Disusun Oleh:
Cupriyanti
2014901013
C. Faktor Presdiposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orangtua yang tidak
realitis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. dan
Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik, peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural. Faktor yang mempengaruhi
identitas personal, meliputi ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok
sebaya dan perubahan dalam struktur sosial.
D. Faktor Presipitasi
Stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal:
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau
posisi yang diharapkan di mana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga
jenis transisi peran (Stuart & Sundeen, 1998): Transisi peran perkembangan
adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan, perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri. Transisi
peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluaraga
melalui kelahiran atau kematian Transisi peran sehat-sakit, sebagai akibat
pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan
oleh: kehilangan bagian tubuh perubahan bentuk, ukuran, penampilan dan fungsi
tubuh prosedur medis dan keperawatan.
E. Jenis
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri, gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/ penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai
(Makhripah D & Iskandar, 2012).
2. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa (Makhripah D & Iskandar, 2012).
F. Rentang Respon
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a. Pertahanan jangka pendek termasuk sebagai berikut:
1. aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas (konser musik, bekerja keras, menonton televisi, secara
obsesif)
2. aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (ikut
serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau gang)
3. aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu
(penyalahgunaaan obat)
4. aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri (olahraga
yang kompetitif, pencapaian akademik, kontak untuk mendapatkan
popularitas).
b. Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut:
1. penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
2. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat
diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan (splitting),
berbalik marah pada diri sendiri dan amuk.
III. A. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Berduka disfungsional
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
Klien mengatakan dirinya tidak berguna tidak bisa apa-apa
Klien mengatakan merasa putus asa
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan kesulitan tidur
Data Objektif :
Klien tampak memiliki perasaan tidak mampu
Klien tampak memiliki pandangan hidup yang pesimis
Klien tampak memiliki penolakan terhadap kemampuan diri
Klien tampak terlihat kurang memperhatikan diri
Klien tampak berpakaian tidak rapih
Klien tidak berani menatap lawan bicara
Klien tampak lebih banyak menunduk
2. Diagnosa perawatan
Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan atau memilih
d. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
1. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasikemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Memotivasi klien untuk melatih kemampuan yang dimilikinya
c. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih