Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE PERIMENOPAUSE

IDENTITAS MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM
PROFESI

3x4

Nama : …………………………………………..........
NIM : …………………………………………..........
Tempat/ Tanggal Lahir : …………………………………………..........
No. HP : …………………………………………..........
Email : …………………………………………..........
Alamat : …………………………………………..........

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023

i
PENILAIAN

CBD, BST, Refleksi Kasus, DOPS, Mini Cex dan Laporan

Tanggal
No Target Stase Catatan Nilai
Pelaksanaan

1 CBD

2 BST

3 BST

4 Refleksi Kasus

5 DOPS

6 MINI CEX

7 MINI CEX

8 Laporan Lengkap

ii
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE PERIMENOPAUSE

“ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA


NONA A UMUR 16 TAHUN DENGAN AMENORE PRIMER DI
PUSKESMAS BOWONG CINDEA”

Preseptor Pembimbing Pendidikan : ………………………


HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh :

(ASMAWATI - )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023

iii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE PERIMENOPAUSE
“ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NONA A UMUR 16 TAHUN DENGAN AMENORE PRIMER DI
PUSKESMAS BOWONG CINDEA”

TAHUN AKADEMIK
2022/2023

Tempat, Tanggal ……

Preceptor Pendidikan Preseptor Lahan Mahasiswa

Nama Nama Nama


NIM NIM NIM

iv
DAFTAR ISI
IDENTITAS MAHASISWA....................................................................................i
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
DAFTAR ISI….…………………………………………………………………..iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
2.1 Defenisi Amenorrhea...............................................................................3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Amenorrhea...................................4
2.2.1 Faktor Internal....................................................................................4
2.2.2 Faktor Eksternal..................................................................................5
2.3 Klasifikasi Amenorrhea...........................................................................6
2.4 Etiologi....................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................7
2.6 Patofisiologi.............................................................................................9
2.7 Komplikasi............................................................................................10
2.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................10
2.9 Terapi Penanganan Amenorrhea...........................................................11
BAB III DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT..........14
I. Pengkajian.............................................................................................14
II. Analisa...................................................................................................17
III. Pelaksanaan...........................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................19
1. Pengkajian.............................................................................................19
2. Analisa……………….………………………………………………..20
3. Penatalaksanaan.....................................................................................20

iv
BAB V PENUTUP.................................................................................................22
A. Kesimpulan...…………………………………………………………...….22
B. Saran…………….……………………………………………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi
normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila
hidupnya mengalami perubahan, terutama bila Menstruasi menjadi lebih
lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak Menstruasi sama
sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami
siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah
mengalami gangguan Menstruasi selama masa hidupnya.Gangguan ini dapat
berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita
remaja, reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2018).

Menurut Bobak, (2014) masa remaja disebut pula sebagai masa


penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik, mental,
emosional, termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh pada proses
terjadinya menarche (pertama kali mendapat Menstruasi). Usia gadis remaja
pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-
ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche
dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum.
Dikatakan menacrhe dini (menarche prekoks) apabila menarche terjadi
sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder
sebelum usia 8 tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang belum
diketahui memproduksi hormon gonadotropin sebelum waktunya
(Wiknjosastro, 2019).

Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi


ataupun pada wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu
tidak mengalami menstruasi kembali, maka kemungkinan wanita tersebut
mengalami Amenorrhea.

1
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai asuhan
kebidanan gangguan reproduksi Pada nona A umur 16 tahun dengan
amenore primer Di puskesmas bowong cindea.

B. TUJUAN
C. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan paham tentang Asuhan
kebidanan gangguan reproduksi Pada nona A umur 16 tahun dengan
amenore primer Di puskesmas bowong cindea.

D. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengerti dan paham tentang amenorrhea
dan dapat menambah wawasan baru mengenai salah satu gangguan
siklus menstruasi pada wanita yang dapat dijadikan referensi sebagai
bahan bacaan tambahan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

E. Defenisi Amenorrhea
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus
Menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan
mulainya Menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari
pertama siklus. Panjang siklus Menstruasi yang normal atau dianggap
sebagai siklusMenstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup
luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama.
Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusMenstruasi tidak
terlalu sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip dari Wiknjosastro
(2012), panjang siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32 hari.Lama
Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita
biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16
cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak.
Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc di anggap patologik
(Wiknjosastro, 2018).

Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3


bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer
dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea primer apabila
seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid,
sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi
kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro,2018).

Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara


abnormal yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat
badan dan nafsu makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak
disertai problem psikologik (Kumala, 2015).

3
Gambar 1. Siklus Menstruasi Normal Pada Wanita

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Amenorrhea


G. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak
tumbuh dan berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh,
indung telur yang tumbuh. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih
kompleks pada rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna.
Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat permanen artinya
wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-lamanya
(Pardede, 2002).
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang
dipengaruhi oleh sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang
datang dari luar masuk dipusat panca indra diteruskan melalui

4
Striaeterminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor”
dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap
hypotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise
Pars Posterior” sebagai “Mother of Glad” (Pusat kelenjar-kelenjar).
Rangsangan yang terus menerus datang di tangkap panca indra,
dengan makin selektif dapat lolos menuju hypotalamus dan
selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan
hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan
hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan
hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon
tiroksin, kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan
progesteron, sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon
adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk
tumbuh kembang mental dan fisik (Pardede, 2002).
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab
terganggunya siklus haid, Kanker payudara dan lain-lain. Kelainan
ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga
datangnya haid akan terganggu (Suhaemi, 2006).

H. Faktor Eksternal
a. Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun
kuantitas sangat penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang
dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi
berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi
mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara
proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih, 2004).
b. Gaya Hidup

5
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang
cukup dan sesuai jadwal serta mengandung gizi seimbang ( 4 sehat
5 sempurna) dapat menyebabkan kondisi tubuh terasa fit dan
terhindar dari kekurangan gizi sehingga siklus menstruasi berjalan
normal (Soetjiningsih, 2002).

I. Klasifikasi Amenorrhea
Klasifikasi amenorrhea adalah sebagai berikut :
1. Amenorrhea primer
Amenorrhea primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang
berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah
menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi
sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorrhea sekunder
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau 6
bulan setelah menstruasi normal pada masa remaja, biasanya
disebabkan oleh gangguan emosional minor yang berhubungan dengan
berada jauh dari rumah, masuk ke perguruan tinggi, ketegangan akibat
tugas-tugas. Penyebab kedua yang paling umum adalah kehamilan,
sehingga pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.

J. Etiologi
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar.

6
Gambar 2. Hymen Imperforata merupakan penyebab amenorrhea

2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak


mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak
terjadi haid atau hanya sedikit.
 Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan
berat badan
 Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
 Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
 Endometrium tidak bereaksi

Gambar 3. Komplek hipotalamus-hipofisi-aksis-indung telur

3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi,


kelainan hepar dan ginjal.

K. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
 Tidak terjadi haid
 Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
 Nyeri kepala
 Badan lemah

7
Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :

 Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak


akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh.
 Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness
dan pembesaran perut.
 Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab.
 Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut
buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

 Sakit kepala
 Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak sedang menyusui )
 Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti
pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

Tabel 1. Stadium Tanner, gambaran perkembangan pubertas pada wanita normal


Sumber : klikdokter.com

Stadium Tanner Stadium Tanner


No Perkembangan Perkembangan
Usia (Perkembangan (Perkembangan
. Payudara Rambut Pubis
Payudara) Rambut Pubis)
Pertumbuhan Papila payudara
Belum ada
1. Awal mulai 1 1
rambut pubis
(8-10 tahun) menggunung

8
Seperti
Seperti
Thelarche Adrenache
2. Adrenache 2 1
(9-11 tahun) untuk Stadium
untuk stadium 2
2

Adrenarche
3. 2 2
(9-11 tahun)

Puncak
4. Pertumbuhan 3 3
(11-13)

Manarche
5. 4 4
(12-14)

Dewasa
6. 5 6
(13-16)

L. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan
dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone
yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan)
gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara
tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti
serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan
ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal
disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan
genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses
autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih
dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang

9
banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormone steroid seksual
( estrogen dan progesteron ) tidak tercukupi.

Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih


untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen
dan progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan
berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat
morfin.Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun.Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang
dapat menekan pembentukan GnRH.

M. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi
lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu
kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon
seperti osteoporosis.

N. Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi
(indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :

 USG
 Histerosalpingografi
 Histeroskopi, dan
 Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas


sekunder maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.

10
 Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea
sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) karena kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
 Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa.
Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen /
Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja
hormon estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim.
Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

O. Terapi Penanganan Amenorrhea


Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea
yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga
adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas
fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah,
penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.

A. Saluran Reproduksi
1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi
dengan krim estrogen.
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara
tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas
diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal
namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya
namunkecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau
ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi
yang dilakukan berupa terapi non-bedah dengan membuat vagina
baru menggunakan skin graft.
4. Sindrom feminisasi testis

11
Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari
hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi
normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim).
Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut
ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun
infertil (tidak dapat memiliki anak)
5. Parut pada rahim
Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan
intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman
dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi
(operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan
ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan
menggunakan foto rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan
mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis
estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi
penyembuhan lapisan dalam rahim.
B. Gangguan Indung Telur
1. Disgenesis Gonadal
Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang
digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan
terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
2. Kegagalan Ovari Prematur
Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum
usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat
infeksi atau proses autoimun.
3. Tumor Ovarium
Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.
C. Gangguan Susunan Saraf Pusat
1. Gangguan Hipofisis

12
Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan
amenorrhea. Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin berlebih)
akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan
gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan
menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin
dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi
hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin
atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.
2. Gangguan Hipotalamus
Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan sindrom
cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan
hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
3. Hipogonadotropik
Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional
(anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan
fungsional membutuhkan bantuan psikeater.

13
BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI


PADA Nn A UMUR 16 TAHUN DENGAN AMENORE PRIMER
DI PUSKESMAS BOWONG CINDEA

Tanggal masuk : 07 Oktober 2022

Pukul : 10.15 Wita

P. PENGKAJIAN 07-10-2022/ 10.15 Wita


A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Nn. A
Umur : 16 th
Agama : Islam
Pendidikan : Pelajar
Pekerjaan : Pelajar
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : kamp. Lempangan, desa bowong cindea
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Nona “A” mengatakan bahwa sampai saat ini
dirinya belum pernah menstruasi.
b. Riwayat Menstruasi
Belum menstruasi.
c. Riwayat Perkawinan
Nona mengatakan belum pernah menikah.
d. Riwayat Obstetri
Nona mengatakan belum pernah melahirkan.
e. Riwayat Kontrasepsi

14
Nona mengatakan belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi.
f. Riwayat Kesehatan
1) Nona mengatakan tidak pernah menderita
penyakit seperti jantung, asma, hipertensi,
maupun DM.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Nona mengatakan tidak sedang menderita
penyakit seperti jantung, asma, hipertensi,
maupun DM.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Nona mengatakan dalam keluarganya tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit
jantung.
g. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Makan : 3 x/hari. Jenis : nasi, sayur,
lauk.
Makanan pantang: tidak ada
Minum : ± 8 gelas/hari Jenis: air putih, jus
Masalah : tidak ada
2) Eliminasi
a) BAK : 5-6 x/hari. Warna : kuning
Keluhan: tidak ada.
b) BAB : 1-2 x/hari. Warna : kuning
kecokelatan.
Keluhan : tidak ada.
3) Istirahat
Tidur siang : ± 1½ jam. Tidur malam : ± 6
jam.
Keluhan : tidak ada.

15
4) Aktivitas
Nona mengatakan aktivitasnya sebagai
pelajar.
5) Personal Higiene
Mandi : 2x/hari. Gosok gigi : 2x/hari. Ganti
pakaian : 2x/hari. Keramas : 4x/minggu.
6) Pola seksual
Nona mengatakan belum pernah melakukan
hubungan seksual.
h. Data psikososial spiritual
 Nona mengatakan tidak mengetahui apa
penyebab dari penyakitnya.
 Pengambilan keputusan oleh orang tua.
 Nona mengatakan beragama islam dan
melaksanakan ibadah seperti shalat 5 waktu.
 Nona tinggal bersama orang tua.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TB : 155 cm
BB : 42 kg
LiLA : 22 cm
Vital Sign : TD : 100/80 mmHg S: 36,7º C
R : 20x/menit N : 88x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk mesocepal, kulit kepala dan rambut
bersih, tidak ada kelainan.
Muka : simetris, tidak oedema, tidak pucat.

16
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih.
Hidung : simetris, bersih, tidak ada sekret.
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi
tidak karies.
Telinga : bersih, tidak ada serumen.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe, maupun bendungan vena
jugularis.
Aksila : tidak ada benjolan.
Payudara : tidak dilakukan pemeriksaan.
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi.
Genetalia : terdapat kulit yang mencakup pintu masuk
vagina.
Ekstrimitas : atas : normal, tidak ada kelainan, tidak
oedema.
bawah: normal, tidak ada kelainan, tidak ada
oedema, tidak varises.
refleks patella : kanan (+) kiri (+).
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan.

Q. ANALISA
Diagnosa kebidanan : Seorang nn usia 16 tahun dengan amenore primer.

R. PELAKSANAAN 07-10-2022/15.20 Wita


1. Memberitahu nona hasil pemeriksaan yaitu : Vital Sign : TD:
100/80 mmHg N : 88x/menit S : 36,7ºC R : 20x/menit, kondisi
nona saat ini normal, tetapi pada pemeriksaan genetalia terdapat
selaput yang menutupi lubang vagina.
2. Memberikan KIE tentang amenorea, yaitu : amenorea merupakan
tidak terjadinya menstruasi. Amenorea dapat diklasifikasikan menjadi 2

17
jenis, yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer
merupakan suatu kejadian yang tidak pernah mengalami menstruasi sama
sekali, sedangkan amenorea sekunder merupakan pernah menstruasi
kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih. Gejala-gejala amenorea
primer tergatung pada penyebabnya, jika penyebabnya kegagalan pada
masa pubertas maka tidak ditemukan tanda-tanda pubertas seperti :
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak
sert perubahan bentuk tubuh. Gejala lain yaitu : sakit kepala, gangguan
penglihatan, penurunan atau penambahan berat badan yang berarti,
vagina kering, dan hirsutisme yaitu : pertumbuhan rambut yang
berlebihan, yang mengikuti pola pria serta perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara. Penyebab dari amenorea primer yaitu :
tertundanya menarke (menstruasi pertama), kelainan bawaan pada sistem
kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada
vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina
terlalu sempit/himen imperforata), penurunan berat badan yang drastis
(akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain
lain), kelainan bawaan pada sistem kelamin, kelainan kromosom
(misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer) dimana sel hanya
mengandung 1 kromosom X), Obesitas yang ekstrim, hipoglikemia,
kekurangan gizi.
3. Memberi motivasi kepada nona agar tetap bersemangat dan tidak berkecil
hati karena keadaan nona bisa disembuhkan dengan jalan memeriksakan
diri nona ke tenaga yang lebih ahli.
4. Menganjurkan nona untuk memeriksaan diri nona ke dokter spesialis
kandungan (SpOG) untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut terhadap
keadaan nona saat ini.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan gangguan kesehatan reproduksi kepada Nn. S


dengan amenorhe primer maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan
mengenai penanganan dismenorhea ini, pengkajian, analisa, dan planning yang
telah penulis lakukan antara lain :

S. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien
lengkap sehingga mendukung penetapan diagnosa.

Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek

PENGKAJIAN TEORI PRAKTEK

D Identitas Nama, Umur, Agama, Sama dengan teori


S pasien dan Pendidikan,Pekerjaan,
penanggung Suku, Alamat
jawab
Alasan Ada alasan datang dan Sama dengan teori
datang keluhan utama pasien

Riwayat Kesehatan sekarang, Sama dengan teori


kesehatan dahulu, dan keluarga

Riwayat Riwayat haid, riwayat Sama dengan teori


obstetrik kehamilan, persalinan dan
nifas lalu,riwayat
perkawinan, kehamilan
sekarang, dan KB

19
Pola Pola nutrisi,istirahat, Hanya ada
pemenuhan aktivitas,eliminasi, personal personal hygiene
kebutuhan hygiene,psico,sosial,
sehari – hari cultural,tingkat
pengetahuan
D KU,Tanda- Kesadaran, TD, N, RR, T Sama dengan teori
O tanda vital
Pemeriksaan Head to toe Hanya muka saja
fisik (kepala,muka,mata,hidung,
mulut,telinga,leher,ketiak,d
ada,abdomen,lipat
paha,vulva,ekstremitas,pun
ggung,anus
Pemeriksaan Muka, payudara, abdomen, Hanya muka saja
obstetri genetalia

T. Analisa
Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama dengan
teori asuhan nifas.

U. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kesehatan reproduksi pada Nn. S dengan
Dismenorhea antara teori dengan praktik tidak terdapat kesenjangan.
Diantaranya sesuai teori untuk menghilangi rasa nyeri saat haid di lakukan
kompres hangat pada bagian yang nyeri, sama dengan yang dilakukan saat
praktik. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pada asuhan
gangguan kesehatan reproduksi ini.
Dalam penanganan kasus nona “A” yang mengalami keluhan belum
pernah haid sama sekali di usia nya yang berumur 16 tahun. Bidan
mendiagnosa nona A mengalami amenorrhea primer. Bidan melakukan
asuhan kebidanan yang sesuai seperti Melakukan pendekatan pada klien dan

20
keluarga klien dengan cara komunikasi terapeutik untuk menjelaskan
tentang kondisi klien saat ini serta untuk menjelaskan tentang tindakan yang
akan dilakukan. Peran dan wewenang bidan dalam kasus ini hanya
memberikan KIE tentang amenorrhea, memberikan motivasi agar nona tetap
mau memeriksakan dirinya ke tenaga yang lebih ahli yaitu ke dokter
kandungan (spOG) untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut
tentang kondisinya saat ini.

21
BAB V
PENUTUP

V. Kesimpulan
Amenore adalah kondisi di mana seorang wanita tidak mengalami
menstruasi, meskipun berdasarkan periode mentruasi seharusnya wanita
tersebut mengalami menstruasi. Amenore dapat diklasifikasikan menjadi 2
yaitu : Amenore primer : Ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan
seksual sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual
sekunder; tidak mendapatkan menstruasi. Dan amenore sekunder : Ketika
wanita yang pernah mendapatkan menstruasi, tidak mendapatkan
menstruasi.

Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon


dibuat dan dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon
dari kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya,
dikendalikan oleh hormon yang diproduksi di hipotalamus otak.
Pengobatannya dapat berupa pemeriksaan USG, Histerosalpingografi,
Histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

22
DAFTAR PUSTAKA
Hamilto Persis Mary, Dasar-Dasar Keprawatan Maternitas, Edisi – 6, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1995.

Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998.

Lynda Jual Capertino, Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, 1998.

Maryanti, Dwi. 2009. “Kesehatan Reproduksi”. Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo Sarwono, Prof, Dr, DSOG, Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Kumala. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.

Marheni, Herni. 2011. Konsep dasar amenorrhea. www.klikdokter.com. / Diakses


23 November 2014.

Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang. Jakarta : EGC.

Suparyanto. 2011. Amenorrhea. www.jurnalmedika.com/ Diakses 22 November


2014.

Winknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP.

23
24

Anda mungkin juga menyukai