IDENTITAS MAHASISWA
1
SAMBUTAN
REKTOR ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2
KATA PENGANTAR
Fastabiqulkhaerat.
3
METODE BIMBINGAN EVALUASI
STASE Manaj
Laporan TOTAL
CBD BST TutorialK RefleksiK K JournalR OMP DOPS Mini C OSLER OSCE
(COC)
Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan 1 3 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 7
Asuhan Kebidanan pada Pra
1 2 0 1 0 2 1 0 1 0 0 2 10
Nikah dan Pra Konsepsi
Asuhan KebidananKehamilan
2 50 0 1 0 2 4 2 2 1 0 16 80
Asuhan KebidananPersalinan
1 23 1 1 0 1 5 2 2 1 0 2 39
Asuhan Kebidanan Bayi Baru
1 25 1 1 0 2 3 1 1 1 0 9 45
Lahir
Asuhan Kebidanan Nifas 1 60 1 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Asuhan Kebidanan Pada Bayi,
1 61 0 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Balita dan Anak Pra Sekolah
Asuhan Keluarga Berencana
1 10 0 1 0 2 1 1 1 1 0 2 20
dan Pelayanan Kontrasepsi
Asuhan Pada Remaja dan
1 2 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 8
Perimenopause
Asuhan Kebidanan
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
berkelanjutan
Asuhan Kebidanan Komunitas
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Manajemen Pelayanan
Kebidanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
4
STASE IX
5
STASE IX
ASUHAN REMAJA DAN PERIMENOPAUSE
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar klinik pada
mahasiswa dalam lingkup asuhan kebidanan asuhan
kebidanan pada remaja dan perimenopause
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada remaja dan
perimenopause secara holistik,komprehensif dan
berkesinambungan yang didukung kemampuan
berpikir kritis,rasionalisasi klinis dan refleksi
b. Mampu melakukan deteksi dini,konsultasi,kalaborasi
dan rujukan,didukung kemampuan berpikir kritis dan
rasionlisasi klinis sesuai lingkup asuhan kebidanan
c. Mampu melakukan KIE,promosi kesehatan dan konseling
tentang kesehatan reproduksi,kehidupan berkeluarga
sehat,persiapan menjadi orang tua dan pengasuhan anak
d. Mampu melakukan upaya pemberdayaan perempuan
sebagai mitra untuk meningkatkan kesehatan
perempuan,ibu dan anak,perencanaan keluarga sehat
e. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan
pelopor pelayanan kebidanan sesuai kode etik profesi (
remaja dan perimenopause)
f. Mampu membuat keputusan secara tepat dalam
pelayanan kebidanan berdasarkan pemikiran
logis,kritis,inovatif sesuai dengan kode etik
6
5. Ketidaknyamanan umum pada masa perimenopause
D. TARGET
1. CBD 1
2. BST 2
3. Refleksi Kasus 1
4. Journal Reading 0
5. OMP 0
6. DOPS 1
7. Mini Cex 2
8. Laporan Lengkap 1
7
E. PENILAIAN
a. CBD, BST, Refleksi Kasus, DOPS, Mini Cex dan
Laporan
Tanggal
No Target Stase Catatan Nilai
Pelaksanaan
1 Mahasiswa mampu mengkaji kasus
CBD 06 oktober amenore sekunder pada remaja
2022 putri, menganalisa masalah dan
penyebab masalah serta rencana
tindakan kasus
2 Mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan pada remaja putri
BST 14 oktober dengan amrenore sekunder,
mengenali tanda dan gejala
2022 amenore sekunder, menjelaskan
penyebab dan cara mengatasi
masalah amenore sekunder yang
dialami oleh remaja putri
3 Melakukan prerouund, round dan
post round secara sistematik dan
BST 14 oktober sesuai sop yang diterapkan.
2022 Dalam tahapan penilaian
mahasiswa telah melakukan
tahapan persiapan, kontrak belajar
dengan pembimbing dan pasien
4 Mampu mendeskripsikan dan
menganalisis kasus amenore
sekunder pada remaja putri dengan
baik. Emosi pribadi mahasiswa
Refleksi Kasus 15 oktober dalam menanggapi kasus amenore
2022 sekunder dalam upaya penerapan
dalam pelaksanaan di lapangan,
memberi masukan positif terkait
evaluasi dan tindak lanjut yang
perlu dilakukan jika menemukan
kasus serupa
5 Secara keseluruhan mahasiswa
telah mampu melakukan
DOPS 15 oktober penanganan kasus baik untuk
2022 amenore sekunder pada remaja
putri, ? pada premenopause dan
mengembangkannya sesuai arah
perbaikan kasus pasien
6 Telah melalui semua tahapan
penilaian yang sesuai dengan
MINI CEX 15 oktober standar pada pelayanan kesehatan
remaja, mampu menerapkan
2022 mekanisme yang dianjurkan dan
secara keseluruhan telah mampu
melakukan tindakan dilahan
praktek
7 Telah melalui semua tahapan
penilaian yang sesuai dengan
MINI CEX 15 oktober standar pada pelayanan kesehatan
remaja, mampu menerapkan
2022 mekanisme yang dianjurkan dan
secara keseluruhan telah mampu
melakukan tinddakan dilahan
praktek
8 Secara keseluruhan perfoma
mahasiswa dalam melakukan
Laporan Lengkap 15 oktober pelayanan ke pasien remaja dan
perimenopause itu telah mampu
2022 melakukan adaptasi secara baik,
melakukan pelayanan secara
sistematis dan menguasai materi
kasus yang disampaikan
9
TATA TERTIB MAHASISWA DI LAHAN PRAKTIK ITKES
MUHAMMADIYAH SIDRAP
A. Sikap
1. Disiplin dalam tugas
2. Kerja sama dengan orang lain sesuai dengan ketentuan institusi
3. Inisiatif dalam bekerja
4. Bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan
5. Komunikasi yang baik dengan klien
6. Perhatian dalam bekerja
7. Jujur, sopan dan teliti dalam bekerja
B. Waktu kehadiran
1. Jam 07.30 sampai 14.00 WITA untuk dinas pagi
2. Jam 14.00 sampai 21.00 WITA untuk dinas sore
3. Jam 21.00 sampai 07.30 WITA untuk dinas malam
10
7. Mahasiswa baik secara pribadi atau kelompok berkewajiban mengganti
alat-alat, bahan-bahan praktik yang hilang atau rusak selama praktik
8. Mahasiswa hendaknya membawa sendiri alat-alat pemeriksaan fisik
11
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE REMAJA dan PERIMENOPAUSE
Halaman Judul
Disusun Oleh :
(ASMAWATI - 202110073)
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Studi Kasus..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
A. Teori Medis.............................................................................................3
1. Kesehatan Reproduksi......................................................................3
2. Menstruasi........................................................................................5
3. Amenore Sekunder...........................................................................8
BAB III DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT......13
A. Data Subjektif........................................................................................13
B. Data Objektif.........................................................................................15
C. Asessment..............................................................................................17
D. Evaluasi.................................................................................................18
RENCANA TINDAK LANJUT.......................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................19
BAB V PENUTUP............................................................................................20
A. Kesimpulan.....................................................................................20
REFERENSI......................................................................................................21
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita tidak
memiliki kemampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi
hidup setelah setahun melakukan hubungan seksual yang teratur
dan tidak menggunakan alat kontrasepsi manapun setelah lepas
memutuskan untuk mempuyai anak (Noviana dan Wilujeng,
2017).
3
merupakan salah satu jalan masuknya HIV. Infeksi Menular
Seksual (IMS) membuat pengaruh yang besar dalam
pengendalian HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng, 2018).
3) Gangguan menstruasi
Menurut Varney (2017), gangguan menstruasi terdiri dari :
a) Amenore
Adalah perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik
dalam setengah besar siklus menstruasi wanita dewasa.
b) Dismenorhoe
Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada
perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa
seperti kram.
c) Menoragia
Adalah salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang
pada awalnya berada dibawah label perdarahan uterus
difungsional.
d) Metroragia
Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau
jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara
menstruasi.
e) Oligomenore
Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
f) Sindrom pramenstruasi
Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang
mencerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada
seluruh wanita beberapa waktu antara menarche dan
menopause.
1. Menstruasi
a. Pengertian
4
Menstruasi merupakan perdarahan uterus yang terjadi secara siklik
dan dialami oleh hanya sebagian besar wanita usia reproduktif
(Norwitz dan Schorge, 2018).
b. Siklus Menstruasi
Menurut Proverawati dan Misaroh (2019), siklus menstruasi terdapat
4 fase, yaitu:
1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang
tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang
robek. Bisa diakibatkan juga sebab berhentinya sekresi hormon
estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon di dalam
darah menjadi tidak ada.
5
estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan
FSH dan LH. jika sekresi progesteron terhenti maka penebalan
dinding endometrium akan terhenti juga sehingga menyebabkan
endometrium mengering dan robek dan terjadilah menstruasi.
b) Hipomenore
6
Hipomenore merupakan perdarahan menstruasi yang lebih
pendek dan atau lebih kurang dari biasa
7
2) Kelainan sistemik
Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal
ini dapat mempengaruhi siklus menstruasi sebab sistem
metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau
menderita penyakit diabetes juga bisa mempengaruhi sistem
metabolisme sehingga siklus menstruasi tidak teratur.
3) Stress
Stress dapat mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh
sebab bisa stress tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis,
bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu.
4) Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi
penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan dapat berupa
produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) ataupun
terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut
terganggu
2. Amenore Sekunder
a. Pengertian
Amenorea sekunder ialah pernah mengalami menstruasi dan
selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).
Amenore sekunder atau Jing-Bi merupakan keadaan tidak haid
untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011).
Amenore sekunder (SA) secara klinis didefinisikan sebagai
tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6
8
bulan berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami
menstruasi
b. Etiologi
Menurut Fansia (2017), penyebab amenore dapat fisiologik,
endokrinologik, atau organik, atau akibat gangguan perkembangan.
Amenore dalam ilmu TCM (Traditional Chinese Medicine) disebut
sebagai Jing-Bi disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional
(stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ
reproduksi lainnya.
Sedangkan menurut Manuaba (2017), penyebabnya
kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal,
terdapat tumor alat kelamin atau terdapat penyakit menahun.
Menurut Syafrudin dkk (2018), penyebab amenore diakibatkan
oleh beberapa keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau
kelemahan kondisi tubuh secara umum. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh stres psikologis.
c. Gejala
Menurut Nugroho dan Utama (2018), gejala amenore bervariasi
tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya merupakan
kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-
tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya ialah
kehamilan akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya ialah kadar hormon tiroid yang tinggi maka
gejalanya ialah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab. Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat
(moon face), perut buncit dan lengan serta tungkai yang kurus.
Gejala lain yang mungkiin ditemukan, antara lain:
1) Sakit kepala
2) Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil
dan tidak sedang menyusui.
9
3) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5) Vagina yang kering
6) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti
pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.
d. Diagnosa
Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu:
1) Biopsi endometrium
2) Progestin withdrawal
3) Kadar prolaktin
4) Kadar hormon
5) Tes fungsi tiroid
6) Tes kehamilan
7) Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing
Hormone) dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone).
8) Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.
9) CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)
e. Pengobatan
Menurut Nugroho dan Utama (2018), pengobatan tergantung kepada
penyebabnya.
1) Jika penyebabnya merupakan penurunan berat badan yang drastis
atau obesitas, penderita dianjurkan supaya menjalani diet yang
tepat.
2) Jika penyebannya ialah olah raga yang berlebihan, penderita
dianjurkan supaya menguranginya.
3) Jika seorang anak perempuan tidak pernah mengalami menstruasi
dan semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan
pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan
pubertasnya. agar merangsang menstruasi bisa diberikan
10
progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut
kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh dapat diberikan estrogen.
4) Jika penyebabnya merupakan tumor, maka dilakukan
pembedahan unttuk mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa
yang terletak di dalam otak biasanya diobati dengan bromokriptin
supaya mencegah pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh
tumor. Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi
penyinaran biasanya baru dilakukan jika pemberian obat ataupun
pembedahan tidak berhasil.
Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat ditangani
dengan:
1) Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan
sirkulasi Qi, menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus
menstruasi. Terapi akupunktur dilakukan dalam 5 kali
perawatan dengan merangsang titik-titik akupunktur yaitu
Zhongji (CV 3), Diji (SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6),
Taichong (LV 3), Fenglong (ST 40), dan Guanyuan (CV 4).
2) Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang
memiliki efek estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit
ditambahkan asam kawak yang kemungkinan bisa memperkuat
efek peluruh haid, dan madu yang mempunyai kandungan vitamin
dan mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk
dekokta (rebusan) kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21
gr, asam kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan garam secukupnya,
kemudian direbus dalam 750 mL air, lalu dijadikan 600 mL.
Rebusan tersebut diminum 3 kali sehari @ 200 mL.
3) Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan
pemberian susu kedelai sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air
hangat sebanyak 240 mL dan pemberian rebusan air kacang hijau
dengan dosis kacang hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air, lalu
11
dijadikan 240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki efek
estrogenik.
Menurut Proverawati dan Misaroh (2019), meliputi :
1) Observasi keadaan umum
2) Perbaikan asupan gizi
3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6) Pemberian estrogen dan progesteron
BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT
A. DATA SUBJEKTIF
Tanggal 05 Oktober 2022 Pukul 11.00
wita
1. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. D
2. Umur : 17 tahun
12
3. Agama : Islam
4. Suku/Bangsa : makassar/ Indonesia
5. Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : kampung lempangan, desa bowong cindea
2. Anamnesa
1. Keluhan utama
Nn. D mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan
menstruasi dan merasa cemas dengan keadaannya.
2. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Nn. D mengatakan haid pertama
menstruasi umur 13 tahun
b. Siklus : Nn. D mengatakan siklus menstruasinya
± 30 hari.
c. Teratur/tidak : Nn. D mengatakan menstruasinya teratur
d. Lama : Nn. D mengatakan menstruasinya 5 – 6
hari
e. Banyaknya : Nn. D mengatakan ganti pembalut 2
-3/hari
f. Sifat darah : Nn. D mengatakan sifat darahnya merah
segar dan ada gumpalan
g. Dismenorhoe : Nn. D mengatakan tidak pernah nyeri
perut bagian bawah saat
menstruasi
3. Riwayat Perkawinan
Nn. D mengatakan belum pernah menikah
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
N Tgl/th Tempat Umur Jenis Peno- Anak Nifas Keadaan
o Partus Partus Hamil Partus long anak
sekarang
13
Jenis BB PB Keadaan laktasi
- - - - - - - - - - - -
14
vaginitis (gatal, berbau, kemerahan),
gonorhoe (nyeri ketika
berkemih)
c. Riwayat penyakit keluarga
Nn. D mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan
riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis.
7. Riwayat keturunan kembar
Nn. D mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat
keturunan kembar.
8. Riwayat operasi
Nn. D mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun
9. Data Psikologis
Nn. D mengatakan merasa cemas karena sudah 3 bulan belum
menstruasi
B. DATA OBJEKTIF
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit
N: 78 x/menit
S : 36,40 C
d. TB : 157 cm
e. BB sebelum : 62 kg
BB sekarang :59 kg
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok
2) Muka :Tidak pucat, tidak oedem
15
3) Mata
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Merah muda
c) Sklera : Putih
4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan
5) Telinga : Simetris, tidak ada serumen
6) Mulut/gigi/gusi : tidak stomatitis, tidak berdarah,
tidak ada caries.
b. Leher
1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
2) Tumor : tidak ada benjolan
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
c. Dada dan Axilla
1) Dada
a) Membesar : normal
b) Tumor : tidak ada
c) Simetris : simetris
d) Putting susu : menonjol
e) Kolostrum : tidak keluar
2) Axilla
a) Benjolan : tidak ada
b) Nyeri : tidak ada
d. Abdomen
1) Pembesaran hati : tidak ada
2) Benjolan / Tumor : tidak ada
3) Nyeri Tekan : tidak ada
4) Luka Bekas Operasi : tidak ada
e. Anogenital
1) Vulva vagina
a) Varices : tidak dilakukan
b) Luka : tidak dilakukan
16
c) Kemerahan : tidak dilakukan
d) Nyeri : tidak dilakukan
e) Pengeluaran pervaginam : tidak dilakukan
2) Inspeculo
Portio / Serviks : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan dalam
a) Portio / servik : tidak dilakukan
b) Tumor / Benjolan : tidak dilakukan
c) Nyeri : tidak dilakukan
4) Anus
a) Haemoroid : tidak ada haemoroid
b) Lain-lain : tidak ada
5) Ekstremitas
Varices : tidak dilakukan
Oedema : tidak dilakukan
Reflek patella : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Penunjang lain : Pemeriksaan PP test Negatif
C. ASESSMENT
Nn. D umur 17 tahun dengan amenore sekunder
1. Pelaksanaan
17
emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit
organ reproduksi lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat
kelamin atau terdapat penyakit menahun.
3. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
4. Memberikan support mental pada pasien untuk mengurangi
kecemasan
5. Menganjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran
bidan, yaitu terapi obat pil KB progesteron (minipil) 1x1 75 mg
selama 3 siklus.
6. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika ada
keluhan
D. EVALUASI
Tanggal 05 Oktober 2022 Pukul 11.30
Wita
1. Pasien sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pasien sudah mengerti penyebab amenore sekunder
3. Pasien bersedia istirahat yang cukup
4. Pasien sudah tidak cemas dengan kondisinya
5. Pasien bersedia meminum terapi yaitu pil KB progesteron (minipil) 1x1
75 mg sesuai anjuran bidan
6. Pasien bersedia untuk kunjungan ulang pada tanggal 12 Oktober 2022
atau jika ada keluhan
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan pada Kasus ini yaitu berkaitan dengan Asuhan Kebidanan Gangguan
Reproduksi pada Nn. D Umur 17 Tahun dengan Amenore Sekunder di Puskesmas Bowong
Cindea. Pengkajian pada tanggal 05 Oktober 2022 langkah pertama dikumpulkan semua
informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. D Umur 17 tahun. Keluhan utama Nn. D
mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan merasa cemas dengan
keadaannya. data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital didapatkan tidak ada
pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan PP test negatif.
Pada kasus didapatkan data Nn. D Umur 17 tahun dengan amenore sekunder
dimana pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaanya. Amenorea sekunder yaitu
pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2017).
Amenore sekunder atau Jing-Bi adalah keadaan tidak haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-
turut (Fansia, 2018). Amenore sekunder (SA) secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya
menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang
sebelumnya mengalami menstruasi
Menurut Nugroho dan Utama (2018), pada kasus amenore sekunder antisipasi yang
diberikan yaitu pemberian terapi yang mengandung progesteron. Pada kasus asuhan pada Nn.
D dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi hormonal yaitu terapi obat pil KB
progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3 siklus.Sehingga pada langkah antisipasi tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
Hasil evaluasi Pada kasus ini didapatkan keadaan umum ibu baik, kecemasan berkurang,
asupan nutrisi terpenuhi, terjadi perdarahan menstruasi dan Nn. D mengatakan merasa senang
dan tidak cemas karena sudah mendapatkan menstruasi pada tanggal 09 Oktober 2022.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada tanggal 05 Oktober 2022 langkah pertama dikumpulkan semua
informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. D Umur 17 tahun.
Keluhan utama Nn. D mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan
menstruasi dan merasa cemas dengan keadaannya. data objektif didapatkan
pemeriksaan anogenital didapatkan tidak ada pengeluaran pervaginam dan
pemeriksaan PP test negatif.
2. Antisipasi pada Nn. D dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi hormonal
yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3 siklus.
3. pelaksanaanTindakan Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 05 Oktober
2022 pukul 11.20 Wita, Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan, berikan
KIE pada pasien mengenai gangguan, berikan KIE pada pasien mengenai amenore
sekunder, anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, berikan support mental pada
pasien untuk mengurangi kecemasan, anjurkan pada pasien untuk meminum terapi
obat sesuai anjuran bidan, anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 6 hari lagi
atau jika ada keluhan.
4. Evaluasi tanggal 12 Oktober 2022 atau jika ada keluhan. Pada kasus pasien dengan
amenore sekunder yang adalah keadaan umum ibu baik, kecemasan berkurang,
asupan nutrisi terpenuhi, terjadi perdarahan menstruasi Nn. D mengatakan merasa
senang dan tidak cemas karena sudah mendapatkan menstruasi pada tanggal 09
Oktober 2022.
20
REFERENSI
Ambarwati, E.R, dkk (2018). Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra Cendikia.
Fansia, ( 2018). Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis Darah
Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica Val.)
http://adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16 diakese
tanggal 11 Oktober 2018
Merin, (2012).Amenorrhea:
http://Cytogenetic Studies and Beyond.core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf.
diakses 06 oktober 2022
Nasir,dkk, (2018). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nugroho, dkk (2019). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Medical Book.
21
22
23
24
25
LAPORAN REFLEKSI KASUS
NIM : 202110093
1. Deskripsi :
Pada tanggal 10 oktober 2022 kami bersama tim dari puskesmas bowong cindea
diantaranya (dokter, bidan, gizi, dan promkes) melakukan kegiatan penjaringan anak
sekolah di mts/ma DDI bowong cindea kec.bungoro. Adapun kegiatan yang dilakukan
adalah melakukan penyuluhan dan pemeriksaan fisik pada anak sekolah seperti
melaksanakan pemeriksaan hb, pengukuran BB, TB, Lila, menghitung IMT dan
melakukan pengisian kuisioner. Dari penyuluhan dan pengisian kuisioner tersebut ada
didapat Seorang remaja putri usia 17 tahun mengalami gangguan kesehatan reproduksi
yaitu mengalami amenore sekunder. Remaja tersebut mengaku sudah 3 bulan belum
mendapatkan lagi menstruasi sejak setelah menstruasi pertamanya. Apalagi seorang
Remaja mempunyai aktivitas fisik yang berat seperti mengerjakan tugas setiap hari,
melakukan banyak kegiatan disekolah, begadang, dan kurang olahraga.
Yang menarik dari kasus tersebut adalah:
Mengapa sampai terjadi amenore sekunder ?
Bagaimana cara mengurangi amenore sekunder pada remaja?
Bagaimana dampak amenore terhadap aktivitas fisik?
Bagaimana mengubah pola pikir remaja agar bisa berperilaku hidup sehat?
26
Mampu melakukan pengkajian mendalam pada klien sehingga klien mampu
mengungkapkan permasalahan yang ada diantaranya yaitu apakah ada
hubungan antara amenore dengan factor-faktor yang dapat menimbulkan
gangguan emosional, apakah penderita mengidap penyakit akut atau menahun,
apakah ada gejala-gejala penyakit metabolik dan lain-lain.
Pengalaman yang buruk: tidak mampu melakukan pemeriksaan menyeluruh
termasuk pemeriksaan penunjang karena keterbatasan peralatan, tempat dan
waktu.
4. Analisis
Amenorea sekunder adalah seorang perempuan usia reproduksi yang pernah
mengalami haid namun haid berhenti tiga bulan berturut-turut. Amenore terjadi karena
berbagai faktor salah satunya adalah asupan gizi, emosional, dan permasalahan pada
indung telur dengan hormon yang tidak normal. Seperti yang diketahui seseorang
sering mengalami stress, baik itu diakibatkan oleh masalah pribadi, lingkungan,
maupun pekerjaan yang dijalani. Stress pada wanita dapat berbahaya terhadap
produksi sel telur pada indung telur. Dampak terhadap ibu hamil jika mengalami stress
akan berbahaya ke janin yang dikandungnya dan bisa menyebabkan keguguran.
Namun pada remaja yang belum menikah akan berdampak pada proses menstruasinya.
Keterlambatan mestruasi atau tidak mengalami menstruasi akan menimbulkan
kecemasan kepada setiap wanita dan hal tersebut akan semakin memperbesar masalah
yang dialami. Untuk menangani hal tersebut seseorang bisa menenangkan diri,
mengurangi stress, dan melakukan aktivitas yang dapat mengurangi stres atau
kepenatan tersebut. Langkah selanjutnya sebaiknya segera ke dokter spesialis ataupun
ke rumah sakit untuk pengobatan amenore yang dialami.
Hal lain yang menyebabkan wanita mengalami amenore, adanya aktivitas fisik
yang terlalu berat. Seperti yang kita ketahui bahwa fisik perempuan lebih lemah di
bandingkan laki-laki, tubuh perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki. Apabila
seorang wanita mengambil pekerjaan terlalu berat maka tubuh akan kelelahan
sehingga dapat merusak sel-sel reproduksi. Perempuan memang lebih rentan
mengalami infertilitas, bahkan hanya gara-gara infeksi ringan di organ reproduksi saja
seorang perempuan dapat menjadi mandul.
.
5. Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilakukan terdapat kesamaan antara teori amenore
sekunder dengan kasus yang didapat saat melakukan pelayanan kegiatan
disekolah maupun di puskesmas. Dalam hal ini pemberian asuhan kebidanan
yang diberikan Perlu tindakan kolaboratif untuk pengkajian pemeriksaan
penunjang terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja.
27
Mengetahui dari penyebab-penyebab dari penyakit amenore, perlu adanya
penanggulangan sejak dini karena hal kecil saja bisa menyebabkan masalah
yang besar. Untuk itu perlunya partisipasi wanita khususnya pada remaja untuk
meningkatkan angka kesejahteraan melalui langkah kesehatan. Peningkatan
tersebut dimulai dari individu itu sendiri. Jika mereka lebih mengetahui
bagaimana cara mereka sendiri dalam memperlakukakn diri mereka dan
merawat diri mereka. Maka tidak akan mereka melakukan hal yang dapat
membahayakan kesehatan seperti melakukakn diet, mengambil aktivitas
berlebihan, dll.
6. Tindak lanjut
Pola makan karena asupan gizi berpengaruh terhadap proses menstruasi.
Keadaan terpenuhnya kebutuhan terhadap status gizi seseorang dapat dilihat
dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi. Gizi yang kurang
pada remaja putri dapat mempengaruhi pematangan seksual, pertumbuhan, fungsi
organ tubuh dan akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Asupan gizi
yang tidak adekuat akan mempengaruhi ketidakteraturan menstruasi pada
kebanyakan remaja.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat, Hal ini dimaksudkan agar para pekerja
mendapat istirahat setelah menjalankan pekerjaan dalam batas waktu tertentu
guna menghadapi pekerjaan selanjutnya, dan diharapkan produktivitas kerja
akan naik dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja. hal ini dapat
dilakukan agar tidak mengakibatkan kelelahan, karena dapat merusak sel-sel
reproduksi wanita.
Mengurangi tingkat kecemasan dan stress. Pada masa remaja terjadi
peningkatan ketegangan emosi akibat perubahan fisik dan kelenjar yang
menyebabkan remaja sangat sensitif dan rentan terhadap kecemasan berleihan.
Masa remaja merupakan masa transisi dan sangat berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembang beserta proses menstruasi remaja putri. Untuk itu sangat
perlunya perhatian terhadap faktor stress agar proses menstruasi berjalan
lancar.
28