Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GEA PADA ANAK

Disusun Oleh :
Suci Ervinda Serly
SN231176

PRODI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
A. Definisi
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung
dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah
buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah
(Murwani, 2020).
Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Khasanah 2021).
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi tidak normal (meningkat) dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2018).
B. Etiologi
Menurut (Ngastiyah, 2017) faktor infeksi diare :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi virus
Retrovirus penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau
disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada
musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan
penurunan HCC.
a) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
b) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
c) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
b. Bakteri
a) Stigella, Semusim, paling tinggi pada umur 1-5 tahun dapat
dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang tidak menonjol
terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah
b) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada
peningkatan temperature, Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses
Masa inkubasi 6- 40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan
pada feses selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau
yang menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat
sangat sakit.
d) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi
klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang
terjadi.
e) Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada
feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2
minggu. Sering menyerupai apendicitis.
f) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut
mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan
yang berlebihan di usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan
banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun,
terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis
ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang
timbul baunya amis dan seperti cucian beras.
c. Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
d. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor non infeksi
a. Mal absorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan
sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Mal absorbsi lemak : long chain triglyceride
c. Mal absorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
d. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk
alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
C. Klasifikasi
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan
oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.

3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%
sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5
sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
D. Tanda gejala
Beberapa tanda dan gejala tentang diare Menurut Suriadi (2018):
1. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elestyisitas kulit
menurun ) ubun-ubun dan nada cekung, membran mukosa kering.
3. Diare
4. Muntah
5. Demam
6. Nyeri abdomen
7. Membran mukosa mulut dan bibir kering
8. Fontanel Cekung
9. Perubahan tanda-tanda vital
E. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2017), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
diare adalah gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat
pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
(Sumber: Nurarif & Kusuma, 2020)
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi menurut Ngastiyah (2017) adalaah :
1. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan
elektrodiogram).
2. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia
3. Hipotermi
4. Syok hipovolemik
5. Asidosis
6. Dehidrasi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan labolatorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungki kan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses).
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan
rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen
di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia
di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah.
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi.
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral,
dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-
14 hari, 7-14 hari oral atau IV).
3. Obat anti diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari
dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.
I. Proses Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Riwayat keperawatan
Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
diare.
Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak cairan
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit
berkurang feses semakin cair, muntah, kehilangan, selaput lendir mulut dan
bibir kering, frekuensi buang air besar lebih dari 4x dengan konsisten lebih
encer.
3) Riwayat kesehatan masalalu
4) Riwayat psikososial keluarga
5) Kebutuhan dasar
a. Pola eliminasi
Mengalami perubahan yaitu 4x sehari dengan konsistensi cair
b. Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan BB
c. Pola istirahat dan tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola aktivitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah danadan yang nyeri
akibat disentri abdomen.
6) Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
b. Feses
Bakteri atau Parasit
c. Elektrolit
Natrium dan kalium menurun
d. Urinalisa Urin pekat, BJ meningkat
e. Analisa Gas Darah Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan).
7) Data fokus
a. Subjektif
1. Kelemahan
2. Diare lunak s/d encer
3. Anoreksia mual dan muntah
4. Tidak toleran terhadap diit
5. Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen
tengah bawah)
6. Haus, kencing menurun
7. Nadi meingkat, TD menurun, RR cepat dan dalam (kompensasi
acidosis).
b. Objektif
1. Lemah, gelisah
2. Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
3. Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4. Nyeri tekan abdomen
5. Urine kurang dari normal
6. Hipertermi
7. Hipoksia/ Cyanosis, mukosa kering. Peristaltik usus lebih dari
normal
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis.
b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi.
d. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi.
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder
terhadap kelembaban.
f. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroenteritis.
g. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan anak.
h. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi
sakit.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis.
Tujuan : eliminasi BAB kembali normal (1x sehari) setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 6x24 jam diare dapat teratasi dengan kriteria
hasil :BAB 1x sehari, konsistensi lembek, BAB tidak ada lendir darah
Intervensi :
1) Kaji penyebab diare
Rasional : mencari tahu penyebab diare untuk memberikan terapi
2) Ajarkan pada pasien penggunaan obat-obatan anti diare yang tepat
Rasional : penggunaan obat secar tepat membantu menurunkan diare
3) Beri minum oralit setiap kali kali BAB
Rasional : larutan oralit barguna untuk mengganti cairan
4) Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional : mencegah diare yang disebabkan oleh infeksi
b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan.
Tujuan :volume cairan seimbang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam dengan kriteria hasil : tidak terjadi/tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, BAB kembali normal (1x
sehari)
Intervensi:
1) Kaji intake dan output cairan
Rasional : menentukan derajat dehidrasi
2) Berikan oralit/LGG tiap habis BAB
Rasional : mengganti cairan tubuh yang keluar bersama feses
3) Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : mengtahui derajat dehidrasi dan mencegah syok
4) Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : pengganti bila obat oral tidak masuk
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi .
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6x24jam, dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, BB kembali ideal, mukos bibir lembab, turgor kulit baik, porsi
diit yang disajikan dihabiskan
Intervensi :
1) Kaji kebutuhan nutrisi
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2) Beri diit yang tidak merangsang
Rasional :Membantu memperbaiki absorbsi usus
3) Timbang BB tiap hari
Rasional ;Mengetahui ad tidaknya penurunan BB
4) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit TKTP, tinggi mineral,
rendah serat.
d. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi.
Tujuan : hipertermi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan selama
3x24jam dengan kriteria hasil : suhu dalam batas normal (36,5-37,50C),
tidak muntah, BAB 1x tidak ad lendir darah, nadi 75x/menit.
Intervensi:
1) Observasi vital sign (suhu)
Rasional : mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan suhu
tubuh
2) Ajarkan paada keluarga pentingnya pertahanan masukan yang adekuat
Rasional : membantu memulihkan energi dan cegah dehidrasi
3) Monitor intake dan output cairan
Rasional : mengetahui pemasukan dan pengeluaran urine
4) Pertahankan cairan parenteral dan elektrolit
Rasional : membantu/mempertahankan masukan yang adekuat
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder
terhadap kelembaban.
Tujuan : gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil : daerah anal klien tidak
gatal, tidak terjadi iritasi leukosit cel normal, turgor kulit baik, elastisitas
kulit baik.
Intervensi :
1) Pantau hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas kulit atau jaringan pada tingkat
seluler
2) Pertahankan linen
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
3) Berikan steak laken di atas perlak klien
Rasional : mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong
4) Gunakan pakaian longgar
Rasional : memudahkan bebas bergerak
f. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroenteritis.
Tujuan : nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24jam dengan kriteria hasil : orang tua mengatakan sudah tidak
rewel,
Intervensi :
1) Kaji karakteristik, intensitas dan letak nyeri
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2) Beri kompres hangat diperut
Rasional :Memberi rasa nyaman
3) Ubah posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional : membantu mengurangi nyeri
g. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan anak.
Tujuan : keluarga mengetahui tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit
dengan kriteria hasil : keluarga sudah paham tentang penyakit, perawatan
dan pengobatan anak
Intervensi :
1) Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang diare
2) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya kebersihan, cuci tangan
untuk menghindari kontaminasi
Rasional : mencegah diare tambah berat dan memungkinkan tidak
terulang kembali dirumah
3) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga
4) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang prinsip diit yang tepat
Rasional : membantu mengurangi diare
h. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi
sakit
Tujuan : cemas berkurang sampai dengan hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : orang tua tidak
cemas dan tenang
Intervensi :
1) Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
Rasional : dapat memperkuat rasa saling percaya
2) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat
memperbesar perasaan
3) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk
realisasi dan pengobatan yang diberikan
4) Jelaskan kondisi anak, alasan pegobatan dan perawatan.
Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk
mendukung dan membantu
DAFTAR PUSTAKA
Khasanah. 2021, Buku Ajar Keperawatan anak, Edisi 2, Volume 1, EGC, Jakarta
Murwarni. 2020, Buku Saku Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2017, Rencana Asuhan Keperawatan anak, Edisi III, EGC, Jakarta
Suharyono, 2018. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.
Suriadi. 2017, Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.Jakarta : Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai