Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA ANAK
DENGAN KASUS
BULLYING
Kelompok 2 Kelas A20.2
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

Amelia Wahyu Kusuma Wardani (22020120130120)


Risma Dewi Isrowati (22020120120032)
Endah Dwi Agustin (22020120120030)
Mutiara Perdana Siwi (22020120140146)
Novia Nur Fitriyani (22020120130088)
Yohana Krisyanti Lumban Toruan (22020120140142)
Anggun Putri Anjani (22020120140138)
Mukti Dwi Puspitasari (22020120120024)
Ma'rifatul Ngajib (22020120140154)
TOPIK PEMBAHASAN

01 02 03 04 05

Latar Definisi Etilologi Bentuk-bentuk Manifestasi


Belakang Bullying Bullying Bullying Bullying

06 07 08 09 10

Tempat Terjadinya Dampak Penanganan Konsep Dasar Asuhan Kesimpulan


Bullying Bullying Bullying Keperawatan Jiwa pada dan Saran
Kasus Bullying dan
contoh kasus
Latar Belakang
Remaja adalah salah satu fase dalam pertumbuhan serta perkembangan
manusia. Bullying merupakan tindakan penindasan secara verbal maupun
nonverbal yang dilakukan remaja atau kelompok remaja kepada remaja lainnya
tanpa mengenal gender maupun usia dengan jenis bullying fisik, langsung,
bullying verbal, bullying nonverbal langsung, bullying nonverbal tidak langsung,
cyberbullying, dan Bullying pelecehan seksual. Perilaku agresif seperti bullying
dikalangan remaja mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan, salah satunya
kecemasan. Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dilakukan seorang
perawat kepada remaja korban bullying untuk membantu mengurangi kecemasan
tanpa membuat individu khawatir disalahkan dalam mengeksplorasi perasaan atau
emosi yang dialaminya.
DEFINISI BULLYING
Bullying berasal dari kata "bully" yang artinya
penggerak atau orang yang mengganggu orang lain
yang lemah. Bullying secara umum juga diartikan
sebagai perplocohan, penindasan, pengucilan,
pemalakan, dan sebagai tindakan, sedangkan "bully"
adalah pelakunya (Chakrawati, 2015). Kata bullying
berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull
yang berarti banteng yang senang merunduk kesana
kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi
kata bully berarti penggertak, orang yang
mengganggu orang lemah (Zakiyah, dkk 2017).
ETIOLOGI BULLYING

Menurut jurnal Iris Wagman Borowsky


Menurut Aricsto (2009) dalam 2012, faktor risiko pemikiran bunuh diri pada
Mundijanti (2012). Penyebab perilaku remaja dengan harga diri rendah
terjadinya Bullying, antara lain : kronis antara lain:
1. Keinginan untuk bunuh diri selama masa
1. Keluarga belianya.
2. Sekolah 2. Adanya riwayat pelecehan seksual,
masalah kesehatan mental, melarikan diri
3. Kelompok Sebaya
dari rumah, cidera diri, dan korban kekerasan
4. Kondisi Lingkungan Sosial di sekolah.
5. Tayangan televisi dan media cetak 3. Sering menyaksikan/menonton kekerasan
dalam keluarga, riwayat kekerasan fisik.
4. Penggunaan alkohol dan ganja.
ETIOLOGI BULLYING

Menurut jurnal Iris Wagman Borowsky


2012, faktor pelindung untuk melindungi
diri terhadap keinginan bunuh diri pada
remaja dengan harga diri rendah kronis
antara lain :
1. Berpartisipasi pada tim/klub/komunitas
olahraga di sekolah.
2. Kegiatan keagamaan dan kegiatan seni
rupa.
3. Meningkatkan prestasi akademik atau
non akademik
4. Memiliki guru atau teman di sekolah
yang peduli pada siswanya
BENTUK-BENTUK BULLYING
Menurut Chakrawati (2015), bentuk-bentuk
Bullying Fisik
bullying besar dibedakan menjadi 3 yaitu: Bullying
Bullying seperti ini bertujuan Psikis
menyakiti tubuh seseorang, Bullying seperti ini menyakiti
misalnya memukul, korban secara psikis, misalnya
mendorong, menampar, pengucilan, mengintimidasi,
mengeroyok, menendang, menekan, mengabaikan,
menjegal, menjaili, dan Bullying mendiskriminasi, dan
sebagainya.
Verbal sebagainya.

Bullying verbal artinya


menyakiti dengan ucapan,
misalnya mengejek,
membentak, mencaci,
menggosip, memaki, dan
sebagainya.
BENTUK-BENTUK BULLYING

Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso (2007)
dalam Zakiyah, dkk (2017), bullying dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

Bullying Fisik Bullying Verbal

Bullying
Cyber Bullying Relasional
BENTUK-BENTUK BULLYING

1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,


mengunci, seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan
merusak barang yang dimiliki orang lain).
2. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan (put-down),
mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, mencela/mengejek,
memaki, menyebarkan gosip).
3. Perilaku nonverbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh
bullying fisik atau verbal).
4. Perilaku nonverbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
5. Pelecehan seksual (kadang-kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
MANIFESTASI BULLYING

Menurut Chakrawati (2015), tanda-tanda bullying sering kali


terkait dengan hal-hal di bawah ini yaitu :
● Terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan target
● Terdapat keinginan untuk melukai
● Cenderung berulang
● Ancaman dan teror
TEMPAT TERJADINYA BULLYING

Menurut Chakrawati (2015), tempat-tempat yang biasanya dilakukan


bullying sebagai berikut :
1. Sekolah dan kampus
2. Jejaring atau media sosial
3. Jalan atau tempat sepi
4. Rumah
5. Tempat parkir
6. Mobil jemputan
DAMPAK BULLYING
Dampak buruk yang dapat terjadi pada anak yang menjadi korban bullying
antara lain:
1. Depresi
2. Lebih sedikit
3. Malu dan ingin menyendiri
4. Luka fisik
5. Sering sakit tiba-tiba
6. Merasa isolasi dan pergaluan
7. Prestasi akademik menurun
8. Kurang semangat
9. Kecemasan
10. Keinginan untuk mengakhiri hidup
PENANGANAN BULLYING

Penanganan kecemasan korban bullying harus segera mungkin dilakukan untuk


meminimalkan dampak. Terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan pada
korban bullying adalah terapi kognitif. Terapi kognitif adalah suatu terapi yang
mengidentifikasi pemikiran negatif dan merusak yang mendorong ke arah kecemasan dan
depresi yang menetap. Terapi kognitif dapat membantu menghentikan pikiran negatif dan
membantu penderita melawannya, terapi ini bertujuan untuk mengubah pikiran negatif
menjadi positif, membantu mengendalikan diri. Terapi kognitif diberikan dalam 3 sesi
yaitu :
1. Sesi 1: identifikasi pikiran otomatis negatif.
2. Sesi 2: penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif.
3. Sesi 3 adalah manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran negatif. Terapi dilakukan
sebanyak 4-6 kali pertemuan, masing-masing pertemuan dilakukan setiap minggu berkisar
45-60 menit pada masing-masing responden.
KONSEP DASAR
ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA
PENGKAJIAN

1 2 3 4

Identitas pasien Keluhan Utama Faktor Predisposisi Aspek Fisik

5 6 7 8

Aspek Psikososial Masalah psikososial Pengetahuan


Mekanisme Koping
& lingkungan
Diagnosa
Isolasi Sosial

Ketidakefektifan koping
03 individu
Gangguan harga diri: harga diri
rendah
Isolasi sosial
Harga Diri Rendah
Gangguan persepsi sensori
Penilaian internal individu
maupun penilaian eksternal
yang negatif
Resiko Bunuh Diri
Mekanisme koping
01 02
maladaptive Ketidakefektifan koping
Harga diri rendah individu
Gangguan persepsi sensori Putus asa
Resiko bunuh diri
Kematian
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana


tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini.
Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons pasien
didokumentasikan (Prabowo, 2014).
EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut :

a. S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dapat di
ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
b. O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat
diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan.
c. A: Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada.
d. P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien yang terdiri
dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.
CONTOH
KASUS
Gambaran Kasus
Nn. T berusia 20 tahun seorang artis cilik, terdiagnosis Bullimia Nervosa selama tiga tahun. Sejak kecil
Nn.T memang menggemaskan karena tubuhnya yang gemuk. Ketika Nn.T beranjak remaja, ia menjadi
korban bully dari teman- temannya karena tubuhnya yang gemuk.Nn.T selalu memendam hal tersebut
sampai ia mengalami setres berat. Nn.T melampiaskan rasa setresnya dengan makan dan bulimia. Ia
mengatakan pernah memiliki berat badan 78 kg kala tingginya 140 cm. Sampai pada akhirnya ia
melakukan diet ketat bahkan sampai harus diopname karena menolak makan. Demi bertubuh langsing.
Nn.T mengaku sempat merogoh tenggorokan hingga memuntahkan segala makanan yang sudah masuk
perut, berolahraga secara berlebihan Sepanjang itu, tidak ada anggota keluarganya yang tahu. Nn.T kerap
depresi ketika berhadapan dengan angka timbangan yang tidak kunjung bergerak ke arah kiri, bahkan
sempat membanting dua timbangan. Nn.T sempat pun sempat merasakan ketakutan akan penyakit
tersebut dan harus berhenti atau live or die. (Astuti et al, 2014)
PENGKAJIAN

1) Faktor predisposisi
a. Aspek biologi: klien terdiagnosis Bullimia Nervosa
b. Psikologis: klien merasa setres berat
c. Sosiokultural: klien berjenis kelamin perempuan berusia 17 tahun
2) Faktor Presipitasi
a. Aspek sifat: klien menderita penyakit Bullimia nervosa
b. Aspek asal: tubuhnya gemuk
c. Aspek waktu: klien menderita Bullimia Nervosa selama 3 tahun.
d. Aspek Jumlah: klien merasa malu
PENGKAJIAN
3) Penilaian terhadap stressor
a. Respons kognitif: klien merasa malu
b. Respons afektif: klien sempat merasakan ketakutan
c. Respons fisiologis: mengaku sempat merogoh tenggorokan
d. Respons perilaku: klien kerap depresi
e. Respons sosial: klien menyembunyikan stress dari anggota keluarganya
4) Kemampuan mengatasi masalah
a. Aspek sosial support: keluarga selalu memberikan dukungan
b. Aspek material asset: klien dari keluarga yang berkecukupan dan sebagai artis
5) Mekanisme koping : secara destruktif klien tidak mampu mengekspresikan
perasaan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

HARGA DIRI RENDAH GANGGUAN CITRA ISOLASI


KRONIK TUBUH SOSIAL

1 2 3
INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Klien dapat mengatakan secara verbalisasi Peningkatan Harga diri


Harga diri rendah kronik
menerima diri sebelumya dari skala 1 (tidak
Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi
pernah dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
kekuatan dan bantu pasien untuk menemukan
2. Klien mampu menerima gambaran dirinya dari penerimaan.
skala 1 (tidak pernah dilakukan) menjadi 4 (sering Peningkatan Citra Tubuh
dilakukan)
Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada
3. Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dari tahap perkembangan dan bantu pasien untuk
skala 2(jarang dilakukan) menjadi 5 (konsisten mengembangkan harapan citra tubuh yang lebih
dilakukan) realistik.

Dukungan emosional

Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh


dukungan.
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Gangguan citra tubuh Tujuan: Body Image Enhancement


Setelah diberikan asuhan keperawatan
-Monitor frekuensi kalimat yang mengkritik diri sendiri
selama 3 x24 jam diharapkan
gangguan citra tubuh klien teratasi Rasional : Untuk mengetahui seberapa besar klien mampu
dengan kriteria hasil. menerima keadaan dirinya
Kriteria Hasil:
-Bantu klien untuk mengenali tindakan yang akan meningkatkan
Adaptation to Physical Disability
penampilannya
-Mampu beradaptasi dengan
keterbatasan fungsional (skala 4 dari 1 Rasional : Untuk meningkatkan percaya diri klien
–5
Body Image 2. Self Esteem Enhancement
- Mampu menyesuaikan dengan -Anjurkan klien untuk menilai kekuatan pribadinya
perubahan fungsi tubuh (skala 4 dari 1
– 5) Rasional : Agar klien tahu seberapa kekuatan pribaidnya
Self Esteem
-Anjurkan kontak mata dalam berkomunikasi dengan orang lain
-Merasa dirinya berharga (skala 4 dari
1 – 5) Rasional : Agar klien lebih percaya diri
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Isolasi social Kriteria Hasil : Socialization enhacement


-Fasilitasi dukungan kepada pasien oleh keluarga, teman dan
-Partisipasi waktu luang: menggunakan
komunitas
aktivitas yang menarik,
-Dukung hubungan dengan orang lain yang memiliki minat dan
menyenangkan, dan
tujuan yang sama
menenangkan untuk meningkat
-Dorong melakukan aktivitas sosial dan komunitas
kesejahteraan
-Berikan uji pembatasan interpersonal
-Iklim sosial keluarga: lingkungan
-Berikan umpan balik tentang peningkatan dalam perawatan dan
yang mendukung yang bercirikan
penampilan diri atau aktivitas lain
hubungan dan tujuan anggota keluarga
-Fasilitasi pasien untuk berpartisipasi dalam diskusi dengan group
-Keseimbangan pada perasaan mampu
kecil
menyesuaikan terhadap emosi sebagai
-Membantu pasien mengembangkan atau meningkatkan
respon terhadap keadaan tertentu
keterampilan sosial interpersonal
KESIMPULAN

Bullying adalah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan
seseorang atau kelompok. Tindakan ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang
lebih kuat, tidak bertanggung jawab, dilakukan secara berulang, dan pelaku merasa senang. Tindakan
tersebut dapat menyakiti korban baik secara fisik maupun psikis sehingga dapat memberikan dampak
negatif pada korbannya terutama remaja. Perilaku agresif seperti bullying dikalangan remaja
mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan, salah satunya kecemasan.

Korban bullying pada remaja mengakibatkan hilangnya rasa percaya, timbul rasa benci, dan takut
untuk membina hubungan atau interaksi dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Masalah yang
timbul akibat bullying pada remaja memerlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk mencegah
gangguan mental lebih lanjut. Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dilakukan seorang perawat
kepada remaja korban bullying untuk membantu mengurangi kecemasan tanpa membuat individu khawatir
disalahkan dalam mengeksplorasi perasaan atau emosi yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Borowsky, I. W., Taliaferro, L. A., & McMorris, B. J. (2013). Suicidal thinking and behavior among youth involved in
verbal and social bullying: Risk and protective factors. Journal of Adolescent Health, 53(1 SUPPL), S4-S12.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.10.280
Djuwita, R. (2006). Kekerasan Tersembunyi Di Sekolah. Aspek-Aspek Psikososial dari Bullying. www.didpib.or.id.
Diakses Tanggal 2 Oktober 2019 Jam 20.00 WIB.
Febriana, B. (2016). Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Harga Diri Remaja Korban Bullying. Jurnal Ilmu Keperawatan
(Journal of Nursing Science), 4(1), 73-84. https://doi.org/10.21776/ub.jik.2016.004.01.
Febriana, Betie. (2017). Penurunan Kecemasan Remaja Korban Bullying melalui Terapi Kognitif. Indonesian Journal of
Nursing Practice Vol. 1 No. 2
Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Harbelubun, S. A., & Irnawati, I. (2021). Literature Review: Gambaran Bullying Pada Remaja. In Prosiding Seminar
Nasional Kesehatan (Vol. 1, pp. 1165-1171).
DAFTAR PUSTAKA
Iksani, Leli Nurul. (2015). Studi Fenomenologi :Dinamika Psikologis Korban Bullying pada Remaja.
KPAI. (2018). Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter. Jakarta: KPAI
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Mundijanti. (2012). School Bullying dan Peran Guru Dalam Mengatasinya (Naskah Krida Rakyat). Madiun. Universitas
Katolik Widya Mandala.
Mulyawan, M., & Agustina, M. (2019). Terapi Kreasi Seni Menggambar Terhadap Kemampuan Melakukan Menggambar
Bentuk pada Pasien Harga Diri Rendah. Jurnal doi mja 332Wiki Keperawatan Indonesia, 8(01), 380-387.
NANDA International. 2014. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman;
Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica
Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC
NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2015-2017. Jakarta : EGC
Pambudhi, Y. A., & Suroso, T. M. (2015). Efektivitas group cognitive behavior therapy (Gebt) dalam menurunkan
kecemasan menghadapi pelaku bullying ditinjau dari harga diri pada korban bullying. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 3(1), 18-31. https://doi.org/10.22219/JIPT.V311.2124
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Teori Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Raharjo, S., & Aktifah, N. (2021). Penerapan Terapi Menulis Terhadap Tingkat Kecemasan Remaja Korban Bullying. In
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan (Vol. 1, pp. 2038-2044).
Rekha, G.O. (2015). Studi Tentang Bullying Pada Siswa Autis Di Sekolah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Salmon, S., Turner, S., Taillieu, T., Fortier, J., & Afifi, T. O. (2018). Bullying Blatynization Experiences armare middle
and higlysekretindolessents: Traditional Adolescence, 63 (May 2017). 29-40.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2017.12.005
Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Gangguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Zakiyah, E.Z.., Humaedi, S., dkk. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Prosiding
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 324-330. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14352.
Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying.
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 4(2).
THANKS!
STOP Do you have any questions?

BULLYING

Anda mungkin juga menyukai