Anda di halaman 1dari 50

KERACUNAN

MAKANAN
Dr. Aryaldy Zulkarnaini, SpPD
PENDAHULUAN
FAKTOR RISIKO
Riwayat makan/minum ditempat yang tidak higienis

Konsumsi daging/unggas yang kurang matang


• Salmonella spp, Campylobacter spp, toksin shiga, E coli, dan
Clostridium perfringens
Konsumsi makanan laut mentah
• Norwalk-like virus, Vibrio spp, hepatitis A
KELUHAN
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan mikroskopis dari feses


• melihat telur cacing dan parasit

Pewarnaan gram, Koch dan metilen blue loeffler


• Membedakan penyakit invasive dari penyakit non-invasif
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang

Diagnosis banding
• Intoleransi
• Diare spesifik : disentri, kolera, dll

Komplikasi
• Dehidrasi berat
PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kasus self limiting, beberapa studi 10% membutuhkan
antibiotic

Rehidrasi yang cukup ( rehidrasi oral atau larutan intravena)


• Oralit
• Larutan natrium klorida isotonic, larutan RL

Suplemen elektrolit

Obat absorben (memadatkan feses)


• Alumunium hidroksida, kaopectate
KONSELING DAN EDUKASI
Jika gejala menetap setelah 3-4 hari, dicari etiologi
spesifik (kultur tinja)

Modifikasi gaya hidup

Menjaga kesehatan diri


KRITERIA RUJUKAN
Gejala kerajunan tidak berhenti setelah 3 hari
ditangani dengan adekuat

Pasien mengalami perburukan

Dirujuk ke pelayanan keehatan sekunder


( SpA atau SpPD)
PROGNOSIS
Umumnya baik bila tidak mengalami
komplikasi
ALERGI
MAKANAN
Dr. Aryaldy Zulkarnaini, SpPD
PENDAHULUAN
Makanan dapat menimbulkan gejala yang ditimbulkan reaksi imun
terhadap allergen asal makanan

Reaksi disebabkan oleh reaksi alergi atau non alergi

Reaksi alergi makanan terjadi bila allergen menembus sawar gastro


intestinal yang memicu reaksi IgE

Makanan yang sering menimbulkan alergi :


• Pada anak : susu, telur, kacang tanah, soya, terigu, ikan laut
• Pada dewasa: kacang tanah, ikan laut, udang, kepiting, kerang, telur
ALERGI MAKANAN
 Tidak berlangsung seumur hidup (terutama pada anak)
 Gejala dapat hilang
 Dapat kambuh pada keadaan tertentu
Infeksi virus
Nutrisi yang tidak seimbang
Cidera musculus gastrointestinal
FAKTOR RISIKO
Terdapat riwayat alergi pada keluarga
ANAMNESIS
Keluhan pada kulit
• Eksim dan urtikaria

Keluhan saluran pernafasan


• Rinitis dan asma

Keluhan saluran pencernaan


• Edema, pruritus bibir, mukosa pipi, mukosa faring, muntah, kram, distensi, diare
• Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat hipersensitivitas lambat non Ig-E
mediated (enteropati protein makanan dan penyakit seliak)
• Hipersensitivitas susu sapi pada bayi menyebabkan occult bleeding atau frank
colitis
PEMERIKSAAN FISIK
Mukosa
Kulit
Paru
Abdomen
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

Diagnosis banding
• Intoksikasi makanan

Komplikasi
• Reaksi alergi berat
PENATALAKSANAAN
EDUKASI
 Kepatuhan diet pasien
 Menghindari makanan yang bersifat allergen secara
sengaja maupun tidak sengaja (perlu konsultasi ahli gizi)
 Perhatikan label makanan
 Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan efek
protektif terhadap allergen makanan
KRITERIA RUJUKAN
 Apabila pada pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi
makanan terjadi reaksi anafilaksis

Prognosis
• Umumnya dubia ad bonam
• Tepat terapi dan perubahan gaya hidup
PAROTITIS
(MUMPS)
Dr. Aryaldy Zulkarnaini, SpPD
PENDAHULUAN
Parotitis adalah peradangan pada kelenjar parotis
• Disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau kelainan autoimun
• Derajat kelainan ringan sampai berat

Salah satu infeksi virus pada kelenjar parotis yang sering


ditemui pada pelayanan tingkat pertama
• Parotitis mumps (gondongan)
• Perlu kesadaran masyarakat terhadap imunisasi (MMR)
PAROTITIS MUMPS
 Pembengkakan pada area didepan telinga hingga rahang bawah
 Bengkak berlangsung tiba-tiba
 Rasa nyeri pada area yang bengkak
 Onset akut: biasanya < 7 hari
 Gejala :
 Malaise
 Anoreksia
 Demam
 Bengkak biasanya bilateral, namun ada yang unilateral
PAROTITIS BACTERIAL AKUT
PAROTITIS HIV
PAROTITIS TUBERKULOSIS
 Pembengkakan pada area depan telinga hingga rahang
bawah
 Onset kronik atau rekuren
 Tidak nyeri
 Dapat unilateral atau bilateral
 Terdapat gejala Sjogren syndrome (mulut kering, mata
kering)
FAKTOR RISIKO
Anak berusia 2-12 tahun

Belum diimunisasi MMR

Pada kasus mumps, terdapat riwayat kontak dengan pasien mumps

Kondisi imunodefisiensi
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum tampak sakit ringan hingga berat
 Demam
 Pada arera preaurikuler
 Edema
 Eritema
 Nyeri tekan ( kecuali: parotitis HIV, tuberculosis, autoimun)

Pada parotitis bacterial akut : saliva purulen keluar dari ductus parotis
Edema pada area preaurikuler dan mandibular kanan pada parotitis mumps
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menentukan etiologi


• Bakterial
• HIV
• Sjogren syndrome
• Tuberkulosis
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN
EDUKASI
 Menjelaskan mengenai diagnosis, penyebab, rencana
tatalaksana
 Menjelaskan pentingnya menjaga kecukupan hidrasi dan
hygiene oral
 Memberikan informasi pentingnya imunisasi MMR untuk
mencegah parotitis mumps
KRITERIA RUJUKAN

Parotitis dengan komplikasi

Parotitis akibat kelainan sistemik


• HIV, Tubekulosis, Sjogren syndrome
PROGNOSIS
Bonam
HEMOROID
Dr. Aryaldy Zulkarnaini, SpPD
PENDAHULUAN
 Hemoroid adalah pelebaran vena-vena didalam pleksus
hemoroidalis
 Faktor risiko:
 Penuaan
 Lemah dinding pembuluh darah
 Wanita hamil
 Konstipasi
 Konsumsi makanan rendah serat
 Peningkatan tekanan intra abdomen
 Batuk kronik
 Sering mengedan
ANAMNESIS
Buang air besar sakit dan sulitPerdarahan waktu
defikasi, menetes dari anus (darah segar)
Prolaps pada waktu defikasi
Keluar lendir
Iritasi sekitas kulit perianal
Gejala anemia ( pusing, lemah, pucat)
PEMERIKSAAN FISIK
Periksa tanda anemia

Pemeriksaan status lokalis


• Hemoroid derajat 1: tidak ada kelaian diregio anal
• Hemoroid derajat 2: tidak terdapat benjolan mukosa keluar dari
anus, tampak bengkak
• Hemoroid derajat 3-4: ada benjolan massa yang menonjol dari
lubang anus, mukosa warna keunguan atau merah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah rutin
 Feses rutin
KLASIFIKASI HEMOROID
DIAGNOSIS BANDING
Kondiloma akuminata

Proktitis

Prolaps rectal
PENATALAKSANAAN
Farmakologis
• Obat memperbaiki defikasi: suplemen serat (psyllium/isphagula
husk=vegeta, mucofalk), obat laksan/pencahar (laksadin)
• Obat simptomatik: menghilangkan keluhan nyeri,gatal, kerusakan
kulit disekitar anus( anuso, boraginol, ultraproct,dll)
• Obat menghentikan perdarahan (bioflavonoid)
• Obat pencegah serangan hemoroid (ardium)
PENATALAKSANAAN
Minimal invasif
• Skleroterapi
• Ligasi
• Laser
• Fotokoagulasi infra red
• Pembekuan (krio terapi)
• Probe bipolar dan elektrik

Bedah
KOMPLIKASI
Perdarahan menimbulkan anemia, presyok/syok
Infeksi
PROGNOSIS
Tergantung derajat hemoroid
EDUKASI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai