Anda di halaman 1dari 41

Pengantar Psikiatri

dr. Mutiara Anissa, Sp.KJ

fk.unbrah.ac.id @infofkunbrah
Apa itu Psikiatri?
• Psikiatri atau Ilmu Kedokteran Jiwa

• Cabang Ilmu Kedokteran yang mempelajari patogenesis, diagnosis, terapi,


rehabilitasi, pencegahan gangguan jiwa dan peningkatan kesehatan jiwa.
Sehat??

• Sehat adalah keadaan sempurna secara fisik, mental, serta sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit
dan kecacatan. (WHO)
• Sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan)

• Tujuan pengobatan bukan sekedar penyembuhan atau mengurangi gejala/penyakit, namun meningkatkan
kualitas hidup seoptimal mungkin (walaupun adanya kecacatan/disabilitas)
Definisi Kesehatan Jiwa (WHO)
• Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang:
– Merasa sehat dan bahagia
– Mampu menghadapi tantangan hidup
– Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
– Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain

• Berfungsi secara efektif  melakukan tugas/aktivitas sehari-hari, merasa puas


dengan dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain.
Stress
Masalah
Gangguan
Jiwa

5
Stress??
• Stress : suatu reaksi fisik dan
psikis terhadap setiap tuntutan
yang menyebabkan ketegangan
dan menggangu stabilitas
kehidupan sehari-hari.

• Stressor : keadaan atau situasi,


obyek atau individu yang
menimbulkan stress.
Jenis-Jenis Stress
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang
bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat
membangun).

2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang


bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat
merusak).
Eutress Vs Distress
Sumber Stress

stressor

Stressor
Stressor fisik Stressor sosial
psikologis

Suhu, polusi Pekerjaan, Ketidakmampuan


udara, suara keluarga, untuk
bising,obat2an keuangan, relasi beradaptasi
Timbulnya suatu gangguan
jiwa bergantung dari dua
faktor:
1. Taraf berat stresor
secara objektif
2. Kemampuan adaptasi,
daya tahan (baik fisik
maupun psikologis),
motivasi, kepribadian,
dan persepsi subjektif
seseorang
Hubungan antara taraf berat stresor dengan
Gangguan jiwa
• Tidak semua orang yang mengalami stresor akan mengalami gangguan jiwa
• Stresor yang sama yang dialami oleh beberapa orang menimbulkan gangguan
jiwa yang berbeda.
• Gangguan jiwa yang sama pada beberapa orang, belum tentu disebabkan oleh
stresor yang sama.

Suatu stresor tidak secara linear (dalam artikata hubungan sebab–akibat) akan
menimbulkan suatu gangguan jiwa tertentu.
Stress VS Gangguan Jiwa

Ganggua
Masalah Stress
n jiwa

Kepribadian, resiliensi, support system


GANGGUAN JIWA??

• Gangguan pikiran, gangguan perasaan atau tingkah


laku
• Menimbulkan penderitaan (distress) dan
terganggunya fungsi (disfungsi/hendaya) sehari-hari
• Penderita maupun lingkungan

Orang gila
STIGMA

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sarap


DAMPAK GANGGUAN JIWA
Stigma Gangguan Jiwa
Pemalas

• Masyarakat menanganinya dengan non


Diguna- medis (ahli spiritual)
Berbahaya
guna
• Malu untuk berobat  Keterlambatan
dalam pengobatan
• Merahasiakan atau penarikan diri
Stigma • Terbentuknya citra yang buruk di berbagai
media
ODGJ • Enggan mencari pertolongan atau
Kerasukan Inkompeten
menerima bantuan yang dibutuhkan
• Isolasi, pengucilan, terpinggirkan secara
sosial
• Peluang kerja yang menurun
Mencari
Beban
perhatian
Penyebab Gangguan Jiwa
• Penyebab pasti belum diketahui,
– Keturunan (genetik) dan faktor fisik biologi
– Psikologis
– Lingkungan dan situasi kehidupan sosial

Biologi

Sosial Psikologi

BioPsikoSosial
Faktor fisik/biologi
1. Adanya gangguan fisik yang langsung mengenai otak:
1. Trauma (cedera) otak
2. Penyakit infeksi pada otak
3. Gangguan peredaran darah otak, stroke
4. Tumor otak
5. Gizi buruk
6. Pengaruh zat psikoaktif seperti narkotika, ganja, ekstasi, shabu, alkohol dan lainnya
2. Gangguan fisik yang tidak langsung mengenai otak namun dapat menyebabkan gangguan
metabolisme otak misalnya sakit tifus, malaria, penyakit hati, keracunan, gagal ginjal dan lain-
lain.
3. Faktor keturunan
– Anak dengan salah satu orangtua penderita gangguan jiwa memiliki risiko 12%, dan anak
dengan kedua orangtua penderita angguan jiwa memiliki risiko 40%
Faktor Psikologi
• Faktor Psiko – Edukatif (Psikologik), ialah berbagai kondisi psikologis dan
cara mendidik yang menyebabkan gangguan.
• Contoh :
– Deprivasi parental, anak yang ditolak, terpisah atau kehilangan orang
tuanya seperti tinggal di asrama dsb
– Hubungan orang tua dan anak yang patologis  pembentukan
kepribadian
– Struktur Keluarga yang patologik
– Mekanisme koping
– Kepribadian
Faktor Sosial Budaya
Faktor-faktor sosiokultural meliputi keadaan objektif dalam
masyarakat dan tuntutan masyarakat dapat menimbulkan tekanan
pada individu yang menyebabkan gangguan mental, faktor tersebut
antara lain :
1. Bencana Alam
2. Krisis ekonomi,
3. Konflik sosial
4. Perumahan, perkotaan vs pedesaan
5. Masalah kelompok minoritas
6. Pengaruh rasial dan keagamaan
7. Nilai-nilai dan adat istiadat
Jenis Gangguan Jiwa berdasarkan Etiologi (PPDGJ II)

Dibedakan menjadi 2 golongan:


1. Gangguan Jiwa Organik (Kondisi patologis yang dapat ditemukan
dari pemeriksaan fisik dan laboratorium konvensional)
– Gangguan mental organik (epilepsi, kejang, tumor otak, stroke, hipoantremia,
hiperglikemia)
– Penyalahgunaan zat.

2. Gangguan Jiwa Fungsional (bersifat neurotransmitter)


– Skizofrenia, Gangguan Mood,Gangguan Neurotik, Gangguan
Fungsional,Gangguan Kepribadian, Gangguan pada kelompok anak dan remaja
Pembagian Gangguan Jiwa
Berdasarkan Gejala
Gangguan
Jiwa

Psikotik Neurosis
Perbedaan Neurosis dan Psikosis
NO ASPEK PSIKOSIS NEUROSIS

1. Perilaku umum Gangguan terjadi pada seluruh aspek kepribadian, tidak ada Gangguan terjadi pada sebagian kepribadian, kontak dengan
kontak dengan realitas. realitas masih ada.

2. Gejala Gejala bervariasi luas (waham, halusinasi, gangguan afek, Tidak ada waham dan halusinasi, gejala bersifat
gangguan perilaku) yang berlangsung terus menerus temporer dan ringan.

3. Orientasi Penderita sering mengalami disorientasi (waktu, tempat, dan Penderita tidak atau jarang mengalami disorientasi .
orang-orang).

4. Pemahaman Penderita tidak memahami bahwa dirinya sakit. Penderita memahami bahwa
(insight) dirinya mengalami gangguan
Jiwa.

5. Kontak dengan realitas Tidak ada kontak dengan realita Kontak dengan realita masih ada

6. Penyembuhan Kesembuhan seperti keadaan semula dan permanen sulit Kesembuhan seperti semula dan permanen sangat mungkin
dicapai. untuk dicapai.

8 Contoh Skizofrenia, psikotik akut, psikotik organic, delirium Gangguan cemas menyeluruh, fobia, gangguan depresi
Prevalensi Gangguan Jiwa
• WHO (2019 ) : 1 dari setiap 8 orang, atau 970 juta orang di seluruh
dunia hidup dengan gangguan mental

• Gangguan kecemasan dan depresi yang paling umum  semakin


meningkat secara signifikan karena pandemi COVID-19.

• Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 :


– Prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah
tangga.
– Penyebaran prevalensi tertinggi terdapat di Bali, DI Yogyakarta, NTB dan
Sumateran Barat.
– Proporsi rumah tangga yang memiliki ART pengidap skizofrenia/psikosis
yang dipasung sebanyak 14%.
10 Besar Penyakit Mental Disorders Penyebab
DALYs

Sumber : InfoDatin
KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA
• Pemberian klasifikasi perlu dilakukan untuk menetapkan suatu
diagnosis pada pasien
• Panduan yang digunakan oleh Psikiater dalam mendiagnosis
adalah:
– Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders, edisi IV (DSM-IV)
 saat ini DSM V
– ICD (INTERNATIONAL CLASIFICATION DISEASE) 10 
– Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
edisi III (PPDGJ-III) dikeluarkan oleh Depkes  berdasarkan ICD
Perbedaan DSM dan ICD
DSM ICD
• Hanya gangguan • Gangguan fisik dan mental
mental • Dibuat oleh WHO
• Dibuat oleh APA (multidisiplin, multilingual,
(American Psychiatric dan multikultural)
• Disahkan oleh WHO
Association)
• Disahkan oleh APA
Penggolongan Gangguan Jiwa
(PPDGJ III - ICD X)
• F0 :Ggn Mental Organik, termasuk Ggn Mental Simptomatik
• F1 :Ggn Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
• F2 :Skizofrenia, Ggn Skizotipal dan Ggn Waham (Ggn Psikotik
Nonorganik)
• F3 :Ggn Suasana Perasaan (Mood/Afektif)
• F4 :Ggn Neurotik, Ggn Somatoform dan Ggn yg Berkaitan dg
Stres
• F5 :Sindrom Tingkah Laku yg Berhubungan dg Ggn Fisiologis
dan Faktor Fisik
• F6 :Ggn Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa
• F7 :Retardasi Mental
• F8 :Gangguan Perkembangan Psikologis
• F9 :Ggn Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya pada
Masa kanak dan Remaja

Hierarki diagnosis
Hirarki Diagnosis
• Bersifat vertikal dari atas ke bawah
• Gangguan jiwa yang secara hierarkis terletak dalam
urutan diatas mempunyai lebih banyak unsur
(gejala) dari gangguan jiwa yang terletak dibawahnya
• Urutan diagnosis, mulai dari yg bersifat organik ke
arah yg bersifat nonorganik
• Diagnosis pasti baru ditegakkan setelah
kemungkinan diagnosis banding dalam kelas atau
kategori di atasnya dpt ditiadakan secara pasti
DIAGNOSIS PSIKIATRI
• Diagnosis multiaksial terdiri atas 5 aksis

• Memahami pasien secara menyeluruh baik dari segi ada tidaknya gangguan jiwa,
kepribadian, kondisi medik/fisik, problem psiko-sosial, lingkungan dan fungsinya
sebagai makhluk psikososial secara menyeluruh.

• Pasien mendapatk tatalaksana secara lebih komprehensif, semua aspek pasien


mendapat sorotan, termasuk peningkatan psikososial dan kualitas hidup.
Diagnosis Multi aksial

Aksis I : Gangguan klinis


Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinik
Aksis II : Ciri / Gangguan kepribadian
Retardasi Mental
Aksis III : Kondisi medik umum
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : Penilaian fungsi secara global
(GAF-Global Assessment o f functioning)
Aksis I
F00-F09 Gangguan mental organik atau simptomatik
F10-F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoatif
F20-F29 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, Gangguan Waham
F30-F39 Gangguan Suasana Perasaan
F40-F48 Gangguan Neurotik, gangguan Somatoform & Gangguan
berkaitan stres
F50-F59 Sindrom Perilaku terkait Gangguan fisiologis dan faktor f fisik
F62-F69 Gangguan Kepribadian dan perilaku masa dewasa (kecuali
Gangguan Kepribadian)
F80-F89 Gangguan Perkembangan Psikologis
F90-F98 Gangguan perilaku & emosional dg onset anak dan remaja
F99 Gangguan Jiwa YTT
Kondisi lain yg merupakan fokus perhatian Kode Z
Aksis II
F21 Gangguan Kepribadian Skizotipal
F60 Gangguan Kepribadian Khas
F61 Gangguan Kepribadian Campuran &
lainnya
F70-F79 Retardasi Mental
Ciri Kepribadian (tidak menggunakan
kode diagnostik)
Aksis III
BAB I A00-B99 Peny infeksi & parasit ttt
BAB II C00-D48 Neoplasma
BAB III D50-D53 Peny darah & kekebalan
BAB IV E00-E90Penyakit endokrin, nutrisi &
metabolisme
BAB VI G00-G99 Penyakit susunan saraf
BAB VII H00-H59 Penyakit mata dan adnexa
BAB VIII H60-H95 Penyakit telinga & proses mastoid
BAB IX I 00 - I 99 Penyakit sistem sirkulasi
BAB X J00-J99 Penyakit sistem pernapasan
BAB XI K00-K93Penyakit sistem pencernaan
Aksis IV

• Problem dengan kelompok pendukung utama


• Problem pendidikan
• Problem pekerjaan
• Problem perumahan
• Problem ekonomi
• Problem dengan akses pelayanan kesehatan
• Problem yg berkaitan dengan interaksi sistem
hukum / kriminal
• Problem psikososial & lingkungan lainnya
Aksis V
Kode Keterangan
100-91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.

90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

80-71 Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah.

70-61 Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.


50-41 Gejala berat, disabilitas berat.

40-31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

30-21 Perilaku dipengaruhi oleh waham atau halsusinasi atau disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi
hampir semua bidang

20-11 Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri.

10-01 Seperti diatas => persisten & lebih serius.


Hal yang harus diperhatikan saat pemastian diagnosis gangguan
jiwa

• Kumpulkan gejala gejala menjadi suatu kumpulan gejala (sindrom) yang


bermakna
• Pikirkan secara urutan hierarkis mulai dari F0-F5 dalam upaya
membedakan berbagai diagnosis banding
• Telusuri jangka waktu/berapa lama gejala itu sudah lama dan serta
lama perjalanan penyakit termasuk ada tidaknya serta sifat dari awitan
gejala
PROSES DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

Tindak lanjut
Terapi
• Farmakoterapi
Diagnosis • Nonfarmakotera
mulatiaksial pi

Pemeriksaan
• Fisik, status mental,
Anamnesis` laboratorium, radiologi,
evaluasi psikologik
Daftar Pustaka
• Buku Ajar Psikiatri FKUI. Badan Penerbit FKUI
• Direktorat Jenderal Bina Masyarakat, Buku Pedoman Kesehatan Jiwa, Depkes
RI. 2003
• Saddock BJ, Saddock Va, Comprhensive Textbook of Psychatric Seventh ed,
Lippincott William & Wilkins (2007)
• Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan. Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Dirjen Pelayanan Medis RI.
Jakarta.
• American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders Fifth Edition, DSM-5™. Arlington : VA, American Psychiatric
Association.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai