F DENGAN KASUS
RETINOBLASTOMA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah : Keperawatan Anak II
Dosen Pengampu : Anisa Purnamasari, S.Kep., Ns., M. Kep
Di Susun Oleh :
Nama : SUCI AYUNI LESTARI
NIM : (P201801076)
Kelas : L2 Keperawatan
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik dan
hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
tentangASUHAN KEPERAWATAN RETINOBLASTOMA ini tanpa adanya
halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga saya
panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Saya berharap tugas ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ASUHAN KEPERAWATAN
RETINOBLASTOMA yang berhubungan dengan adanya kelainan pada mata.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi sempurnanya hasil tugasini. Kami hanya dapat berharap agar hasil tugas ini
dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha
kami selama ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................5
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah keganasan intraokular tersering pada anak yang dapat
menyerang anak sejak berada di dalam rahim ibu hingga usia 5 tahun (Garza and
Gombos, 2013) (Yun et al., 2011). Di Indonesia, menurut data Sistem Registrasi
Kanker di Indonesia (SriKanDI) tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa estimasi
insidens retinoblastoma pada anak (0- 17 tahun) sebesar 2,4 per 100.000, dengan
angka kematian akibat retinoblastoma merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah leukemia, karena umumnya penderita datang terlambat atau
sudah dalam stadium lanjut (Kemenkes, 2011). Menurut data Kementrian
Kesehatan RI (2011), keterlambatan diagnosa retinoblastoma di Indonesia 90%
berasal dari orang tua anak. Keluarga terutama orang tua merupakan orang
terdekat dalam kehidupan anak. Pada kasus retinoblastoma, umumnya pada usia
0-5 tahun anak belum dapat menjelaskan bagaimana rasa sakit/kelainan yang
dirasakan, maka peran keluarga khususnya orang tua sangat penting untuk
mengenali kehadiran tanda dan gejala yang muncul pada anak, kemudian
mengambil keputusan terhadap melakukan atau tidak melakukan pemeriksaan
kondisi anak serta pelayanan kesehatan yang akan dipilih sebagai tempat
pengobatan (WHO, 2014)
Retinoblastoma adalah keganasan intraokular yang paling sering dialami oleh
neonatus dan anak-anak, dengan insidens terjadinya yaitu 1 per 15.000-20.000
kelahiran dan sekitar 3% dari total keganasan yang terjadi pada anak. Diagnosis
dan penanganan retinoblastoma yang terlambat terjadi di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia mengakibatkan terjadinya metastasis
ekstraokular, kehilangan penglihatan dan kematian. Pada negara-negara
berkembang, kira-kira setengah populasi anak yang terdiagnosis retinoblastoma
meninggal, diduga karena baru terdiagnosis saat stadium penyakit yang sudah
lanjut, sementara hanya 3-4% anak yang terdiagnosis di negara maju (Amerika
dan Eropa) meninggal karena lebih awal dalam mendiagnosis dan penatalaksaan
yang lebih komprehensif. Adanya hambatan dalam mendiagnosis secara dini pada
4
Negara berkembang dikarenakan belum baiknya sistem asuransi kesehatan,
kurangnya komunikasi dan kerjasama pihak- pihak yang terlibat, masih
terbatasnya peralatan penunjang diagnosis dan kurang efisiennya system rujukan.
Hambatan lain termasuk faktor pendidikan, kultural dan ekonomi. Pemberian
penanganan yang optimal pada retinoblastoma adalah suatu hal yang kompleks
dan memerlukan sebuah tim yang terdiri dari berbagai macam bidang dan disiplin
ilmu. Namun pembentukan tim yang seperti itu tentu saja akan menghadapi
berbagai macam tantangan khususnya pada keadaan dan daerah yang memiliki
sumber daya yang terbatas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari penyakit Retinoblastoma ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Retinoblastoma ?
3. Bagaimana saja manifestasi klinis dari penyakit Retinoblastoma ?
4. Bagaiamana patofisiologi dari penyakit Retinoblastoma ?
5. Bagaiamana komplikasi dari penyakit Retinoblastoma?
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari penyakit Retinoblastoma ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Retinoblastoma ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit Retinoblastoma
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit Retinoblastoma
3. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari penyakit
Retinoblastoma
4. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari penyakit Retinoblastoma
5. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi penyakit Retinoblastoma
6. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan penyakit Retinoblastoma
7. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Retinoblastoma
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Retinoblastoma merupakan neoplasma intraokulamaligna primer yang berasal
dari sel retina imatur (retinoblas) dalam perkembangan retina. Dan merupakan
keganasan intraokular primer yang paling sering terjadi pada anak-anak di seluruh
dunia. Penyakit ini umumnya diidentifikasi pada anak-anak berusia di bawah 6
tahun.
Klasifikasi stadium Retinoblastoma berdasarkan international intraocular
Retinoblastoma Classfication
1. Tumor intraretinal kecil yang letaknya jauh dari foveola dan diskus optikus.
semua tumor berukuran ≤ 3 mm, terbatas pada retina, atau
semua tumor terletak sejauh > 3 mm dari foveola dan 1,5 mm dari
diskus optikus.
Semua tumor yang terbatas pada retina, yang tidak tergolong grup A
Adanya cairan subretinal yang terletak < 3 mm dari tumor tanpa
seeding subretinal
2. Penyakit lokal diskret dengan seeding subretinal atau vitreous yang minimal
Tumor diskret
Cairan subretinal, tanpa dijumpai seeding, mencakup hingga ¼ retina
Local subretinal seeding, yang letaknya < 3mm dari tumor
Local fine vitreous seeding yang letaknya dekat dengan tumor diskret
3. Penyakit difus dengan seeding subretinal atau vitreous yang minimal
Tumor dapat massif dan difus
Cairan subretinal, tanpa dijumpai seeding, yang mencakup hingga
ablasio retina total
Diffuse subretinal seeding, dapat berupa plak subretina atau tumor
nodul
6
Penyakit vitreous massif atau difus yang dapat berupa ‘ greasy seeds’
atau massa tumor avascular
4. Adanya satu atau lebih dari temuan dengan prognosis buruk berikut :
Tumor yang menyentuh lensa
Glaucoma neovaskular
Tumor disisi anterior dan vitreous anterior, termaksud badan siliar atau
anterior segmen
Retinoblastoma infiltrative difus
Perdarahan intraocular massif yang membentuk media opak
Nekrosis tumor dengan selulitis orbital aspetik
B. Etiologi
1. Faktor endogen
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1 yang terletak pada
kromosom 13q14. Penyakit ini dapat bersifat diturunkan (heritable) maupun tidak
diturunkan (non- heritable). Hipotesis Knudson (two-hit hypothesis) menjelaskan
bahwa dibutuhkan dua kejadian mutasi untuk menyebabkan terbentuknya tumor
retinoblastoma. Pada retinoblastoma yang dapat diturunkan, terjadi mutasi dari 1
alel gen RB1 sebelum pembelahan mitosis embryogenesis yang pertama (mutasi
germline), yang kemudian dapat Berlanjut mengenai alel kedua sehingga
berkembang menjadi suatu keganasan. Sedangkan pada retinoblastoma yang tidak
diturunkan, terjadi mutasi somatic pada kedua alel gen RB1 pada satu sel retina
imatur (retinoblas).Sekitar 85% retinoblastoma tipe diturunkan memiliki onset
yang lebih cepat,tumor bilateral dan multifokal, sementara tumor retinoblastoma
tipe tidak diturunkan bersifat unilateral, unifokal dengan onset lambat.
2. Faktor Eksogen
Lingkungan berpolasi,bahan kimia, sinar UV, radiasi.
C. Manifestasi Klinis
1. Leukoria ( pupil berwarna putih pada satu atau kedua bola mata
2. Strabismus ( mata juling )
7
3. Heterochomia ( warna yang berbeda pada pupil )
4. Hyphema ( darah pada kamera okuli anterior )
5. Tajam penglihatan sangat menurun
6. Nyeri
D. Pathway
Endogen Eksogen
RETINOBLASTOMA
Penurunan lapang
pandang
8
Peningkatan TIO
Mata menonjol
Nyeri Akut
E. Komplikasi
1. Penyebaran kanker ke jaringan dan organ lain (metastasis)
2. Ablasi Retina
3. Perdarahan pada bola mata
4. Glaucoma
5. Selulitis orbita
6. Phthisis bulbi
F. Penatalakasanaan
1. Terapi fokal ( laser,cryotheraphy, brachytheraphy )
2. Vincristine + carboplatin × 6 siklus terapi fokal setelah 2-6 siklus
3. VCE × 6 siklus terapi fokal
4. VCE × 6 siklus Radiasi Eksterna
5. Enukleasi kemoterapi 3 agen
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus :
An. F berusia 4 tahun dibawa oleh orang tuanya ke Rs. Santa anak, ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya sering mengeluh sakit pada mata sejak 1 bulan yang
lalu, ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya mengalami penurunan
penglihatan, klien mengalami strasbismus. Dengan pemeriksaan fisik, BB : 14 Kg,
TB : 90 cm, TD : 100/ 80 mmHg, N : 60x/ menit, RR : 140x/ menit
A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Usia : 4 thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Melati
2. Riwayat kesehatan saat ini
Pasien mengeluh sakit pada mata dan mengalami penurunan penglihatan klien
juga mengalami strasbismus
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada penyakit yang diderita sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu dan ayah tidak memiliki penyakit seperti klien.
5. Pengkajian Fisik (TTV)
BB : 14 Kg TB : 90 cm
TD : 100/ 80 mmHg N : 60x/ menit
RR : 140x/ menit HR : 60x/ menit
Palpasi : mata menonjol
10
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan funduskopi
b. USG
c. CT-Scan
d. MRI Orbita
e. Tes genetik
Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : Ibu klien mengatakan Agens cedera biologis Nyeri Akut
anaknya sering mengeluh
sakit pada mata
DO : Klien tampak meringis
dan memegangi mata
Palpasi : mata menonjol
P : nyeri terasa sejak
pandangan menjadi
menurun
Q : Sakit seperti ditusuk
R : Palpebra
S : Skala 5
T : muncul tiba-tiba
DS : ibu klien mengatakan Disfungsi Integrasi Risiko cedera
anaknya mengalami Sensori
penurunan penglihatan
DO : klien mengalami
strasbismus
TD : 100/ 80 mmHg
N : 60x/ menit
RR : 140x/ Menit
TB : 90 cm
11
BB : 14 Kg
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d Agens pencedera biologis d.d DS : Ibu klien mengatakan
anaknya sering mengeluh sakit pada mata DO : Klien tampak meringis dan
memegangi mata
Palpasi : mata menonjol
P : nyeri terasa sejak pandangan menjadi menurun
Q : Sakit seperti ditusuk
R : Palpebra
S : Skala 5
T : muncul tiba- tiba
2. Risiko Cedera b/d Disfungsi integrasi sensori d.d : DS : ibu klien
mengatakan anaknya mengalami penurunan penglihatan DO : klien
mengalami strasbismus
TD : 100/ 80 mmHg
N : 60x/ menit
RR : 140x/ Menit
TB : 90 cm
BB : 14 Kg
C. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Agens pencedera tindakan 1x24 jam a. Lakukan pengkajian
biologis d.d DS : diharapkan nyeri akut nyeri komprehensif
Ibu klien dapat teratasi dengan KH yang meliputi lokasi,
mengatakan : karakteristik, onset/
anaknya sering 1. Kontrol nyeri durasi,frekuensi,kualitas
12
mengeluh sakit Indikator Aw Ak ,intensitas atau beratnya
pada mata DO : al hir nyeri pada faktor
Klien tampak Mengena 2 4 pencetus
meringis dan li kapan b. Observasi adanya
memegangi mata nyeri petunjuk nonverbal
Palpasi :mata terjadi mengenai
Mengga 2 4
menonjol ketidaknyamanan
mbarkan
P : nyeri terasa sejak terutama pada mereka
faktor
pandangan menjadi yang tidak bisa
penyeba
menurun berkomunikasi secara
b
Q : Sakit seperti efektif
ditusuk c. Pastikan perawatan
R : Palpebra analgesic bagi pasien
S : Skala 5 yang dilakukan dengan
T : muncul tiba- tiba pemantaua ketat
d. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
memengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
( misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising )
e. Kurangi atau eliminasi
faktor- faktor yang
dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri
( misalnya, ketakutan,
kelelahan, keadaan
monoton atau kurang
pengetahuan )
13
f. Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
g. Gunakan tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri
bertambah
h. Informasikan tim
kesehatan lain/ anggota
keluarga mengenai
strategi non farmakologi
yang sedang digunakan
untuk mendorong
pendekatan preventif
terkait dengan
manajemen nyeri
i. Gunakan pendekatan
multidisiplin untuk
manajemen nyeri, jika
sesuai
2. Risiko Cedera b/d Setelah dilakukan Manajemen lingkungan :
Disfungsi integrasi tindakan 1x24 jam keselamatan
sensori d.d : DS : diharapkan risiko cedera a. Identifikasi
ibu klien dapat teratasi dengan KH kebutuhan
mengatakan : keamanan pasien
anaknya 1. Kejadian jatuh berdasarkan fungsi
mengalami Indikato Aw Ak fisik dan kognitif
penurunan r al hir serta riwayat
penglihatan DO : perilaku di masa
klien mengalami lalu
strasbismus b. Identifikasi hal-hal
14
TD : 100/ 80 mmHg Jatuh 2 4 yang
N : 60x/ menit saat membahayakan di
RR : 140x/ Menit berjalan lingkungan
TB : 90 cm ( misalnya bahaya
BB : 14 Kg fisik, biologi, dan
2. Fungsi sensori :
kimiawi)
penglihatan
c. Gunakan peralatan
indikat Aw Akhi
pelindung
or al r
( misalnya,
Ketaja 2 4
pengekangan,
man
pegangan pada sisi,
pandan
kunci pintu, pagar,
gan
dan gerbang )
dari
untuk membatasi
garis
mobilitas fisik atau
tengah
akses pada situasi
( kiri )
Ketaja 2 4 yang
man membahayakan
pandan d. Edukasi individu
gan dan kelompok yang
dari beresiko tinggi
garis terhadap bahan
tengah berbahaya yang
( kanan ada dilingkungan
)
D. Implementasi
Nama Klien/umur : An. F/4 tahun
No. Kamar/ruang : 02/Anggrek
Diagnosa medis : Retinoblastoma
15
No. Hari Dx keperawatan Implementasi
Dx /Tanggal
1. Jum’at , 01 Nyeri Akut b/d Mandiri :
januari 2021 Agens Pencedera 1. Mengobservasi TTV klien.
10.00 wita Fisik TD : 100/80 mmHg
N : 60x/menit
RR : 140x/menit
2. Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset/
durasi,frekuensi,kualitas,inten
sitas atau beratnya nyeri pada
faktor pencetus
3. Mengobservasi adanya
petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak bisa
berkomunikasi secara efektif
11.00 wita 4. Memastikan perawatan
analgesic bagi pasien yang
dilakukan dengan pemantaua
ketat
5. Mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
memengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
( misalnya, suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising )
6. Mengurangi atau
16
mengeliminasi faktor- faktor
yang dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri
( misalnya, ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton
atau kurang pengetahuan )
7. Mengajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
Kolaborasi :
1. Menginformasikan tim
kesehatan lain/ anggota
keluarga mengenai strategi
non farmakologi yang sedang
digunakan untuk mendorong
pendekatan preventif terkait
dengan manajemen nyeri
Jum’at 01 Risiko cedera b/d Mandiri :
januari 2021 disfungsi 1. Mengobservasi TTV klien.
integritasi sensorik TD : 100/80 mmHg
14.00 wita N : 60x/menit
RR : 140x/menit
2. Mengidentifikasi kebutuhan
keamanan pasien berdasarkan
fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku di masa lalu
3. Mengidentifikasi hal-hal yang
membahayakan di lingkungan
( misalnya bahaya fisik,
biologi, dan kimiawi)
4. Menggunakan peralatan
17
pelindung ( misalnya,
pengekangan, pegangan pada
sisi, kunci pintu, pagar, dan
gerbang ) untuk membatasi
15.00 wita mobilitas fisik atau akses pada
situasi yang membahayakan
5. Mengedukasi individu dan
kelompok yang beresiko
tinggi terhadap bahan
berbahaya yang ada
dilingkungan
Kolaborasi :
-
E. Evaluasi
Nama Klien/umur : An. F/4 tahun
No. Kamar/ruang : 02/Anggrek
Diagnosa medis : Retinoblastoma
No. Hari / Dx keperawatan Evaluasi
Dx Tanggal
Jum’at , 01 Nyeri akut b/d Agens S : ibu klien mengatakan
januari 2021 pencedera biologis anaknya sering mengeluh
sakit pada daerah mata
O : klien tampak meringis dan
memegangi mata
P : nyeri terasa sejak
pandangan menjadi
menurun
Q : Sakit seperti ditusuk
R : Palpebra
S : Skala 5
18
T : muncul tiba-tiba
A : tujuan tercapai, masalah
belum teratasi.
P : lanjut intervensi
Jum’at 01 Risiko cedera b/d S : ibu klien mengatakan pasien
januari 2021 disfungsi integrasi mengalami penurunan
sensorik penglihatan
O: klien mengalami strasbismus
A : tujuan tercapai, masalah
belum teratasi.
P : lanjut intervensi
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan neoplasma intraokulamaligna primer yang berasal
dari sel retina imatur (retinoblas) dalam perkembangan retina. Dan merupakan
keganasan intraokular primer yang paling sering terjadi pada anak-anak di seluruh
dunia. Penyakit ini umumnya diidentifikasi pada anak-anak berusia di bawah 6
tahun.
Manifestasi Klinis
1. Leukoria ( pupil berwarna putih pada satu atau kedua bola mata
2. Strabismus ( mata juling )
3. Heterochomia ( warna yang berbeda pada pupil )
4. Hyphema ( darah pada kamera okuli anterior )
5. Tajam penglihatan sangat menurun
6. Nyeri
B. Saran
Demikian ASKEP RETINOBLASTOMA yang saya buat, semoga dapat
bermanfaat. saya menyadari bahwa askep saya belum begitu sempurna apabila
terdapat kesalahan mohon di maafkan dan di maklumi karna saya masih dalam
proses belajar. Maka dari itu saya meminta saran dan kritik yang membangun
kepada teman-teman dan ibu dosen guna penyempurnaan askep kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
20
Nanda – I. 2018-2020. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
edisi 1. Jakarta : EGC
NIC. Nursing interventions classification edisi keenam. Yogyakarta :
Elsivier
NOC. Nursing outcomes classification edisi keenam. Yogyakarta : Elsivier
Henry kodrat, Soehartati Gondhowiardjo. 2013. Radioterapi pada
Retinoblastoma. Journal of the Indonesian radiation oncology society
Junetta Airene priskila taba, cliff Ernst. 2020. Retinoblastoma unilateral
:sebuah laporan kasus pada pelayanan kesehatan sekunder dengan fasilitas
terbatas. Intisari sains medis
21