Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA


NY “A” DENGAN LUKA EPISIOTOMI
DERAJAT II DI KLINIK NAYYA MEDIKA
KARAWANG TAHUN 2021

OLEH :
ELA NURLAELA
NIM : 200702007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA
NY “A” DENGAN LUKA PISIOTOMI
DERAJAT II DI KLINIK NAYYA MEDIKA
KARAWANG TAHUN 2021

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I

Maryani, M.Keb
NIDN 00-2704-7509

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan hidyah-Nya yang
senantiasa dilimpahakan kepada penulis, sehingga bisa menyelasaikan laporan sebagai syarat
untuk menyelesaiakan Program Sarjana Studi Program Sarjana Kebidanan dan Pendidikan
Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Abdi Nusantara Jakarta.

Dalam penyusunan kasus ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis hadapi
namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :

1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abdi Nusantara Jakarta
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
Jakarta.
3. Ibu Maryani, M.Keb Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan
bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan
penulis.
4. Kedua orang tua, kakak dan adikku tersayang, serta keluarga besar yang selalu mendoakan,
memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih saying serta selalu member semangat kepada
penulis
5. Surachmat SH (suami),dr. Faisal Pratama, Rio Reifan, dan Felycia Angelica Putri anak-anak
tercinta yang sangat mendukung penulis dalam moril maupun materi dalam menyelesaikan
laporan kasus ini.
6. Teman tersayang Mahasiswa Abdi Nusantara, yang selalu mendukung dan membantu saat
penyusunan laporan kasus ini.

Dalam penulisan laporan ini, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna
bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Karawang, 22 September 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................................1
1. Tujuan Umum.....................................................................................................................1
2. Tujuan Khusus....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................2
A. Tinjauan Umum Tentang Nifas...........................................................................................2
B. Tinjauan Khusus Tentang Episiotomi..................................................................................10
C. Tinjauan Khusus Tentang Asuhan Pada Ibu Nifas Dengan Luka Episiotomi ....................14

BAB III DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN...............................................................17


BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput darah,
jaringan pada septum rekto vagina, otot-otot dan vasia perineun dan kulit
sebelah depan perineum. Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul
dari pihak ibu maupun pihak janin (Wiknjosastro, 2018).
Luka episiotomi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi, seperti kehilangan darah karena melakukan episiotomi terlalu
dini, infeksi karena terkontaminasi dengan urine dan feses, dispareunia, dan
hematoma lokal yang menyebabkan infeksi (Manuaba, 2017).
Angka kejadian infeksi karena episiotomi masih tinggi yaitu sekitar 4
juta orang (65,61%), dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang cara
perawatan episiotomi dan salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka episiotomi.
Penyebab infeksi diantaranya adalah bakteri eksogen (kuman dari luar),
autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), endogen (dari jalan
lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir (Gorback, 2016).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati, 2016).
Infeksi pada ibu nifas bisa disebabkan karena tindakan episiotomi.
Maka untuk mencegah terjadinya infeksi perlu diperhatikan khususnya pada
hari pertama post partum harus dijaga agar kuman-kuman dari luar tidak dapat
masuk ke dalam luka post episiotomi.
Dengan melihat data di atas dan masih tingginya kasus ibu nifas
dengan luka jahitan post episiotomi derajat II, maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul ”Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. A
dengan Luka Episiotomi Derajat II di klinik Nayya Medika Karawang”.
Dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut Varney.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk melakukan Asuhan Kebidanan kepada ibu nifas dengan luka
episiotomi derajat II.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik klimik mahasiswa mampu melaksanakan
keterampilan asuhan kebidanan nifas.
1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung

selama kira- kira 6 minggu (Sulistyawati, 2017).

2 Tahapan Masa Nifas

Menurut Sulistyawati (2017), tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga

tahapan, yaitu :

a. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam

dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh

alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6 – 8 minggu.

c. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan

tahunan.
3 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Perubahan fisiologis pada masa nifas meliputi :

a. Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-

angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan

keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Menurut

Saleha (2016), pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,

perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :

1) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotik

(layu atau mati) (Sulistyawati, 2016).

Penurunan tinggi fundus uteri hingga sampai menjadi normal

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.1. Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut Masa Involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari dibawah pusat 1.000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram
Sumber : Saleha (2009)

2) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang

nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa /

alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat

daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochae

berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada


setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan

adanya infeksi. Lochea mempunyai peruabahan warna dan

volume karena adanya proses involusi (Sulistyawati, 2017).

Menurut Sulistyawati (2017), lochea dibedakan menjadi 3

jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya, yaitu :

1. Lochea rubra / merah

Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 masa

post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

2. Lochea sanguinolenta

Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum.

3. Lochea serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar

pada hari ke 7 sampai hari ke 14.

4. Lochea alba / putih

Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2 – 6 minggu post

partum.

b. Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak

menganga seperti corong segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah- olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin

(Sulistyawati, 2017).

a. Vulva dan vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol (Sulistyawati, 2017).

c. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.

Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan

(dehidrasi, kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya

buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan

yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup

(Ambarwati, 2016).

d. Perubahan sistem perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid

tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya,

pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga

menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal

dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam

jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah

melahirkan (Marmi, 2018).

e. Sistem muskulosketetal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang

sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti

sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga

uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia


yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu.

Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara

perlahan-lahan (Saleha, 2019).

4. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Adaptasi psikologi masa nifas menurut Saleha (2016), terjadi pada

tiga tahap berikut ini :

1. Taking in period

Terjadi pada 1 – 2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat

bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu

lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang

dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2. Taking hold period

Berlangsung 3 – 4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif,

sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

3. Letting go period

Dialami setelah tiba ibu dan bayi di rumah. Ibu mulai secara penuh

menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau

merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Menurut Ambarwati (2016), kebutuhan dasar masa nifas meliputi :

a. Kebutuhan gizi

Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan

meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena

sehabis melahirkan dan untuk memproduksi ASI yang cukup untuk

menyehatkan bayinya. Semua itu akan meningkat tiga kali dari


kebutuhan biasa.

b. Ambulasi (early ambulation)

Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

selekas mungkin berjalan.

c. Eliminasi

Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3 – 4

jam. Defekasi biasanya 2 – 3 hari post partum masih sulit buang air

besar.

d. Kebersihan diri

Menurut Anggraini (2017), kebersihan diri meliputi :

1) Kebersihan alat genital

Menjaga kebersihan alat genital dengan mencucinya

menggunakan sabun dan air, kemudian daerah vulva sampai anus

harus kering sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali

selesai buang air besar atau kecil, pembalut diganti minimal 3

kali sehari. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum

dan sesudah membersihkan daerah genetalia. Menganjurkan ibu

membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan

daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,

baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

2) Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi

keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra

volume saat hamil. Pakaian yang digunakan harus longgar,

dalam keadaan kering dan juga terbuat dari bahan yang mudah

menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak.


3) Istirahat

Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit tidur. Seorang ibu

baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anakya atau

tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Anjurkan ibu supaya

istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

4) Seksualitas

Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh

maka coitus bisa dilakukan 3 – 4 minggu post partum. Secara

fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami isteri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau

dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk

melakukan hubungan suami isteri.

B. Tinjauan Khusus tentang Episiotomi


1. Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang

menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara,

jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit

sebelah depan perineum (Wiknjosastro, 2016).

2. Indikasi Episiotomi

Menurut Siswosudarmo dan Emilia (2018), episiotomi tidak dianjurkan

untuk dilakukan secara rutin karena memiliki beberapa kerugian seperti

robekan lebar, pendarahan banyak dan dispareunia. Indikasi episiotomi perlu

diperhatikan seperti :

a. Perineum yang merupakan tahanan, misalnya perineum yang tebal

dan kaku, terdapat bekas luka (jaringan parut), primigravida.

b. Perineum yang pendek, dengan maksud menghindari perluasan ke

rektum.

c. Indikasi janin : prematuritas, bayi yang besar, posisi abnormal

(oksipitoposterior, presentasi muka, presentasi bokong) dan gawat

janin.

3. Macam-macam / Tehnik Episiotomi


Menurut Wiknjosastro (2016), macam-macam / tehnik episiotomi ada

3 yaitu :

1. Episiotomi medialis

Pada tehnik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina

sampai batas atas otot-otot sfingter ani.

2. Episiotomi mediolateralis

Pada tehnik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina

menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat

dilakukan ke arah kanan atau pun kiri, tergantung pada kebiasaan

orang yang melakukannya. Panjang insisi kira-kira 4 cm.

3. Episiotomi lateralis

Pada tehnik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira

pada jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam.

4. Cara Episiotomi

Menurut Saifuddin (2016), cara episiotomi yaitu :

d. Episiotomi dilakukan bila perineum telah tipis atau kepala bayi

tampak sekitar 3 - 4 cm.

e. Meletakkan 2 jari di antara kepala bayi dan perineum dengan

menggunakan sarung tangan steril.

f. Menggunakan gunting dan buat sayatan 3 - 4 cm mediolateral

g. Menjaga perineum dengan tangan pada saat kepala bayi lahir agar

insisi tidak meluas

5. Derajat Luka Episiotomi

Derajat luka episiotomi menurut Sulityawati (2010), yaitu :

a. Derajat I

Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa

atau mengenai kulit perineum sedikit.

b. Derajat II

Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput

lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi

tidak mengenai sfingter ani


c. Derajat III

Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai

otot-otot sfingter ani.

d. Derajat IV

Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum,

otot sfingter ani, dinding depan rectum.

6. Perbaikan Episiotomi

Menurut Saifuddin (2016), perbaikan episiotomi seperti berikut :

a. Antisepsis pada daerah Episiotomi

b. Jika luka episiotomi meluas, tangani seperti robekan tingkat III dan

IV.

c. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catqut kromik 2-0

d. Mulai dari sekitar 1 cm di atas puncak episiotomi sampai pada batas

vagina.

e. Gunakan pinset untuk menarik jarum melalui jaringan vagina

f. Jahit otot perineum dengan benang 2-0 secara interuptus.

g. Jahit kulit secara interuptus atau subkutikuler dengan benang 2-0.

7. Kerugian Episiotomi

Beberapa kerugian episiotomi menurut Wiknjosastro (2016), yaitu :

a. Episiotomi merupakan mutilasi apabila dilakukan tanpa alasan yang

sangat jelas.

b. Jaringan parut yang terjadi dapat menyebabkan dispareunia apabila

jahitannya terlalu erat.

c. Apabila jahitan tidak cukup erat vagina akan menjadi kendur dan

mengurangi rasa nikmat untuk kedua pasangan saat melakukan

hubungan seksual.

d. Adanya jaringan parut ini akan menyebabkan diperlukannya

episiotomi pada kelahiran berikutnya.


C. Tinjauan Khusus tentang Asuhan pada Ibu Nifas dengan Luka
Episitomi

1. Perawatan Luka Episiotomi

a. Pengertian Perawatan Luka Episiotomi

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia

(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai

dengan sehat. Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang

dibatasi oleh vulva dan anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah

perineum yang terdapat laserasi luka jalan lahir / episiotomi

(Rukiyah, 2016).

b. Tujuan Perawatan Luka Episiotomi

Tujuan perawatan luka episiotomi adalah mencegah terjadinya

infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Untuk mencegah

terjadinya infeksi, menjaga kebersihan luka episiotomi dan memberikan

rasa nyaman pada pasien (Maryuni, 2016).

c. Lingkup Perawatan Luka Episiotomi

Lingkup perawatan luka episitomi ditujukan untuk pencegahan

infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya

mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat

dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea

(pembalut) (Rukiyah, 2010).

d. Waktu Perawatan Luka Episiotomi

Menurut Wilujeng (2016), waktu yang tepat untuk perawatan luka

episiotomi yaitu :

1. Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah

terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada

cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu

dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu,

untuk itu diperlukan pembersihan perineum

2. Saat buang air besar


Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran

disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari

anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan

proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan

3. Saat buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan

besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat

memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan

pembersihan perineum

e. Cara Perawatan Luka

Menurut Rukiyah (2016), cara perawatan luka yaitu :

1). Mencuci tangan

2). Mengisi botol plastic yang dimiliki dengan air hangat

3). Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah

mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam

kantung plastik.

4) Berkemih dan BAB ke toilet.

5). Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.

6). Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke

belakang

7). Pasang pembalut dari depan ke belakang.


8). Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan

tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman, atasi

dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain

pembalut yang telah diinginkan.

9). Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi

tekanan pada daerah tersebut.

10). Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran

darah disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat

penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila

tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area tersebut

akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa

minggu.
BAB III
DOKUMENTASI KEBIDANAN

MANAJMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY


“A” PASCA EPISIOTOMI DI KLINIK NAYYA MEDIKA
KARAWANG TANGGAL 20 SEPTEMBER 2021

No Reg :125
Nama Pengkaji : Ela Nurlaela
Hari/tanggal : Senin, 20 september 2021
Waktu Pengkajian : 14.30 WIB
Tempat Pengkajian : Klinik Nayya Medika Karawang

1. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Jenis Identitas Istri Suami
Nama Amalia Salim
Umur 22 tahun 25 tahun
Suku/bangsa Sunda/ Indonesia Sunda/ Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMK
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat rumah Jln. Mulya no12,
Tlp Jln. Mulya no12, Cikampek
HP Cikampek
Alamat kantor - -
Tlp
HP

Anamnesa pada tanggal: 20-9-2021 Pukul 14.30 Oleh Ela Nurlaela


1) Keluhan utama saat masuk
Ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan bekas pengguntingan pada jalan lahir
Ibu mengatakan masih ada pengeluaran darah dari jalan lahir
Ibu mengatakan belum bisa beraktifitas yang aktif seperti biasanya

2) Riwayat Antenatal
Pemeriksaan di :-
Kelainan/komplikasi :-
Usia Kehamilan :-
Para :-

3) Riwayat Persalinan
 Anak Ke 1 ( Satu )
 Persalinan lahir tanggal 16 september 2021 Jam : 07.33
 Jenis Kelamin : Laki-laki ; BB 3000 gram; TB 50.cm
 Perdarahan kala III : 180 cc
 Perdarahan kala IV: 240 cc
 Perdarahan Total 420 cc
 Perdarahan selama operasi………………………………...ml
 Jenis Persalinan : spontan/tindakan ……….., atas indikasi………
 Placenta : spontan/manual
 Perineum : utuh / rupture / episiotomi
 Anastesi : lidokain
 Jahitan : grade 2
 Infuse cairan……………………………………………….ml
 Transfusi darah ……………………………………………..ml

4) Tanda Bahaya Nifas


 Sakit kepala hebat : ya/tidak
 Pandangan kabur : ya/tidak
 Kelelahan atau sesak : ya/tidak
 Demam : ya/tidak
 Nyeri payudara, pembengkakan payudara,
luka atau perdarahan pada puting : ya/tidak
 Nyeri perut hebat : ya/tidak
 Bengkak pada tangan, wajah. Tungkai, : ya/tidak
 Perdarahan berlebihan : ya/tidak
 Sekret vagina berbau : ya/tidak

2. Pola Kebutuhan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan makan 2 kali sehari
Alergi Terhadap Makanan : Tidak ada
Budaya terhadap Konsumsi Makanan : Tidak ada pantangan
Kebiasaan Minum : minum ±7-8 gelas/hari

b. Pola Eliminasi
 BAB : Ibu mengatakan 2x
 BAK : Setelah melahirkan baru BAK 1 kali

c. Mobilisasi : sudah bisa mobilisasi


d. Pola Aktifitas Pekerjaan : membersihkan rumah
e. Pola Istirahat : Cukup
f. Personal Hygiene : Bersih
g. Pola Seksual : belum berhubungan seksual lagi setelah persalinan

3. Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya : Ibu mengatakan keluarga
sangat mendukung kelahiran bayi nya
b. Pengambilan keputusan dalam keluarga :Suami
c. Lingkungan yang berpengaruh
Tinggal dengan siapa : ibu mengatakan tinggal Bersama suaminya
Dukungan Lingkungan : sangat mendukung

B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum : baik
Keasadaran : cm
Ekspresi ibu selalu meringis bila terlalu lama bergerak
Tekanan Darah : 110/70 mmHG
Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,5°C axilar
Berat Badan dahulu : 58 Kg
Berat badan sekarang: 53 kg

Pemeriksaan Sistematis
Kepala
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Inspeksi : tidak pucat
Tidak Edema
Mata : simetris Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tida ikterik

Dada dan Axila (ketiak)


Mamae :
Inspeksi : tampak pembesaran
Benjolan : tidak ada
simetris : simetris kiri dan kanan
Kemerahan : tida ada
Areola : hyperpigmentasi
Puting susu : menonjol
Pengeluaran : kolostrum
Palpasi : tidak ada nyeri tekan bila ada penekananpada aerola ada pengeluarah asi

Axilla : Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada


nyeri : ada/tidak

Abdomen
 Inspeksi : tidak ada bekas oprasi terdapat linea nigra dan strie lipid
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
: TFU 3 jari dibawah pusat
: Kontraksi : teraba bundar & keras
 Kandung Kemih : kosong
 Kembung : Tidak Ada

Ekstermitas
Tungkai : tidak ada Nyeri
Edema : Tidak Ada
Ano-genital
Insfeksi
 tidak ada varises
 Lochea : Rubra
 Bau : Khas
 Vulva : terdapat nyeri tekan pada luka perineum
 Jahitan Perineum : terdapat jahitan episiotomy, episiotomy secara medio
lateral, luka jahitan tampak masih sedikit lembab
Palpasi
 Terdapat nyeri tekan, tidak pitting oedem
 Pada luka jahitan tidak terdapat pus / tanah, suhu perineum kurang lebih sama dengan
suhu tubuh sekitarnya, tidak ada bau busuk dari daerah luka
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Hb : 9,5 gr%

II. ANALISIS
Ny. Lia P1A0 umur 22 tahun 3 hari post partum dengan luka episiotomi

II. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 20 september 2021, Jam 14.30
1. Memberitahu kondidsi ibu saat ini dalam keadaan baik
2. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochia
3. Menjelaskan .penyebab nyeri perineum
4. Menganjurkan ibu mobilisasi secara bertahap
5. Menganjurkan ibu saat membersihkan genitalia nya dengan membasuh dengan arah depan
ke belakang, lalu keringkan perineum dengan handuk lembut dan gunakan pembalut baru.
6. Menganjurkan ibu mengganti pembalutnya ± 4jam sekali atau jika ibu merasa pembalut
penuh
7. Menganjurkan ibu jika membasuh daerah genitalia cukup menggunakan air bersih biasa
jangan menaburinya dengan bedak atau ramuan-ramuan
8. Memberikan penkes tentang istirahat cukup tidur ±8 jam dimalam hari dan ±2 jam di siang
hari
9. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi seimbang dan memperbanyak konsumsi
protein untuk mempercepat penyembuhan luka episiotomi serta pemenuhan nutrisi untuk
produksi ASI, serta makanan berserat untuk melancarkan BAB
10. Menganjurkan untuk tidak melakukan hubungan suami istri selama 6 minggu.
11. Menejlaskan tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi yaitu terdapat kemerahan pada
daerah luka, adanya pengeluaran yang banyak padahal sebelumnya sudah tidak, terasa
panas pada daerah genitalia , keluar nanah dan bau menyengat dari luka hingga jalan lahir,
suhu tubuh melebihi 37, 5 ºC
12. Menganjurkan untuk segera ke pelayanan kesehatan bila merasa ada tanda-tanda infeksi
pada luka episiotmi atau bila keluhan lainnya

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan


Hari dan Tanggal : Senin, 21 September 2021
Tempat Praktik : Klinik Nayya Medika Karawang
Nama : Ela Nurlaela
Program Studi : Profesi Kebidanan

Pathway Kasus Kebidanan

Masa Nifas
Nama : Amalia
Usia : 24 Tahun
P1 A0

Tanda / Gejala / keluhan secara teori : Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / keluhan
Nyeri perineum adalah rasa sakit pada yang dialami pasien) Tanda / Gejala / keluhan
perineum atau rea diantara vagina dan Nyeri perineum disebabkan ketika persalinan yang dialami pasien :
anus adalah hal yang wajar tterajadi terjadi dilatasi serviks , pada corpus rahim Ibu m engatakan nyeri pada
setelah melahirkan yang disebabkan distensi,peregangan pada segmen bwah rahim, daerah perineum
oleh adanya peregangan saat proses peregangan pada leher rahim dan nyeri
melahirkan. dilanjutkan ke dermaton terdapat pada segmen
tulang belakang denganan menerima respons
dari rahim dan leher rahim.

Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :


1. Agar ibu mengetahui dan mengerti kondisi nya saat
Asuhan yang diberikan : ini
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan 2. Untuk mengetahui proses involusi berjalan normal,
menilai kontraksi untuk pencegahan postpartum
2. Obervasi tfu, kontraksi uterus,
yang diakibatkan oleh antonis uteri
pengeluaran lochia
3. Adanya pemisahan jaringan otot perineum pada
3. Jelaskan penyebab nyeri perineum
saat dilakukan luka robekan yang mengakibatkan
4. Anjurkan ibu mobilisasi secara nyeri
bertahap
4. Untuk memulihkan kondisi tubuh dengan cepat,
5. Lakukan perawatan luka bekas sistem sirkulasi dalam tubuh pun bisa normal
jahitan kembali dan mencegah aliran darah terlambat
6. Berikan penkes tentang ASI yang 5. Melakukan perawatan luka jahitan dapat mecegah
cukup infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
7. Jelaskan kepada ibu tentang akibat 6. Memulihkan tenaga ibu yang terkuras selama prses
kurang istirahat persalinan
7. Dapat mengurangi produksi asi dan memberbanyak
perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan
ketidakmampun untuk merawat bayi dan diri nya
sendiri
8. Komposisi sesuai kebutuhan, kalori dari asi
8. Jelaskan kepada ibu tentang maanfaat asi memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan
ekslusif 9. Makanan yang bergizi mampu memulihkan
9. Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan tenaga dan pemenuhan nutrisi ibu selama masa
yang bergizi post partum
10. Anjuran untuk menjaga kebersihan diri 10. Menjaga kebersihan perineum dapat mecegah
teruama daerah perineum infeksi dan mempercepat prose penyembuhan
11. Jelaskan tekhnik menyusui yang baik dan infeksi luka
benar
11. Menjelaskan tanda2 infeksi pada luka jahitan
12. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan diharapkan ibu dan lebih memperhatikan serta
hubungan seksual selama 6 minggu dapat mecegah sedini mungkin terjadinya
13. Anjurkan ibu untuk meminum obat analgetik, infeksi
antibiotik dan zat besi yang diberikan
12. Bayi akan lebih tenang karena mudah
menghisap asi, pemenuhan nutrisi cukup dan
untuk mecegah terdainya puting susu lecet
13. Batasan waktu 6 minggu didasrkan atas
pemikiran pada masa itu semua luka akibat
persalinan biasanya telah sembuh
14. Obat analgetik dapat mengurangi nyeri yang
dialami ibu, obat antibiotik dapat menghambat
mikroaba penyebab infeksi serta zat besidapat
memenuhi kebutuhan fe pada masa nifas

Evaluasi asuhan yang diberikan :


Tanggal 20 september 2021, Jam 14.30

1. Pemeriksaan masa nifas berlangsung normal


2. Nyeri luka episiotomi belum berkurang
ditandai dengan ibu masih meringis ketika
bergerak dan masih mengeluh nyeri luka
3. Potensial terjadinya infeksi ditandai dengan
luka jahitan masih lembab ada pengeluaran
lochia, dan nyeri tekan pada perineum.
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Infeksi pada ibu nifas bisa disebabkan karena tindakan episiotomi. Maka untuk mencegah

terjadinya infeksi perlu diperhatikan khususnya pada hari pertama post partum harus dijaga

agar kuman-kuman dari luar tidak dapat masuk ke dalam luka post episiotomi

2. Antisipasi untuk tanda-tanda infeksi pada kasus perawatan luka episiotomi derajat II dapat

dilakukan pemberian analgetik atau anti inflamasi dan antibiotik bila perlu, memberikan

nasehat tentang kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering diganti

(Saifuddin, 2016).

3. Pada kasus ibu nifas dengan perawatan luka episiotomi derajat II perencanaan yang dibuat

menurut Rukiyah (2016), yaitu :

a. Cuci tangan

b. Isi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat

c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan

letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik

d. Berkemih dan BAB ke toilet

e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air

f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang

g. Pasang pembalut dari depan ke belakang

h. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan.

i. Untuk meredakan rasa tidak nyaman, atasi dengan mandi berendam air hangat atau

kompres dingin dengan kain pembalut yang telah diinginkan

j. Berbaring miring

k. Hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut
l. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah disekitar

perinium. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki fungsi

otot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih

karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam

beberapa minggu.

4. Luka episiotomi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi, seperti

kehilangan darah karena melakukan episiotomi terlalu dini, infeksi karena terkontaminasi

dengan urine dan feses, dispareunia, dan hematoma lokal yang menyebabkan infeksi

(Manuaba, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Ariestanti, Dwi Ryan dan Eva Purwaningtias. Judul Analisis Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Kejadian Rupture Perineum pada Ibu Bersalin. Jurnal Kebidanan Mutiara
Mahakam. Vol. IV no.2. (September 2017).
https://www.akbidmm.ac.id/ojs/index.php/akbidmm/article/view/22 (Diakses tanggal
17 September 2021 pukul 15:51 wib).
Asri, Dwi dan Cristine Clervo. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.
Benson, Ralph C dan Martin L.Pernoll. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
EGC. 2018.
Coad, Jane dan Melvyn Dunstall. Anatomi dan Fisilogi untuk Bidan. Jakarta: EGC. 2016.
Fauziyah, Yulia. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.
Fitriani, Rini. Onkologi Sistem Reproduksi Manusia. Makassar: AlauddinUniversity Press. 2017.
Kumera, Mitiku Getachew dkk. Assessment of Episiotomy Practice in Mizan Aman General
Hospital, Ethiopia. Journal of Health, Medicine and Nursing. Vol. 20
(2015).http://www.iiste.org/Journals/index.php/JHMN/article/download/27158/27841
(Diakses tanggal 14 September 2021 Pukul 23:07 wib).
/7306_Sulsel_Kab_Gowa_2014.pdf (Diakses tanggal 13 September pukul 20:45 wib).

Anda mungkin juga menyukai