Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS DAN TERMINAL

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT


RETINOBLASTOMA

OLEH KELOMPOK 4 :

1. YULIUS SAIRI SARONGALLO (2022082024030)


2. ANDI IKHMASABANIYAH (2022082024011)
3. JANETH A. MARIA RUMAROPEN (2022082024046)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga makalah
kelompok kami tentang Asuhan Keperawatan anak dengan retinoblastoma dapat
terlesaikan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari Dosen serta
pembaca kelompok lain agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

 Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jayapura, 20 September 2022

Kelompok IV

DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1. Latar Belakang....................................................................................................................1

2. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

3. Tujuan..................................................................................................................................1

4. Manfaat................................................................................................................................1

5. Metode Penulisan................................................................................................................1

6. Sistematika Penulisan.........................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................2

A. Konsep Dasar Medis...........................................................................................................2

1. Definisi..............................................................................................................................2

2. Anatomis Fisiologi...........................................................................................................2

3. Etiologi.............................................................................................................................4

4. Manifestasi Klinis............................................................................................................9

5. Patofisiologi....................................................................................................................10

6. Pathway..........................................................................................................................11

7. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................................12

8. PemeriksaanDiagnostik................................................................................................12

9. Penatalaksanaan Medik...............................................................................................14

iii
BAB III.........................................................................................................................................17

ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................17

A. Pengkajian.........................................................................................................................17

B. Pengumpulan data:.............................................................................................................2

C. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................18

BAB IV..........................................................................................................................................23

PENUTUP......................................................................................................................................2

A. Kesimpulan........................................................................................................................23

B. Saran..................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang dewasa
sampai anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker Retina
Mata merupakan penyakit kanker yang menempati urutan nomor dua terbanyak
selain kanker darah atau leukemia. Penyakit kanker retina ini ditandai dengan bercak
putih. Dan ternyata kanker retina ini menyerang anak-anak yang berumur 0-5 tahun.
Dan juga berdasarkan data badan kesehatan dunia penderita kanker ini terus
meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia. Di Indonesia 9.000 penderitanya
kanker retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk penderita yang jumlahnya
tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh
lingkungan dan infeksi virus.
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah
lapisan mata yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk
melihat). Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia
dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat disembuhkan bila terdeteksi dini.
Retinoblastoma yang terjadi pada satu mata disebut sebagai unilateral dan yang
terjadi pada dua mata disebut sebagai bilateral.  90% dari pasien penderita
retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga.
Sedang 10% lainnya memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga.
Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan
sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.
Dari hal tersebut, maka sangat diperlukannya pengetahuan mengenai
retinoblastoma bagi seorang perawat agar dapat memberikan penanganan secara tepat
sehingga dapat meminimalisir kejadian yang lebih buruk terjadi. Untuk itu kami
membuat makalah ini sebagai bahan pembelajaran mengenai gangguan sistem
persepsi dan sensori pada penderita retinoblastoma.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien anak
dengan penyakit Retinoblastoma ?

3. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan penyakit Retinoblastoma.

4. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan konsep
dasar asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Retinoblastoma
5. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode study pustaka, dengan cara
mengambil referensi dari beberapa sumber yang ada hubungannya dengan
Retinoblastoma.

6. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjauan Pustaka
A. Konsep Penyakit
B. Proses keperawatan
Bab III : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Retinoblastoma merupakan tumor intraokular kongenital ganas yang muncul dari
retina dan paling umum terjadi pada kanak-kanak (Wong, 2009).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara
awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13
bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus
unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan
evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan
anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia
dibawah 1 tahun (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 )
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokular yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia di bawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retina embrional (Mansjoer A. 2005).
Dari beberapa pendapat yang telah kami temukan maka dapat dikatakan
retinoblastoma adalah tumor endoocular pada anak yang mengenai sel syaraf
embrionik retina yang merupakan keganasan intraokuler yang paling sering
terjadi pada anak.

2. Anatomis Fisiologi
Struktur anatomi bola mata yang erat hubungannya dengan Retinoblastoma yaitu
struktur retina dan vitreus. Retinoblastoma biasanya tumbuh di bagian posterior
retina, tampak sebagai tumor tunggal dalam retina. Jika timbul dalam lapisan inti
interna, tumor itu tumbuh ke dalam ( endofitik ) mengisi rongga kaca dan tumbuh
kearah luar ( exofitik ) menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus.

Vitreus ( badan kaca )

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina,tidak berwarna, bening dan konsistensi lunak. Bagian luar merupakan lapisan
tipis ( membran hiolid). Struktur badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima
nutrisinya dari jeringan sekitarnya : koroid, badan siliar dan retina. Badan kaca bersifat semi
cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90 % sehingga tidak dapat lagi menyerap
air. Sesungguhnya fungís badan kaca sama dengan fungís cairan mata, yaitu mempertahankan
bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa

2
retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Pelekatan itu terdapat
pada bagian yang disebut oraserata, pars plana, dan papil saraf optik. Kejernihan badan kaca
disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi.

Retina

Retina atau selaput jala, suatu membran yang tipis dan bening, dan merupakan bagian
mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Letaknya antara badan
kaca dan koroid. Warna retina biasanya jingga.

( Gbr 1 Anatomi Bola Mata)

Retina mempunyai ketebalan sekitar 1 mm terdiri atas :

1. Membran limitan internal, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca

2. Lapisan serabut saraf, merupan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Didalam lapiasan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

3. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapisan badan sel daripada neuron kedua.

4. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aselular merupakan tempat sinaps


sel bipolar,sel amakrin dengan sel ganglion.

5. Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
Muller. Lapis ini memdapat metabolisme dari arteri retina sentral.

3
6. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

7. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis diatas avaskular dan memndapat metabolisme dari kapiler koroid.

8. Membran limitan eksternal, yang merupakan membran ilusi.

9. Lapisan batang dan kerucut,merupakan lapisan penangkap sinar, memdapat nutrisi


dari koroid.

10. Lapisan epitel pigmen.

Pembuluh darah didalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina
sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada
retina dalam.

( Gbr 2 lapisan dari Retina )

3. Etiologi
a. Kelainan kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif
yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat
somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara

4
autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf
penglihatan/nervus optikus).

b. Faktor genetik
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak, bagaimanapun,
mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang
menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling mungkin menjadi kesalahan acak
selama proses copy yang terjadi ketika sel membelah.

3.1 Klasifikasi
a. Klasifikasi Reese dan Ellsworth
Klasifikasi ini berdasarkan dari perhitungan jumlah, ukuran, lokasi tumor, dan
ada-tidaknya vitreous seeding. Namun hanya dapat diaplikasikan pada retinoblastoma
tipe intraokuler. Tidak dapat dipakai untuk pasien yang telah stadium ekstraokuler.

Group I : penglihatan sangat memungkinkan untuk dipertahankan

1) Tumor Soliter, ukuran kurang dari 4 diameter disc, pada atau dibelakang equator
2) Tumor Multipel, ukuran tidak melebihi 4 diameter disc, semua pada atau
dibelakang equator

Group II : penglihatan memungkinkan untuk dipertahankan

1) Tumor Soliter, ukuran 4-10 diameter disc, pada atau dibelakang equator
2) Tumor Multipel, ukuran 4-10 diameter disc, dibelakang equator

Group III : penglihatan mungkin dapat dipertahankan

1) Ada lesi dianterior equator


2) Tumor Soliter lebih besar 10 diameter disc dibelakang equator.

Group IV : penglihatan sulit untuk dipertahankan

1) Tumor Multipel, beberapa besarnya lebih besar dari 10 diameter disc


2) Ada lesi yang meluas ke anterior ora serrata

Group V : penglihatan tidak mungkin untuk dipertahankan

1) Massive Seedingmelibatkan lebih dari setengah retina


2) Vitreous seeding
b. Klasifikasi retinoblastoma menurut The International Classification for
Intraocular Retinoblastoma:
Grup A: Tumor intraretina kecil, terletak jauh dari fovea dan diskus.

5
1) Seluruh tumor berukuran < 3 mm, terbatas pada retina
2) Seluruh tumor berlokasi ≥3 mm dari fovea
3) ≥1.5 mm dari diskus optikus

Grup B: Seluruh tumor lainnya yang berukuran kecil dan terbatas pada retina

1) Seluruh tumor yang terbatas di retina dan tidak memenuhi kategori grup A.
2) Tumor berkaitan dengan cairan subretina berukuran ≤ 3mm dari tumor tanpa
penyebaran sub retina.

Group C: Tumor local dengan penyebaran minimal pada sub retina atau vitreus.

Group D: Penyakit difus dengan penyebaran signifikan pada sub retina atau
vitreus.

1) Tumor dapat bersifat masif atau difus.


2) Terdapat cairan sub retina, saat ini atau masa lampau, tanpa penyebaran,
yang maksimal dapat meliputi hingga seluruh retina.
3) Tumor pada vitreus bersifat difus atau masif yang dapat mencakup
manifestasi “greasy” atau massa tumor avaskular
4) Tumor diskrit
5) Terdapat cairan sub retina, saat ini atau lampau, tanpa penyebaran, yang
meliputi maksimal hingga seperempat retina.
6) Terdapat penyebaran lokal pada vitreus yang terletak dekat pada tumor
diskrit.
7) Penyebaran lokal sub retina < 3 mm (2 DD) dari tumor.
8) Penyebaran difus subretina dapat mencakup bentuk plak sub retina atau nodul
tumor.

Grup E: Terdapat satu atau lebih dari prognosis buruk dibawah ini:

1) Tumor mencapai lensa.


2) Tumor mencapai permukaan anterior vitreus mencakup badan siliar atau
segmen anterior mata
3) Diffuse infiltrating retinoblastoma
4) Glukoma neovaskular
5) Media opak dikarenakan perdarahan.
6) Tumor nekrosis dengan selulitis orbital aseptik.
7) Phthisis bulbi

6
c. Klasifikasi dari American Joint Commission on Cancer (AJCC) edisi ke 7 tahun
2009:
T : Ukuran tumor primer dengan ekstensinya

T1 : Tidak lebih dari 2/3 volume mata, tanpa penyebaran subretinal atau vitreus

T2 : Tidak lebih dari 2/3 volume mata disertai penyebaran subretinal atau vitreus
dan ablasi retina

T3 : Penyakit intraokuler berat

T4 : Penyebaran ekstraokuler (invasi ke nervus opticus, chiasma opticus, orbita)

N : Keterlibatan Kelenjar Getah Bening regional atau jauh

M1 : Penyebaran sistemik

d. Klasifikasi berdasarkan International Staging System for Retinoblastoma


(ISSRB):
1) Stadium 0: Pasien diterapi secara konservatif (klasifikasi preoperatif);
2) Stadium I : Enukleasi mata, reseksi komplit secara histopatologik;
3) Stadium II: Enukleasi mata, terdapat residu tumor mikroskopik;
4) Stadium III : Ekstensi regional
a) Melebih iorbita
b) Terdapat pembesaran KGB preaurikular atau KGB servikal;
5) Stadium IV : Terdapat metastasis
a) metastasis hematogen : lesitunggal, lesimultipel
b) perluasanke SSP: lesi prechiasma, massa intracranial/SSP, tumor mencapai
leptomeningeal.
e. Klasifikasi Berdasarkan Gejala Klinik
7
Di negara berkembang dimana penderita paling banyak ditemukan pada stadium
lanjut, klasifikasi dibuat berdasarkan gejala kliniknya , yaitu:

1) Stadium leukokoria (stadium tenang )

Pada stadium ini pasien tidak merasakan gejala apapun hanya penglihatan yang
menurun sampai visus 0. Saat ini orang tua pasien sering merasa tidak ada
masalah dengan mata anaknya sehingga kadang dibiarkan , padahal pada tahap
inilah pasien masih bisa diselamatkan dengan tindakan enukleasi (pengangkatan
bola mata) , jika pada pemeriksaan patologi anatomi N. Optik sudah terkena
maka tindakan selanjutnya adalah kemoterapi. Perlangsungan hidup pada stadium
ini jika cepat ditindak lanjuti biasanya membaik.
2) Stadium exophthalmos

Pada stadium ini massa tumor sudah memenuhi seluruh isi bola mata,
sehingga gejala yang nampak adalah galukoma .Gejala lain yang dapat nampak
adalah strabismus , uveitis , hifema. Stadium ini biasanya hanya berlangsung
beberapa bulan , sehingga jika terlambat ditangani akan masuk stadium
berikutnya. Penanganan pada stadium ini dilakukan enukleasi kemudian
kemoterapi. Tapi dapat juga kemoterapi dahulu untuk mengecilkan tumor
kemudian dilanjutkan dengan enukleasi. Prognosis pasien pada stadium ini masih
baik , jika pasien berobat teratur.
3) Stadium glaukomatosa

Pada stadium ini bola mata sudah menonjol (proptosis), akibat desakan
massa tumor yang sudah keluar ke extraokuler. Segmen anterior bola mata sudah
rusak dan keadaan umum pasien nampak lemah dan kurus. Prognosis pada
stadium ini buruk, tindakan yang dilakukan hanyalah untuk mempertahankan
hidup pasien. Dilema yang biasanya dihadapi dalam pengobatan stadium ini

8
adalah kondisi pasien yang lemah akan diperparah dengan pemberian kemoterapi
yang notabene merupakan drug of choice dari terapi retinoblastoma. Biasanya
dilakukan biopsy dahulu kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi.
4) Stadium metastase

Stadium ini sangat buruk oleh karena tumor sudah masuk ke kelenjar lymphe
aurikuler atau sub mandibula . Penanganan pada stadium ini hanyalah bersifat
paliatif saja.

4. Manifestasi Klinis
a. Leukokoria
Leukokoria adalah refleksi putih kekuningan dalam pupil yang disebabkan oleh
tumor di belakang lensa. Warna putih mungkin terlihat pada saat anak melirik atau
dengan pencahayaan pada waktu pupil dalam keadaan semi midriasis, sehingga
gejala ini sering disebut seperti "mata kucing". Dan merupakan gejala klinis yang
paling sering ditemukan pada retinoblastoma intra okuler yang dapat mengenai
satu atau kedua mata.
b. Penurunan atau menghilangnya pengelihatan dan Strabismus
Merupakan gejala dini yang sering ditemukan setelah leukokoria. Strabismus
adalah gangguan visual di mana mata tidak sinkron dan titik fokus menuju ke arah
yang berbeda. Strabismus ini muncul bila lokasi tumor pada daerah makula
sehingga mata tidak dapat terfiksasi. Strabismus dapat juga terjadi apabila
tumornya berada diluar makula tetapi massa tumor sudah cukup besar.
c. Mata merah
Mata merah ini sering berhubungan dengan glaukoma sekunder yang terjadi akibat
retinoblastoma. Apabila sudah terjadi glaukoma maka dapat diprediksi sudah
terjadi invasi tumor ke nervus optikus. Selain glaukoma, penyebab mata merah ini
dapat pula akibat gejala inflamasi okuler atau periokuler yang tampak sebagai
selulitis preseptal. Atau endoftalmitis. Inflamasi ini disebabkan oleh adanya tumor
yang nekrosis.
d. Hifema
Hifema (hyphema) adalah pendarahan di ruang anterior mata

e. Hipopion

9
Hipopion (hypopyon) adalah akumulasi sel darah putih (nanah) di ruang anterior
mata.

f. Buftalmus
Merupakan gejala klinis yang berhubungan dengan peningkatan Tekanan Intra
Okuler akibat tumor yang bertambah besar.

g. Pupil midriasis
Midriasis adalah dilatasi (pelebaran) pupil berlebihan karena penyakit, trauma atau
obat-obatan, jika dalam retinoblastoma karena tumor. Biasanya, pupil melebar
dalam gelap dan menyempit dalam terang. Tapi seseorang denngan pupil midriatik
akan tetap melebar, bahkan di lingkungan yang terang.

h. Propotosis
Bola mata menonjol kearah luar akibat pembesaran tumor intra dan ekstra okuler

5. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion
atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen,
ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum
tulang dan visera , terutati.

10
6. Pathway

Endogen Eksogen
( kesalahan replikasi ( lingkungan berpolusi,
gerakan atau perbaikan ) bahan kimia, sinar UV )

Mutasi sel pada retina

Endofitik Exofitik

Tumor tumbuh Tumor keluar kelapisan


kedalam vitrenous retina/sub retina

Leukokoria Tumor mencapai Peningkatan massa Pembatasan aktivitas

Penurunan visus mata Strabismus Peningkatan TIO Proses sosialisasi terganggu

Gangguan penglihatan Ketidakmampuan utk viksasi Mata menonjol Resiko perkembangan


terganggu

Perubahan persepsi Mata mengalami


sensori visual deviasi Nyeri Akut Resiko Tinggi Infeksi

Penurunan Metastase
Risiko cedera
lapang pandang

Melalui aliran darah


Gangguan persepsi
Mata Otak
sensori visual

Gangguan persepsi Neovascularisasi Gangguan pada Tumor menekan Gangguan pada


sensori penglihatan cerebelum pusat nyeri Nervus Optikus

Hipopion Hifema Leukokoria Gangguan Nyeri Gangguan


ingatan kepala penglihatan

Kemoterapi Operasi

Mual & Muntah Alopesia Degradasi Kulit Pre operasi Post operasi
sumsum tulang hiperpigmentasi

Kurangnya Kurang
Nutrisi Gangguan Produksi Degradasi kulit pengetahuan pengetahuan
berkurang konsep diri eritrosit menurun mengenai perawatan
terganggu prosedur/
tindakan
Resiko infeksi
Kekurangan eritrosit (
anemia )
Perubahan fisik mata

Perubahan body
image

11
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat
merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
b. Pemeriksaan Khusus Mata
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga 
dapat  merusak  semua  organ  di  mata  yang  menyebabkan  tajam penglihatan
sangat menurun.
2) Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat
merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.
3) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,  
bilik   mata   depan,   iris,   lensa   dan   pupil.   Pada   retinoblastoma
didapatkan:
a) Leukokoria, yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
b) Hipopion, yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
c) Hifema, yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d) Uveitis
4) Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan
gejala   yang paling sering ditemukan  pada  penderita dengan retinoblastoma.
5) Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata
meningkat.

8. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan dengan anestesi umum
Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan bola mata secara baik, yaitu menentukan
diameter kornea, tekanan intra okular, pemeriksaan funduskopi serta melihat
pembuluh darah atau neovaskularisasi.
2) CT Scan/MRI Orbita
CT Scan atau MRI mata untuk melihat perluasan tumor dan keterlibatan jaringan
di sekitar mata. Pada CT Scan tampak lesi padat heterogen dengan fokus
densitas tinggi yang sesuai dengan klasifikasi. Pada MRI tampak gambaran
hiperintense (T1, densitas proton), hipointense (T2). Kalsifikasi fokus hipointense

12
CT Scan atau MRI kepala, terutama pada kasus yang dicurigai herediter, untuk
melihat adanya massa intrakranial.
3) BMP/LP
Biopsi sumsum tulang atau pungsi lumbal. Pemeriksaan ini tidak rutin,
dikerjakan bila terdapat indikasi perluasan tumor keluar dari bola mata.
4) Biopsi
Dengan melakukan biopsi jarum halus maka tumor dapat ditemukan jenisnya.
Namun demikian tindakan ini dapat menyebabkan terjadinya penyebaran sel tumor
sehingga tindakan ini jarang dilakukan.
5) Funduskopi
Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan gambaran tumor dengan warna putih atau
krem kekuningan, dengan lesi satelit pada retina, ruang sub retina dan terdapat sel-
sel tumor pada korpus vitreus (Vitreus Seeding). Untuk mendapatkan pemeriksaan
funduskopi yang lebih detail sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan midriatil
untuk melebarkan pupil.
6) Bone Scan
Untuk menunjukkan bila retinoblastoma telah menyebar ke tulang tengkorak
atau tulang lainnya. Pemeriksaan ini tidak rutin dan dilakukan hanya bila ada
indikasi kuat kecurigaan penyebaran ekstraokuler.
7) X-foto
Pada pemeriksaan X foto, hampir 60-70% penderita retinoblastoma menunjukkan
adanya kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optic foramen optikum
melebar.
8) Fluresen angiongrafi
Pada pemeriksaan fluoresen angiografi, pemeriksaan Funduskopi (pemeriksaan
retina dan saraf mata) dapat dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop, lensa
pembesar (78D, 90D) atau dengan funduskopi indirek (Schepen) dengan anestesi
umum pada pupil dilatasi maksimal didapatkan gambaran berupa massa tumor dan
neovaskularisasi pada daerah tumor, tetapi tidak dapat menampilkan gambaran
Vitreus Seeding.
9) USG
USG pada mata dapat memberikan gambaran heterogenitas dan kalsifikasi jaringan
yang identik dengan massa pada retinoblastoma. USG tidak lebih sensitif jika
dibandingkan dengan Computed Tomografi (CT) yang ideal untuk mendeteksi
adanya kalsifikasi intraokuler. Namun, CT dikhawatirkan dapat memperburuk
mutasi gen pada penderita retinoblastoma dengan usia di bawah 1 tahun karena
adanya radiasi dari alat tersebut.

13
9. Penatalaksanaan Medik
Tujuan utama dari penatalaksanaan Retinoblastoma adalah menyelamatkan hidup
pasien, sedangkan kembalinya fungsi visual mata merupakan tujuan sekunder (Reddy
& Honavar, 2008). Penatalaksanaan Retinoblastoma melibatkan tim dari berbagai
multidisiplin, yaitu disiplin ilmu onkologi mata, onkologi pediatrik, onkologi radiasi,
onkologi psikis, genetika, dan onkopatologi oftalmologi. Strategi manajemen
tatalaksana RB tergantung dengan tingkat keparahannya, seperti intraokular RB, RB
dengan karakteristik risiko tinggi, orbital RB, dan metastasis RB (Pandey, 2013). Tata
laksana untuk intraokular RB meliputienukleasi, external beam radiation therapy
(EBRT), cryotherapy, laser photocoagulation, thermotherapy, brachytherapy
denganiodine 125 atauruthenium 106 plaques, dansystemic chemotherapy. Sedangkan
untuk tatalaksana ekstraokular RB diberi terapi lebih lanjut (Lin &O’brien, 2009).
a. Terapi Retinoblastoma Intraokular
Stadium dari Retinoblastoma menentukan terapi yang akan diberikan pada
penderita. Klasifikasi Reese-Ellsworth (R-E) untuk retinoblastoma intraokular
ditemukan sejak tahun 1960 dan telah digunakan selama lebih dari 40 tahun
hingga saat ini. Klasifikasi R-E sangat berguna dalam memperkirakan prognosis
penderita yang akan diterapi dengan External Beam Radiation (EBR). Terdapat 5
stadium dalam klasifikasi R-E.

b. Enukleasi
Kebanyakan pasien dengan unilateral retinoblastoma yang besar dan
pertumbuhan tumor yang progresif dilakukan enukleasi. Indikasi lain dari
enukleasi adalah pasien dengan bilateral retinoblastoma yang tidak merespon baik
dengan kemoterapi atau dengan terapi lain dimana enukleasi dilakukan pada mata
dengan prognosis yang buruk. Enukleasi sangat jarang diindikasikan pada kedua
mata. Biasanya enukleasi dilakukan pada kedua mata bila visus kedua mata nol.
Dan dilakukan pada stadium intraokuler. Setelah dilakukan enukleasi dapat
dipasang bola mata buatan untuk menjaga agar kosmetika pasien tetap baik.
Angka kesembuhan pasien unilateral retinoblastoma yang dilakukan enukleasi
mencapai hingga >95%.

c. Eksenterasi
Eksenterasi orbita merupakan tindakan pengangkatan seluruh orbita,
termasuk bola mata, jaringan lunak orbita, serta kelopak mata. Tumor yang sudah
meluas kejaringan ekstra okuler atau berinvasi ke jaringan sekitar mata atau
stadium ekstraokuler retinoblastoma maka dilakukan eksenterasi.

14
d. Terapi EBR
Terapi EBR mempunyai manfaat yang besar dalam penyembuhan
retinoblastoma. Indikasi terbanyak dilakukannya EBR adalah pada pasien dengan
bilateral retinoblastoma yang mendapat kekambuhan setelah dilakukan terapi lain
pada kedua matanya. Anak dengan tumor kecil pada daerah makula yang tidak
merespon dengan kemoterapi atau anak yang mengalami kekambuhan setelah
dilakukan kemoterapi dapat diindikasikan untuk mendapat terapi EBR.Target
lokasi terapi EBR adalah seluruh area tumor yang terdapat pada bola mata sampai
sepanjang 1 cm didepan nervus optikus. Angka ketahanan hidup pasien yang
diterapi dengan EBR adalah 53.4% dalam 10 tahun dengan angka kekambuhan
27,9% setelah 10 tahun terapi. Komplikasi dari terapi EBR adalah katarak,
kerusakan nervus optikus, oklusi total retina, perdarahan korpus vitreus, dan
hipoplasi tulang temporal.

e. Termoterapi
Termoterapi dilakukan dengan mengaplikasikan panas secara langsung ke
tumor, biasanya dilakukan dengan radiasi sinar infra merah dengan suhu 450 oC –
600oC. Termoterapi diindikasikan pada tumor kecil, dengan ukuran diameter 7.

f. Kemotermoterapi
Tumor yang berukuran lebih besar dapat diterapi dengan kombinasi antara
termoterapi dan kemoterapi yang disebut kemotermoterapi. Pelaksanaan
termoterapi dan kemoterapi dilakukan berselang setiap jam. Terapi
kemotermoterapi dapat mengontrol retinoblastoma sebesar 86%.
Komplikasi dari kemotermoterapi adalah atrofi iris, atrofi diskus optikus,
traksi retina, oedema diskus optikus dan udem kornea. Kemotermoterapi terutama
berguna untuk pasien dengan tumor pada fovea dan nervus optikus dimana pada
terapi radiasi atau terapi fotokoagulasi laser mungkin membuat penurunan
penglihatan yang signifikan.
g. Fotokoagulasi Laser
Fotokoagulasi laser direkomendasikan hanya untuk tumor kecil yang
berlokasi pada bagian posterior. Tumor ditembak dengan argon laser atau dioda
laser atau xenon laser. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menghentikan suplai
darah ke jaringan tumor karena efek dari laser tersebut adalah koagulasi. Efek
samping dari terapi ini adalah ablasi retina, oklusi pembuluh darah retina dan
fibrosis pre-retinal. Efektifitas terapi didapatkan bila dalam satu bulan dilakukan
sebanyak 2-3 kali terapi.

15
h. Cryoterapi
Cryoterapi bertujuan untuk membekukan jaringan tumor dan membuat
jaringan tumor mengalami infark karena kerusakan pada daerah vaskularisasi
tumor. Cryoterapi dapat digunakan sebagai terapi utama terhadap tumor kecil
yang terletak di perifer atau tumor sekunder yang kecil yang muncul setelah terapi
lain sebelumnya.
i. Terapi Retinoblastoma Ekstraokular
Pasien dengan retinoblastoma ekstraokular mempunyai prognosis yang sangat
buruk untuk bertahan hidup. Pada pasien dengan metastase regional biasanya
dipilihkan terapi kombinasi kemoterapi dengan terapi EBR ataupun eksenterasi
orbita. Pada pasien dengan metastase yang jauh dilakukan kombinasi terapi
kemoterapi dosis tinggi dan terapi EBR.
j. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak
seperti radiasi atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi
sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.
Kemajuan yang signifikan dalam penanganan retinoblastoma intraokular
bilateral dalam beberapa dekade terakhir telah menggunakan kemoterapi sistemik
primer. Pemberian kemoterapi sistemik mengurangi ukuran tumor,
memungkinkan untuk penggabungan fokal terapi dengan laser, krioterapi, atau
radioterapi. Saat ini digunakan kombinasi berbagai regimen seperti Carboplatin,
Vincristine, Etoposide dan Cyclosporine. (American Academy of Ophthalmology,
2007).
Pada tumor berukuran besar, kemoterapi berguna untuk mengecilkan ukuran
tumor, memfasilitasi terapi lokal berikutnya sehingga menghindari enukleasi atau
external beam radiotherapy. Pada tumor berukuran kecil, kemoterapi dapat
digunakan tanpa terapi lainnya, juga untuk melindungi visus sebisa mungkin,
tetapi resiko kekambuhan tumor meningkat. (Kanski, 2007).
Anak-anak mendapat obat kemoterapi secara intravena setiap 3-4 minggu
untuk 4-9 siklus kemoterapi.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien : Nama, usia : sering terjadi pada anak-anak dibawah 2 tahun,
jenis kelamin, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, tanggal pengkajian, No.
Register, dan diganosa medis.
Identitas Penanggung Jawab : Nama ayah atau ibu, usia, pendidikan, pekerjaan /
sumber penghasilan, agama dan alamat.
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga alasan kenapa masuk Rumah Sakit.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa merupa bintik putih pada mata tepatnya
pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
4) Riwayat Penyakit Dulu
Ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama atau tidak.
5) Riwayat Penyakit Masa Lalu

b. Pemeriksaan Fisik
 B1 : Breathing ( Respiratory System) : Normal
 B2 : Blood ( Cardiovascular system) : Normal
 B3 : Brain ( Nervous system) : nyeri kepala, visus 1/60, strabismus, bola mata
menonjol
 B4 : Bladder ( Genitourinary system) : Nomal
 B5 : Bowel (Gastrointestinal System) : Normal
 B6 : Bone ( Bone-Muscle-Integument) : kelelahan, malaise, kelemahan,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.
 Biopsikososial spiritual
Gejala : Cengeng, Perasaan tidak percaya diri ,berbeda dengan teman
sebayanya.
Tanda : murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung

17
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori pada
mata
2. Resiko tinggi cidera b/d penurunan lapang pandang
3. Nyeri akut b/d peningkatan massa tumor
4. Gangguan Konsep diri b/d perubahan penampilan
5. Resiko gangguan perkembangan b/d pembatasan aktivitas
6. Anxietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai prosedur/tindakan pre-operasi,
kehilangan fungsi penglihatan.

18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RETINOBLASTOMA

No Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d Setelah dilakukan intervensi  Observasi


gangguan penerimaan sensori pada mata keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Periksa status mental,status sensori,
maka status neurologis membaik dan tingkat kenyamanan ( mis. nyeri,
dengan Kriteria Hasil : kelelahan )
 Teraupetik :
1. Reaksi pupil meningkat 1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap
beban sensori (mis. terlalu terang )
2. Sakit kepala menurun 2. Batasi stimulus lingkungan (mis.
Aktivitas
3. Pandangan kabur menurun 3. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu
istirahat
4. Ukuran pupil membaik
 Edukasi :
1. Ajarkan cara meminimalisasi
5. Gerakan mata membaik
stimulus (mis: mengatur
pencahayaan ruangan
 Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam meminimalkan

19
prosedur/tindakan
2. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus

2 Resiko tinggi cidera berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Observasi:


penurunan lapang pandang asuhan keperawatan keluarga 1. Identifikasi lingkungan yang
selama ...x24 jam diharapkan berpotensi menyebabkan cedera
keluarga mampu memodifikasi 2. Identifikasi obat yang berpotensi
lingkungan klien guna menyebabkan cedera
menurunkan tingkat risiko  Terapeutik:
cedera, Dengan kriteria hasil : 1. Sediakan pencahayaan yang
1. Ketajaman penglihatan memadai
sedang 2. Gunakan lampu tidur selama jam
2. Toleransi aktivitas dari tidur
menurun menjadi meningkat 3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
dengan lingkungan ruang rawat
(mis.penggunaan telepon, tempat
tidur, penerangan ruangan, dan
lokasi kamar mandi)
4. Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai (mis.tongkat
atau alat bantu jalan lain)

20
 Edukasi:
1. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
3 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan Setelah dilakukan tindakan  Observasi :
massa tumor asuhan keperawatan keluarga 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
selama ...x24 jam durasi, frekuensi, kualitas, dan
diharapkan keluarga mampu intensitas nyeri
memutuskan tindakan kesehatan 2. Identifikasi skala nyeri
agar nyeri dapat berkurang, 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Dengan kriteria hasil : 4. Identifikasi factor yang memperberat
1. Kemampuan menuntaskan dan memperingan nyeri
aktivitas meningkat 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
2. Keluhan nyeri dari nyeri kualitas hidup
berat menjadi nyeri ringan  Terapeutik :
3. Wajah grimace menjadi 1. Fasilitasi istirahat tidur
rileks 2. Pertimbangkan jenis dan sumber
4. Pola tidur mebaik nyeri dalam pemilihan strategi

21
5. Gelisah menurun meredakan nyeri
 Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut
sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
            Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan
perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami
komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala
dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.

B. Saran
Retinoblastoma merupakan penyakit kongenital pada mata yang seringterjadi
pada anak-anak. Pemeriksaan mata pada bayi yang baru lahir penting untuk mengetahui
kelainan pada bayi lebih awal untuk mencegah terjadinya komplikasi.Oleh karena itu
sangat penting untuk menangani kelainan ini secara tepat untuk mendapat prognosis yang
baik.
 Agar pengetahuan tentang “Askep pada pasien anak dengan Retinoblastoma”
dapat di pahami dan dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari
dengan baik karena dengan mengetahui “Askep pada pasien anak dengan
Retinoblastoma” dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu medis. Karena
dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan tersebut maka kita akan termotivasi lagi
untuk belajar menjadi orang yang lebih baik dalam hal ilmu pengetahuan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Retinoblastoma | PDF (scribd.com), Diakses pada tanggal 19 September 2022, Jam 15.00 WIT

https://www.academia.edu/24161065/Asuhan_Keperawatan_Retinoblastoma, Diakses pada


tanggal 19 september 2022, Jam 15.00 WIT

24

Anda mungkin juga menyukai