Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GEA PADA (Tn S) DI RUANGAN EDELWEIS

RSUD SAWERIGADING KOTA PALOPO

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Mabrullah T Yusuf

NIM : 2021056

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………….) (………………….)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWU

T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

A.KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

Gastroenteritis akut (GEA) adalahpenyakit yang ditandai denganbertambahnya frekuensi defekasi lebih

dari biasanya (> 3 kali/hari) disertaiperubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah

dan/atau lendir(Prof. Sudaryat, dr.SpAk, 2017).

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinjayang tidak normal atau tidak

seperti biasanya, dimulai dengan peningkatanvolume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali

sehari dan pada neonatuslebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat

AAA,2016).

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikangejala diare, dengan atau

tanpa disertai muntah, dan sering kali disertaipeningkatan suhu tubuh. Diare yang

dimaksudkan adalah buang air besarberkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk

feses yang cair,dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2015).Akut adalah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan suatukondisi atau penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif

singkat dan biasanya menunjukkan gangguan yang serius.


B. Etiologi

Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.

a. Infeksi Virus

1) Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan mual

muntah muntah Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin. Dapat ditemukan

demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.

2) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.

3) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.

4) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

b.Infeksi Bakteri

1) Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun

dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel polos

dalam feses sel batang dalam darah.

2) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Menembus dinding usus, feses

berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntah tidak menonjol Sel polos dalam

feses Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama

berbulan-bulan.

3) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin.

Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.


4) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat

menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat.

Muntah/dehidrasi jarang terjadi

5) Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri

abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering menyerupai appendicitis.

6) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga

menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan

banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah,

dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi.

Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.

c.Infeksi Parasit;

(E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

d. Infeksi Parenteral;

Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media

akut, tonsilitis bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

C.Patofisiologi

Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yangmenyebabkan timbulnya diare adalah: Penyebab

gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri

atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia

Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut. Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari transfor aktif akibat

rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal

mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan

merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan

absorpsi cairan elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

1. Gangguan osmotic Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare.

2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan

bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

PATHWEY
D.Manifestasi Klinis

 Nyeri perut (Abdominal Discomfort)

 Rasa perih di uluh hati

 Mual kadang sampai muntah

 Nafsu makan berkurang

 Rasa lekas kenyang

 Perut kembung

 Rasa panas di dada dan perut

 Diare

 Demam

 Membran mukosa mulut dan bibir kering

 Lemah

E.Tes Diagnosis

1. Pemeriksaan laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan

dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungki kan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara

kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor) dalam

serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal. 4. Doudenal Intubation Untuk

mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita

diare kronik

F.Penatalaksanaan

1) Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan ;

1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water

Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui, urin dan pernafasan NWL

(Normal Water Losses).

2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL

(Concomitant water losses)

b. Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter

mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang

dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30

mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:


a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal

dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya:

larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak

lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral

tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

2) Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus

diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di

indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,

leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,persisten atau

penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg

(oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,

Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV).
3) Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah

15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok

obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat

memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan carayang

benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut

dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas pasien (umur ,jenis kelamin) dan

penanggung jawab, pengumpulan data seperti keluhan utama yang dirasakan pasien, pola

makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, penggunaan obat-obatan tertentu.

a.Riwayat Kesehatan

 Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit keturunan atau

tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang dialami saat ini adanya alergi

obat atau makanan.

 Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien terseut pernah opname atau tidak

seelumnya penyakit apa yang pernah di derita sebelumnya.

 Berat badan ( mengalami penurunan berat badan ) dan tinggi c. Riwayat psikososial

pasien : biasanya ada rasa stress , kecemayang sangat tinggi yang dialami pasien

menegnai kegawatan pada saat krisis.

 Pola fungsi kesehatan


1) Pola nutrisi makan, minum, porsi , keluhanGejala : Nafsu makan menurun, adanya

penurunan berat badan, mual, muntah.

2) Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang meliputi frekuensi,

warna, konsisisten dan keluhan yang dirasakan. Gejala : BAB berwarna hitam ,lembek

 Pola kebersihan diri Pola ini membahas tentang kebersihan kulit, kebersihan rambut,

telinga, mata, mulut, kuku.

 Pola pemeriksaan dan pemeliharaan Kesehatan

 Pola kognitif- persepsi sensori Keadaan mental yang di alami, berbica, bahasa, ansietas,

pendengaran, penglihatan normal atau tidak.

 Pola konsep diri meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran diri.

 Pola koping dan nilai keyakinan

b. Pengkajian Fisik

a. Keadaan umum klien

b. Tingkah laku klien

c. Berat badan (mengalami penurunan berat badan) dan tinggi badan klien

d lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara obyektif

e. Pengkajian fisik: Secara subyektif dijumpai keluhan pasien berupa : nyeri epigastrium,

perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara obyektif

dijumpai :tanda-tanda yang membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih,

perubahan tanda-tanda vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik,

erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi.


c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan darah

2) Radiologi

3) Endoskopi

4) Histopatologi

2.Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri Akut

 Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual

atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga

berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

 Gejala dan tanda Mayor;

*Subjektif: Mengeluh nyeri.

*Objektif:

1.Tampak meringis.

2.Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri).

3.Gelisah.

4.Frekuensi nadi meningkat.


5.Sulit tidur.

 Gejala dan tanda Minor;

*Subjektif: (tidak tersedia)

*Objektif:

1.Tekanan darah meningkat.

2.Pola napas berubah.

3.Napsu makan berubah.

4.Proses berfikir terganggu.

5.Menarik diri.

6.Berfokus Pada diri sendiri.

7.Diaforesis

2. Diare

 Pengeluaran feses yang sering ,lunak dan tidak berbentuk.


 Gejala dan tanda Mayor;
*Subjektif: (tidak tersedia)
*Objektif:
1.Defekasi lebih dari 3 x dalam 24 jam.
2.Feses lembek atau cair.
 Gejala dan tanda Minor;
*Subjektif:

1.Urgensy
2.Nyeri/krm abdomen
*Objektif:
1.Frekuensi peristaltic meningkat
2.Bising usus hiper aktif.
3.Rencana Keperawatan

 Diagnosa 1: Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis Hiperplistatik yang di t/d klien tampak

meringis dan susah tidur.

 Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,diharapkan tingkat nyeri

menurun dengan kriteria hasil:

1.Keluhan nyeri Menurun,

2.Kesulitan Tidur Menurun.

 Intervensi Keperawatan:

o Observasi:

*Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.

*Identifikasi skala Nyeri

o Terapeutik:

*Fasilitasi istirahat dan tidur

*Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan

nyeri

o Edukasi:

*Ajarkan Teknik Nonfarmkologis untuk mengurangi rasa nyeri

o Kolaborasi:

*Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu.


 Diagnosa 2: Diare b/d Gastrointestinal yang di t/d Konsistensi BAB encer dan Frekuensi BAB

lebih dari 3x dalam sehari.

 Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan frekuensi BAB

dan Konsistensi BAB Membaik dengan Kriteria hasil:

o Observsi:

*Identifikasi penyebab Diare

*Identifikasi pemberian Riwayat makanan

*Monitor warna,volume,frekuensi,dan konsistensi tinja

*Monitor jumlah pengeluaran Diare.

o Terapeutik:

*Berikan cairan intravena, jika perlu.

*Berikan asupan Cairan melalui Oral

o Edukasi:

*Anjurkan makan porsi kecil tapi sering

*Anjurkan menghindari makanan bergas, pedas dan mengandung laktosa.

o Kolaborasi:

*Kolaboras iPemberian Obat antimotilitas atau antispasmodic jika perlu.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10230000/LP_GEA

PPNI SDKI

PPNI SLKI

PPNI SIKI

Anda mungkin juga menyukai