumulasi dan biasanya

membutuhkan 6 bulan lebih.

1. Cara KB yang dipilih tentu berpengaruh terhadap status kesuburan

karena KB berfungsi untuk mencegah ovulasi. Namun hal ini akan

normal kembali saat KB dihentikan.

2. Prinsip obat yang digunakan untuk menyuburkan kembali adalah

memicu ovulasi sel telur dan memicu timbulnya haid.

Konsumsi vitamin oleh suami, tergantung pada kondisi suami

terutama kondisi spermanya.

3. Masa subur pada tiap orang berbeda-beda tergantung dari panjangnya

siklus haid. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan.

2) Spotting, adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi

selama akseptor mengkitui KB suntik.Suntikan DMPA pada umumnya

8
menyebabkan ketidak seimbangan hormonyaitu hormon progesteron

meningkat sedangkan estrogen menurun, menurunnya estrogen

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan folikel dan menghambat

penebalan dinding endometrium sehingga menimbulkan perdarahan

bercak dengan durasi yang bervariasi (Suratun, dkk, 2017: 72).

3) Metrorhagie, adalah perdarahan yang berlebihan diluar siklus haid.

Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen

sementara hormon progesteron tetap terbentuk. karena persistensi folikel

yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi pada siklus haid dan

pembentukan corpus luteum. Dalam situasi tertentu terjadilah hiperplasia

endometriumatau endometrium yang terus menebal sehingga terjadi

perdarahan yang berlebihan diluar siklus haid. Pada umumnya akseptor

KB suntikan depo progestin akan mengalami hal ini pada awal

pemakaian, hal tersebut merupakan mekanisme penyesuaian diri

terhadap hormone (Suratun, dkk, 2017: 72).

4) Menometorhagie, adalah datangnya darah haid yang berlebihan

jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid. Menometorhagie terjadi akibat

ketidak seimbangan hormon. Pada umumnya akseptor KB suntikan

DMPA akan mengalami hal ini pada awal pemakaian, hal tersebut

merupakan mekanisme penyesuaian diri terhadap hormon (Suratun, dkk,

2017: 72).

e. Perubahan berat badan (Suratun, dkk, 2017:75).

Penggunaaan alat kontrasepsi hormonal dapat menimbulkan berbagai

efek samping yang salah satu di antaranya adalah perubahan berat badan

akseptor. Hal ini disebabkan oleh hormon progesteron yang mempermudah

9
terjadinya perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di

bawah jaringan kulit bertambah. Penambahan berat badan merupakan salah

satu efek samping yang sering dikeluhkan oleh akseptor kontrasepsi

hormonal terutama kontrasepsi hormonal suntik KB DMPA (Sari, 2015: 68).

Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak

dan disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya

penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi

lemak (Rahmawati, 2018: 2).

Beberapa studi penelitian didapatkan peningkatan berat badan akibat

penggunaan kontrasepsi DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh

dan adanya hubungan dengan regulasi nafsu makan.Salah satu studi

menemukan peningkatan nafsu makan yang dilaporkan sendiri oleh wanita

yang menggunakan kontrasepsi DMPA setelah 6 bulan. Hal ini dapat

dihubungkan dengan kandungan pada DMPA yaitu hormon progesteron, ya

ng dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus

sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan nafsu makan (Sari, 2015: 68).

B. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam 47

pemberian pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir

melalui tindakan logika dalam memberi pelayanan (Varney, 2007).

10
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut helenvarney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah aktual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.

Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa

yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan

sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh

bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru

11
segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada klien. (Varney, 2007).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup

nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan

12
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan 50

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Salmah, 2016: 171).

C. Teori EBM (Evidence Based Midwifery)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,

1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

13
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,

2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

14
internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain.

a. Hubungan lama pemakaian Dengan Efek Samping Kontrasepsi Suntik 3

Bulan Pada Akseptor Kb (Harahap, Dkk, 2020).

Program KB merupakan salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan kualitas penduduk. Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang

menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik 3 Bulan, ini disebabkan karena

aman, efektif, sederhana dan murah. Namun demikian KB suntik 3 Bulan

juga memiliki banyak efek samping berupa amenorea, spotting dan

menoragia seperti halnya kontrasepsi lainnya, maka dijumpai pula keluhan

mual, sakit kepala dan pusing. Penelitian ini adalah penelitian analitik

dengan pendektan cross sectional dengan jumah populasi 92 orang dan

tekhnik pengambilan sampel yaitu total populasi sebanyak 92 orang akseptor

KB suntik 3 Bulan dan di analisa dengan uji Chi-square. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan lama pemakaian dengan efek samping

KB suntik 3 Bulan pada akseptor KB di Klinik Bidan Tapiani dengan nilai P

= 0,000 (α < 0,05).Jadi dapat disimpulkan ada hubungan lama pemakaian

dengan terjadinya efek samping pada akseptor KB, disarankan kepada

petugas kesehatan agar membantu dalam menentukan kontrasepsi yang

cocok pada akseptor dalam upaya meminimalisir terjadinya efek samping

KB suntik 3 Bulan pada akseptor KB.

b. Gambaran Karakteristik Akseptor Kb Suntik 3 Bulan Dengan Amenorea

Sekunder Di Bpm Bidan “S” Curug Tangerang 2017 (Setyaningsih, 2017).

Berdasarkan hasil survey Januari - April 2017 jumlah aksetor KB

suntik 3 bulan di BPM Bidan “S” Curug Tangerang sebanyak 425 orang.

15
Dari data tersebut didapat akseptor KB suntik 3 bulan yang tidak mengalami

efek samping yaitu 98 23%, dan yang mengalami efek samping dari KB

suntik 3 bulan sebanyak 77%, terdiri dari yang mengalami amenore

sebanyak 75%, yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 19,5%, dan

yang mengalami spoting 5,5%. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui gambaran karakteristik akseptor KB suntik 3 bulan dengan

amenorea sekunder berdasarkan usia, paritas, lama KB, lama mengalami

gangguan haid. Metodologi dalam karya tulis ini menggunakan jenis metode

deskriptif. Tempat adalah BPM Bidan “S” Curug Tangerang. Desain

penelitian yang dipakai adalah ”Cross Sectional”. Dengan jumlah populasi

315 orang. Besar sampel yang diambil 76 responden dan tekhnik

pengambilan samplenya dengan ”Non Probability Sampling” metode yang

digunakan adalah “Accidental sampling”. Data dikumpulkan dengan data

sekunder melalui rekam medik. Analisa data yang digunakan adalah analisa

univariat. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu berdasarkan usia, 76 lebih

dari setengahnya berusia 20-35 sebayak 56 orang (73,7%). Berdasarkan

paritas, dari 76 lebih dari setengahnya akseptor grande multipara sebanyak

48 orang (63,1%). Berdasarkan lama ber-KB dari 76 setengahnya dengan

lama berKB ≥ 24 bulan sebanyak 41 orang. Berdasarkan lama mengalami

gangguan dari 76 kurang dari setengahnya mengalami gangguan haid 6 – 10

tahun sebanyak 31 orang.

c. Gambaran Efek Samping Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor Kb Suntik (Sari,

Dkk, 2015).

Metode alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan di DIY adalah

metode suntik dan Kabupaten Sleman memiliki jumlah peserta KB suntik

16
terbanyak di Provinsi DIY. Pengguna KB suntik berdasarkan pada faktor

risiko menurut usia dan faktor risiko menurut paritas menunjukkan bahwa

masih banyak akseptor KB yang tidak memakai alat kontrasepsi berdasarkan

pada pola penggunaan kontrasepsi rasional sehingga akan menimbulkan

berbagai efek samping yang mungkin terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran efek samping kontrasepsi suntik pada akseptor KB

suntik. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Lokasi

penelitian di Puskesmas Kalasan dengan subjek penelitian ibu akseptor KB

suntik sebanyak 41 responden. Adapun instrumen yang digunakanya itu

angket. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian

menunjukkan karakteristik akseptor KB berdasarkan umur dan paritas belum

memenuhi pola kontrasepsi rasional. Efek samping yang dialami akseptor

KB suntik berupa gangguan menstruasi, perubahan berat badan, pusing dan

sakit kepala mayoritas dialami oleh akseptor KB suntik DMPA. Sedangkan

efek samping mual mayoritas dialami oleh akseptor KB suntik cyclofem.

17
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI

Tanggal Pengkajian : 28 November 2022, pukul 10.15 WIB


Tempat Pengkajian : PMB
Oleh : Dyla Nabilla

A. Subjektif
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. B Nama : Tn. A
Umur : 28 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Padang Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : RT 26 The Hok Alamat : RT 26 The Hok
No.Telp : 0813xxxxxxx No.Telp : 0812xxxxxxxx
2. Alasan datang
Konseling perencanaan kehamilan
3. Keluhan Utama
Menstruasi tidak lancar setelah memakai kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 3
tahun
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 30 hari/bulan, teratur, lama ±4-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 3 kali/hari 3 hari awal pertama,
hari berikutnya 1-2 kali ganti pembalut
d. Dismeorhe : Tidak ada.
e. HPHT : Lupa
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah
menstruasi, tidak gatal, tidak berbau
5. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu
a. Anak pertama lahir tahun 2016

18
b. Jenis kelamin laki-laki
c. Status imunisasi TT : T4
6. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Klien dan pasangan belum mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi dan
perencanaan kehamilan
7. Riwayat Kesehatan
a. Ibu : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS. Status TT3 tahun 1999 (SD Kelas
1,2 dan 6).
b. Suami : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Ibu : Tidak ada
b. Suami : Tidak ada
9. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Ibu : Tidak ada
b. Suami : Merokok
10. Riwayat Keluaga Berencana
Menggunakan KB suntik lamanya 3 tahun berhenti sejak 3 bulan lalu
11. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi,
ayam, telur, daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur
(khususnya Ny. B). Minum air putih 8-9 gelas sehari, suka
mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi.
Tidak ada pantangan/alergi makanan

b. Eliminasi :

19
(a) Ibu : BAB 1 kali sekali, kadang-kadang keras, warna
kuning khas, tidak ada keluhan sakit saat BAB.
BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih
(b Suami : BAB 1 kali sehari. BAK 4-6 kali sehari, tidak
) nyeri saat berkemih
c. Istirahat : jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam
d. Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah. Setelah BAK atau
BAB dikeringkan menggunakan tisu.
f. Riwayat Pernikahan
Pasangan menikah tanggal 28 November 2015.
1) Ibu : pernikahan yang pertama
2) Suami : pernikahan yang pertama
g. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua ibu dan Suami
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak menunda
kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak. Tidak ada
budaya tertentu yang berhubungan dengan pernikahan.
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Ibu Suami
a. Keadaan Umum : baik Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis Kesadaran :composmentis
c. Antropometri :
BB : 55 kg BB : 60 kg
TB : 158 cm TB : 168 cm
IMT : 21,88 kg/m2 IMT : 22,36 kg/m2
LILA : 24 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg TD : 120/70 mmHg
N : 79 x/menit N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 22 x/menit

20
2. Pemeriksaan Fisik
1) Ibu
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
berkenaan dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
(6) Dada : tidak dilakukan
(7) Abdomen : tidak dilakukan
(8) Anogenital : tidak dilakukan
2) Suami
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak terkaji
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal ......
Ibu
1) Golongan Darah :O
2) Rhesus : (+)
3) HB : 12,4 g/dL ( Normal 12 – 15 g/dL)
4) HIV : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)
6) IMS (Sifilis) : Non Reaktif (-)
Suami
1) Golongan Darah :A
2) Rhesus : (+)
3) HB : 15,1 g/dL (Normal 14 – 18 g/dL)
4) HIV : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)

21
6) IMS (Sifilis) : Non Reaktif (-)

C. Analisa Data
Pasangan usia subur Ny. B Usia 28 tahun dan Tn. A usia 28 tahun dengan
perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat KB suntik 3 bulan selama 3 tahun

D. Penatalaksanaan
Tanggal/ Tindakan
Jam
28/11/2022
10.45 WIB 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan Suami bahwa secara
umum keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal,
hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, ibu dan suami
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi nya dalam keadaan baik
akan membuat psikologis pasangan tenang dan tidak khawatir
sehingga keadaannya tetap dalam keadaan baik.
Hasil : pasangan mengetahui bahwa kondisinya sekarang dalam
keadaan baik
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan tidak menstruasi selama
pemakaian kontrasepsi KB suntik 3 bulan sampai dengan saat ini
(berhenti KB sudah 3 bulan) disebabkan oleh karena akumulasi obat
tadi yang tersimpan dalam lemak tubuh yang butuh waktu untuk
terurai. Walaupun telah berhenti ber-KB hormon biasanya butuh
waktu tubuh untuk menguraikan obat yang terakumulasi dan biasanya
membutuhkan 6 bulan lebih.
Rasionalisasi : dengan mengetahui penyebab amenore ibu menjadi
tenang dan tidak khawatir
Hasil : pasangan mengetahui penyebab amenere
3. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan sehat jika
ingin mempersiapkan kehamilan, mencukupi kebutuhan nutrisi
seperti zat besi, folat, protein, dan kalsium sangat penting dilakukan.
Dengan begitu saat kehamilan benar-benar terjadi, tubuh ibu sudah

22
siap untuk menjalaninya. Jenis makanan sehat untuk perempuan yang
sedang mempersiapkan kehamilan adalah sayuran hijau, buah-buahan,
dada ayam, ikan, susu, dan biji-bijian utuh seperti gandum.
Rasionalisasi : agar terpenuhi nutrisi ibu untuk mempersiapkan
kehamilan sehat
Hasil : pasangan mengetahui manfaat konsumsi makanan sehat.
4. Mengkonsumsi vitamin prenatal Mengonsumsi vitamin prenatal secara
teratur juga penting untuk Ibu yang ingin segera hamil setelah lepas
KB suntik 3 bulan.
Rasionalisasi : Vitamin ini akan membantu tubuh bersiap-siap,
sehingga kehamilan yang terjadi bisa berjalan dengan sehat.Salah satu
jenis vitamin prenatal yang penting dikonsumsi adalah folat. Para ahli
menyarankan, perempuan yang sedang menjalani program hamil untuk
minum 400 mcg suplemen asam folat secara teratur, mulai dari satu
bulan sebelumnya.
Hasil : pasangan mengetahui manfaat vitamin prenatal dan mau
konsumsi vitamin prenatal
5. Menjelaskan dampak buruk merokok terhadap kesehatan suami dan
Ibu serta bahaya dari kandungan zat adiktif dan karsinogenik dari
rokok yang dapat mengurangi kualitas sperma, membahayakan
kehamilan bila saat hamil terpapar asap rokok. Serta menganjurkan
Suami untuk mulai mengurangi merokok, serta menyarankan merokok
di luar rumah sehingga keluarga terhindar dari paparan asap rokok;
kedua catin memahami apa yg disampaikan bidan.
Rasionalisasi : Agar Suami termotivasi berhenti merokok dan
pasangan mengetahui informasi mengenai bahaya merokok
Hasil : Pasangan mengetahui bahaya merokok terhadap kualitas
sperma dan bahaya pada kehamilan
6. Menganjurkan ibu dan suami menjaga pola makan seimbang,
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam
natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji,
mencegah stress berlebihan, menghentikan kebiasan merokok,
melakukan olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan secara rutin.

23
Rasionalisasi : Agar pasangan berpola hidup sehat
Hasil : Pasangan mengetahui informasi terkait penyakit keturunan
yang berpotensi pada diri pasangan, akan menjaga pola makan dan
pola sehat kehidupan
7. Menganjurkan Ibu untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan
berserat seperti buah, sayur, dan agar untuk membantu melancarkan
BAB, Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan
Rasionalisasi : Untuk persiapan perencanaan kehamilan dan pola
hidup sehat
Hasil : Pasangan mengetahui informasi menu gizi seimbang tinggi
sehat untuk kebutuhan tubuh catin dan perencanaan kehamilan
8. Menjelaskan kepada Ibu bahwa status imunisasi TT saat ini sudah T4
yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah 10
tahun dan belum seumur hidup, sehingga Ibu masih perlu diberikan
suntik imunisasi TT satu kali lagi, Ibu mengerti keadaannya.
Rasionalisasi : Melakukan skrining TT untuk menentukan status TT
Hasil : Ibu mengetahui status TT nya yaitu TT4

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena itu

perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan

yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi

fisik dan psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik. Hal-hal yang perlu

dipersiapkan pada kehamilan misalnya pengaturan nutrisi ibu hamil. Nutrisi yang baik

juga berperan dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Nutrisi yg

baik berperan dalam mencegah anemia saat kehamilan, perdarahan, pencegahan infeksi,

dan pencegahan komplikasi kehamilan seperti kelainan bawaan dan lain-lain. Dalam

persiapan kehamilan juga sebaiknya dilakukan skrining penyakit- penyakit seperti

penyakit infeksi yang berisiko menular pada janinnya misalnya Hepatitis, HIV,

Toxoplasma dan Rubella), penyakit yang dapat diperberat dengan kondisi kehamilan

misalnya diabetes Mellitus, epilepsi, penyakit jantung, penyakit paru, hipertensi kronis

(Anon, 2017).

Konseling pra konsepsi merupakan suatu konseling yang diberikan sebelum

terjadinya kehamilan untuk pasangan usia subur. Konseling pra konsepsi 3 berisi

tentang saran dan anjuran mengenai segala sesuatu yang perlu diupayakan untuk

persiapan menuju terjadinya proses konsepsi atau pembuahan (Triyana, 2016).

Pada kasus yang penulis hadapi terhadap Ny. B yaitu perencanaan kehamilan

dengan riwayat penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 3 tahun dengan

amenore. Pada kasus tersebut penulis memberikan konseling tentang penyebab dari

amenore yang dihadapi ibu akibat dari penggunaan kontrasepsi KB suntik selama 3

tahun. Hal tersebut disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan hormon sehingga

endometrium mengalami perubahan histologi dimana progesteron dalam komponen

25
DMPA menekan LH sehingga endometrium menjadi lebih dangkal dan atropis dengan

kelenjar-kelenjar yang tidak aktif (Anggia, 2012)

Hormon progesteron dan estrogen yang terkandung dalam kontrasepsi suntik

menyebabkan berbagai efek samping sehingga pemakaian kontrasepsi suntik dianjurkan

maksimal 2 tahun atau 8 kali suntikan setelah itu ganti metode kontrasepsi lain untuk

memulihkan keseimbangan 4 hormon yang ada dalam tubuh (Anggia, 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian Harahap, dkk (2020), dimana Berdasarkan lama

pemakaian mayoritas responden memakai kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan lebih dari satu

tahun. Dari 59 responden lama pemakaian lebih dari 1 tahun yang mengalami efek

samping KB Suntik 3 Bulan berupa gangguan haid 51 orang (86,4%), yang mengalami

sakit kepala 8 orang (13,6%). Hasil analisa bivariat melalui uji statistik dengan

menggunakan uji Chi_square diperoleh nilai p value = 0,000 (α < 0,05) ), hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan lama pemakaian KB Suntik 3 Bulan dengan

terjadinya efek samping. Dari 33 orang responden dengan lama pemakaian kurang dari

1 tahun mayoritas mengalami sakit kepala, hal ini dipengaruhi karena belum terlalu

banyak penambahan progesteron, tetapi lebih kepada reaksi tubuh terhadap progesteron

sehingga hormon progesteron mengalami penekanan yang berujung pada penekanan

syaraf otak, stress dan riwayat penyakit migrain.

Penelitian lain mengatakan bahwa hasil penelitian dari 76 akseptor KB suntik 3

bulan yang mengalami amenorea sekunder sebagian kecil akseptor dengan lama berKB

<12 bulan (13,1%), kurang dari setengahnya akseptor dengan lama berKB 12-24 bulan

sebanyak (32,9%), dan lebih dari setengah akseptor dengan lama berKB ≥ 24 bulan

sebanyak (54%) (Setyaningsih, 2017).

26
Hal tersebut diperkuat lagi dengan penelitian Sari (2015) dimana Efek samping

yang dialami akseptor KB suntik berupa gangguan menstruasi, perubahan berat badan,

pusing dan sakit kepala mayoritas dialami oleh akseptor KB suntik DMPA.

gangguan pola haid yang terjadi tergantung lama pemakaian. Gangguan pola haid

yang terjadi seperti perdarahan bercak, perdarahan iregular, amenorea dan perubahan

dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang dan Efek pemakaian KB suntik

tiga bulan terhadap amenorea bertambah besar seiring dengan lamanya waktu

pemakaian KB suntik tiga bulan. Menurut Sunardiningtyas (2013) Semakin lama

penggunaan KB suntik 3 bulan, maka kejadian lama menstruasi menjadi berubah tidak

menstruasi sama sekali. Perubahan lama menstruasi tersebut disebabkan komponen

gestagen yang terkandung di dalam progesteron. Perubahan ini sejalan dengan

berkurangnya darah menstruasi pada akseptor KB suntik 3 bulan bisa merupakan tanda

suatu kehamilan.

Dari pembahasan diatas penulis berasumsi bahwa keluhan yang dirasakan ibu

yaitu amenore selama pemakaian KB suntik 3 bulan hingga saat ini disebabkan oleh

efek samping dari pemakaian KB suntik. Maka penulis memberikan konseling kepada

ibu tentang penyebab dari amenore dan memberikan penjelasan kepada ibu bahwa

untuk saat ini diperlukan mengembalikan kesuburan kandungan ibu dengan cara

menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan progesteron ibu dengan cara konsumsi

makanan dehat, konsumsi vitamin prenatal dan berolah raga.

27
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidnaan pada ibu pra konsepsi dan perencanaan

kehamilan sehat terhadap Ny. B 28 tahun dengan keluhan amenore riwayat

pemakaian KB suntik 3 bulan, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ny. B dengan keluhan amenore

riwayat pemakaian KB suntik 3 bulan, penulis telah mampu melakukan

pengkajian dengan baik. Pengkajian tersebut didapat dari pengumpulan data

yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di mana dari data pasien yaitu pasien

bernama Ny. R umur 28 tahun dengan keluhan amenore riwayat pemakaian KB

suntik 3 bulan. Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran

composmentis dan TTV dalam batas normal.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan Ny. R umur 28 tahun pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat

dengan riwayat pemakaian KB suntik 3 bulan, yang didapat dari data subjektif

dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini ibu mengalami masalah

amenore.

3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial

yang mungkin akan terjadi pada Ny. B hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang

dialami oleh Ny. merupakan keluhan yang normal terjadi pada ibu riwayat

pemakaian KB suntik 3 bulan.

28
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap

keluhan ibu, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Ny. B merupakan

keluhan yang normal terjadi pada ibu riwayat pemakaian KB suntik 3 bulan.

5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Ny. B

umur 28 tahun pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan riwayat

pemakaian KB suntik 3 bulan sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu dengan

memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami dan cara

penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan yang dialami ibu.

6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai

dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

B. Saran

1. Bagi Penulis/ Mahasiswa

Penulis yang bertugas sebagai Bidan merupakan ujung tombak dalam

menurunkan AKI dan AKB sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan

keterempilan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dan

berkualitas kepada masyarakat.

2. Bagi Lahan Praktik

Dalam memberikan pelayanan kebidanan Khususnya prakonsepsi dan

perencanaan kehamilan sehat, bidan yang bertugas hendaknya selalu

memberikan KIE kepada klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat

berupa Edukasi dan Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya

dalam pra konsepsi dan perencanana kehamilan sehat.

29
3. Bagi Instutusi

Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik

sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat

lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori yang

telah dipelajari.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anon, 2017. Proceeding of the National Academy of Sciencees [Diakses 11 Januari


2021].

American Journal of Sociology. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Harahap, L. J., & Amelia, L. (2020). Hubungan Lama Pemakaian dengan Efek Samping
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan pada Akseptor KB. Indonesian Journal of Health
Development, 2(2), 124–128.

Handayani, R., Fajarsari, D., & Suryani, E. S. (2010). Hubungan Lamanya Pemakaina
Kontrasepsi Unsik DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB
Suntik DMPA. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1), 16–27.

Glasier, A. Gebbie, A. 2012. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Edisi 4.


Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Profil kesehatan indonesia. (2018). Provil Kesehatan Indonesia 2018 (Vol. 1227, Issue
July). https://doi.org/10.1002/qj

Sari, S. W., Suherni, & Purnamaningrum, Y. E. (2015). Gambaran Efek Samping


Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Suntik. Kesehatan Ibu Dan Anak, 8(2), 30–
34.

Setyaningsih, P. H., & Kunci, K. (2017). GAMBARAN KARAKTERISTIK AKSEPTOR


KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN A MENOREA SEKUNDER DI BPM BIDAN “ S
” CURUG TANGERANG Keluarga Berencana menurut WHO. 35, 49–58.

Suherni, & Widyastuti, Y. (2015). Pengaruh Kelas Pranikah Terhadap Tingkat


Pengetahuan Tentang Perencanaan Kehamilan Pada Calon Pengantin Perempuan
Di Ic{Bupaten Sleman, Tahun 2014. Semlnar Kesehatan IllowuJudkan Yogyakarta
Sebagal Kota Lnduetrl Rlset, 231–239.

Suratun. Pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media; 2017

Saifuddin, A.B. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo

31

Anda mungkin juga menyukai