Anda di halaman 1dari 23

Blok 16

Diare enterotoksigenik
(sekretorik)

Angelica berlianes sutanto


- 102020027
Skenario 3

Tn H, 25 th 60 kg, dibawa ke IGD


dengan keluhan BAB cair 10 x sehari
sejak 1 hr smrs.
Mind map
epidemiologi Faktor risiko

etiologi
RM Tatalaksana &
edukasi

Manifestasi Komplikasi
Patofisiologis
klinis
Anamnesis
• Tidak ada demam
• Tidak ada darah pada tinja
• Tidak ada lemak, lender, warna cucian beras pada tinja
• Jajan pinggir jalan
• Ada mual dan muntah
• Tidak ada nyeri perut
• Bau normal
• Belum berobat
• Bb tidak turun drastic
• Tidak ada rpk
• Sebelumnya pernah mengalami hal serupa
Pemeriksaan fisik
• Tampak sakit berat
• Turgor kulit menurun
• Kesadaran apatis
• TTV : 85/50
• Suhu 36 derajat
• RR 26 / HR 115
• Pasien gelisah
• Akral dingin
WD Diare enterotoksigenik
Diare akut enterotoksigenik (non-invasif), disebut juga diare sekretorik
(watery diarrhea). Yang disebabkan oleh bakteri bakteri sebagai
berikut,
• Vibrio cholerae,
• Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC),
• Clostridium perfringens,
• Staphylococcus aureus,
• B. cereus,
• Aeromonas spp.
Diare sekretorik terjadi bila mukosa usus secara langsung mensekresi
cairan dan elektrolit ke dalam feses.
Epidemiologi
Amerika Serikat
 200-300 juta
per tahun
Afrika  78%
kasus kematian

Indonesia 
51.623 kasus
Etiologi

Lebih dari 90% diare akut


disebabkan karena infeksi dari
air maupun makanan, sedangkan
sekitar 10% karena penyebab
lainnya seperti obat-obatan,
bahan-bahan toksik, travelers
diarrhea, dan sebagainya.
Manifestasi klinis
Patofisiologis
1. Virus/bakteri masuk melalui makanan
2. Virus/ bakteri ke sel epitel usus halus dan
menyebabkan infeksi
3. Sel epitel usus halus memperbaiki dirinya
sendiri
4. Vili vili usus mengalami atrofi
5. Cairan dan makanan berkumpul di usus halus
6. Terjadi peningkatan tekanan osmotic
7. cairan ditarik ke dalam lumen usus
8. cairan serta makanan yang tidak dapat
diserap terdorong keluar melalui anus.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi akibat diare dan mendeteksi penyakit lain yang dapat
menyebabkan diare.

Pemeriksaan tinja atau yang dikenal sebagai analisa tinja. Dengan


melakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.

Mikroskopis
a. Eosin 2 %
b. Lugol
c. Sudan III
Komplikasi

01 02 03

Dehidrasi Gagal ginjal Sepsis

04 05
Ileus paralitik diare
Faktor risiko
maknan
Perjalanan melalui mulut paling
sering disebabkan karena
kontaminasi makanan dari tangan
yang tidak bersih

lingkungan
Sumber air
Penyebab diare seperti bakteri, Adanya hubungan sosial ekonomi yang
virus, dan parasit dapat menular membentuk lingkungan seperti kondisi
melalui air yang terkontaminasi rumah yang kurang nyaman dan padat
dengan feses manusia sehingga membuat lingkungannya memiliki
sanitasi yang buruk
Differences diagnosis :
DD/ Diare enterovasif Diare enterotoksigenik (sekretorik)

Etiologi Yersinia enterocolitica, E.Colli (EHEC) , shigella, Vibrio cholerae dan eltor , ETEC,
Salmonella, Giardia lambia C.perfringens,

Mual/muntah ada ada

Demam ada Tidak ada

Nyeri abdomen Tenesmus kolik/ nyeri epigastrium Kadang–kadang

Sifat tinja Berdarah , berlendir, cair, kental Berair , berlendir (+/-)

Frekuensi Sering Sering

volume sedikit Banyak

Leukosit feses Ada Tidak ada


—Diare enterovasif

Diare akut enterovasif disebut juga sebagai diare inflamatori. Yang


disebabkan oleh bakteri-bakteri tersebut : Enteroinvasive Escherichia
coli (EIEC), Salmonella spp, Shigella spp, Campylobacter jejuni,
Vibrio parahaemolyticus, Yersinia, C.perfringens tipe C, Entamoeba
hystolytica, P.shigelloides, Clostridium difficile, Campylobacter spp

Dengan disertai gejala, mual, muntah dan demam yang tinggi, disertai
nyeri perut, tenesmus ani, diare disertai lendir dan darah
Edukasi &
tatalaksana
Edukasi
1. Hindari berpuasa
2. Minuman yang tidak mengandung gas
3. Hindari kafein dan alcohol
4. Memberikan makanan yang mudah dicerna
5. Hindari susu sapi
Tatalaksana
Kebutuhan cairan Nacl 0.9% ; skor/15 x 10% x
KgBB x 1 l
Plants Cells
Dilihat dari anamnesis dan juga pemerisaan fisik
maka diperoleh poin 5 sehingga bisa dimasukkan
dalam rumus sebagai berikut,

5/15 x 10% x 0 x 1 = 2
Tatalaksana
Tatalaksana
Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x
sehari,
loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari.

Efek kelompok obat tersebut meliputi


penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan, sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
diare
Kesimpulan

Sesuai dengan anamnesis dan juga pemeriksaan fisik maka


working diagnosisnya adalah diare akut enterotoksigenik.
Sehingga untuk memastikan diperlukannya pemeriksaan tinja
untuk membedakan antara enteotoksigenik dengan diare akut
enterovasif. Selain itu penataklaksanaannya yang terpenting
adalah pemberian cairan tambahan dikarenakan pada saat
diare terjaidnya pembuangan cairan yang berlebihan dan
diikuti dengan terapi antibiotic.
Daftar pustaka
1. Yusuf, S., Haris, S. and Kadim, M., 2016. Gambaran Derajat Dehidrasi dan Gangguan Fungsi
Ginjal pada Diare Akut. Sari Pediatri, 13(3), pp.221-5.
2. Guli, M.M., 2016. Patogenesis penyakit kolera pada manusia. Biocelebes, 10(2).
3. Wiryan, N. and Wibawa, I., 2007. Pendekatan Diagnostik dan Terapi Diare Kronis. journal of
internal medicine, 8(1).
4. Febriyanti, D. and Triredjeki, H., 2021. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG (DADS) DI BANGSAL SERUNI RSUD KABUPATEN
TEMANGGUNG. Indonesia Jurnal Perawat, 6(1), pp.42-45.
5. Nuraeni, T. and Wardani, S.P.D.K., 2022. Faktor Risiko Penyakit Diare di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sindang, Kabupaten Indramayu. Gema Wiralodra, 13(1), pp.133-144.
6. Imam Jayanto, Vitarani Dwi Ananda Ningrum, Wahyiuni. [internet]. Pharmacy Medical Journal.
2020 [cited 2022 Mey 26]. Available from :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pmj/article/download/28957/28234
7. Desak Putu Kunti Wedayanti. [internet]. Jurnal Kedokteran Universitas Udayana. 2017 [cited
2022 Mey 27]. Available from :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6534992ca733a93f253e189f1c466fb3.pd
f
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai