Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GASTROENTERITIS AKUT

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik

Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :

DEDI IRAWAN
NIM. 202104090

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

TAHUN 2022
a. DEFINISI
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Kelainan
yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya
semua diare, sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih kelainan diusus besar
lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi
larutan diusus (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan usus
yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah (Murwani, 2009).
Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi tidak normal (meningkat) dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2008 : 1).
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare
akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas (ISPA) atau saluran kemih (ISK),
terapi anti bioptik (donnna L. Wong let, 2009).
b. ETIOLOGI
Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.
1. Faktor Infeksi
1. Infeksi Virus
1) Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai
dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.
2) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
3) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
4) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2. Bakteri
1) Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September insiden paling tinggi
pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang
tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah
2) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Menembus
dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature
Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6- 40 jam, lamanya
2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
3) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
4) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada
bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram
abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi
5) Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses.
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering
menyerupai apendicitis.
6) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus,
sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya
mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang
disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami
dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.
3. Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
4. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.
2. Faktor Non Infeksi
1. Malabsorbsi,
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa),
non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
2. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food
alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar
dan tidak memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah
buang air besar.
c. TANDA DAN GEJALA
Beberapa tanda dan gejala tentang diare Menurut Suriadi (2001)
a. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elestyisitas kulit
menurun ) ubun-ubun dan nada cekung, membran mukosa kering.
c. Diare.
d. Muntah.
e. Demam.
f. Nyeri Abdomen
g. Membran mukosa mulut dan bibir kering
h. Fontanel Cekung
i. Perubahan tanda-tanda vital
d. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
• Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
Enterotolitis nektrotikans.
• Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
• Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
• Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
• Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai
30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15%
yang berakhir dalam 14 hari.
• Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
e. PATHWAY
PATOFISIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
adalah:
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin
atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan
terjadi gangguan absorpsi cairan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
f. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi menurut ngastiyah (2005) adalaah :
1. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan elektro
diogram)
2. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia
3. Hiponatremi
4. Syok hipovalemik
5. Asidosis
6. Dehidrasi
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungki kan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
h. PENATALAKSANAAN
Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses)
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,
tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada
beberapa cairan rehidrasi oral:
 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
 Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
 Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14
hari oral atau IV).
Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan
lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup
aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Wicaksana (2011), adalah
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
Keluhan utama :feses semakin cair, muntah, kehilangan banyakan air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonusdan turgor kulit berkurang
feses semakin cair, muntah, kehilangan, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekuensi buang air besar lebih dari 4x dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masalalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
d. Riwayat Psikososial keluarga
e. Kebutuhan dasar
 Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
 Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan BAB
 Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa
tidak nyaman.
 Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah danadan yang yeri akibat
disentri abdomen.
f. Pemeriksaan penunjang
 Darah : Ht meningkat, leukosit menurun
 Feses : Bakteri atau parasit
 Elektrolit : Natrium dan Kalium menurun
 Urinalisa Urin pekat, BJ meningkat e. Analisa Gas Darah Antidosis metabolik (bila
sudah kekurangan cairan)
2. Diagnosa
a. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
e. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. (2018). asuhan keperawatan GEA. Jurnal Keperawatan Anak, 100(intervensi


keperawatan).

Bagus. (2020). bab 3 penelitian. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,


100(mereduksi data), 62.

Bagus. (2020). bab 3 penelitian keperawatan. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,


100(pengambilan data), 60.

Belfield, C., Cribb, J., Hood, A., & Joyce, R. (2014). Living standards, poverty and
inequality in the UK: 2014. IFS Report.

Cahyono. (2016). subject penelitian. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,


80(perencanaan keperawatan), 3.

Darmawan. (2012). asuhan keperawatan GEA. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,


70(diagnosis GEA), 3.

Depkes, R. I. (2016). Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016


tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Kemenkes, Ri. (2011). Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi
Kesehatan, 2(2), 1–6.

Kumala, mattaqin dan. (2011). journal gastroenteritis. Asuhan Keperawatan


Gastroenteritis Akut, 100(definisi), 21.

Mardiana, yeni. (2019). No Title. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut, 50(cairan


dan elektrolit), 21.

Nursalam, N. (2016). penelitian keperawatan. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,


100(rancangan penelitian), 40.

Organization, W. H. (2018). Time to deliver: report of the who independent high- level
Commission on noncommunicable diseases.

PPNI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia (1st ed.; tim pokja SIKI DPP
PPNI, Ed.). jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanal Indonesia.

Puspa. (2018). No Title. JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND

MEDICINE, 70(keseimbangan cairan elektrolit), 3.

Reno. (2017). presentase kesehatan indonesia. Presentase Kesehatan, 69(Present.

Kesehat.), 2. Retrieved from presentase kesehatan jawa timur

Anda mungkin juga menyukai