Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan

Gastroentritis Akut (GEA)

Pengertian

Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan


bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau
lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang


tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA,
2006).

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan


gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang
cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2010. Hal 136).

Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi


atau penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya
menunjukkan gangguan yang serius.

Jasi bisa disimpulkan bahwa gastroenteritis akut (GEA) adalah suatu


penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar
(tinja) lebih dari biasanya (>3kali dalam sehari) dengan frekuensi sering dan
konsistensi encer terjadi secara tiba - tiba dalam waktu yang singkat dan
kalau tidak mendapat penanganan serius dapat menimbulkan gangguan
yang serius pada penderitanya.
Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan


penyakit utama diare. Infeksi enternal ini meliputi :

 Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,


Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus : Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis ), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
 Infestasi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides
), Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis ), Jamur ( Candida albicans )

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut ( OMA ), Tonsilofaringitis, Bronkopneunomia,
Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berusia dibawah usia 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan


sukrosa ), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak.

c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psijkologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat


menimbulkan diare terutama pada hal yang lebih besar.
Patofisiologi

Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah


muntah, yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab utama
gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enteric, virus
Norwalk, dan lain lain), bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella,
Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan lain lain), serta parasit (Giardia
lamblia, Cryptosporidium). Pathogen pathogen ini menimbulkan penyakit
dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang
merusak sel. Atau melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut,
usus halus adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering terkena.

Sebagai akibat diare baik akut akan terjadi :

 Kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan


terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa ( asidosis, metabolik,
hipokarlemia dan sebagainya ).
 Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( intake makanan kurang,
pengeluarannya bertambah.
 Hipoglikemia.
 Gangguan sirkulasi darah.

Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang


atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal difasilitas day
care juga meningkatkan resiko gastroenteritis, selain berpergian ke negara
berkembang. Sebagian besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan
prognosisnya baik dengan pengobatan. anak-anak malnutrisi dapat
menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk sembuh (Betz, 2009. Hal 185).
Fathway GEA
Fathway GEA

Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja
makinlama makin berubah kehijau-hijauan karena tercampur dengan cairan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet dan kemerahan karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat, yang beasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelumatau sesudah diare dan
dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan
banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang , mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi


ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasama dapat
dibagi menjadi dehidrasi hipotoniik, isotonik dan hipertonik.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi
ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui
jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan
lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi gastroentritis akut
(GEA) / diare akut infeksi.

Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang lazim muncul pada klien dengan
gastroenteritis menurut Betz (2009, hal 190), antaranya adalah:

 Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit


 Syok hipovalemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis
metabolic, perfusi sistemik buruk)
 Kejang demam
 Bakterimia.

Penatalaksanaan

Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita


diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1). Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al., 2005).

Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan


glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen
di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2). Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:

 Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah


 Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).

Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut


infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral
4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).

Obat Anti Diare 

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).


Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x
sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare.

Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
Konsep Asuhan Keperawatan GEA

Pengkajian

Identitas pasien: Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku
bangsa dan pekerjaan orang tua.

1. Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari BAB 10 kali (dehidrasi
berat). Apabila diare berlangung 

2. Riwayat penyakit sekarang 

 Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak


ada, dan diare. 
 Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. 
 Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi. 
 Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. 
 Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak. 
 Diuresis terjadi oliguria. 

3. Riwayat kesehatan meliputi:

 Riwayat imunisasi. 
 Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan 
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya. 

4. Riwayat nutrisi

 Asupan makanan 
 Keluhan nyeri abdomen. 
 Distensi abdomen, mual, muntah. 
 Berat badan biasanya turun. 

5. Pola eliminasi
 Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari
 Feses cair, mengandung lendir dan darah. 

6. Pemeriksaan fisik 

 Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi


ringan dan sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine
(dehidrasi berat). 
 Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat
badan 5%. 
 Dehidrasi : sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10-15%. 
 Kulit : Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan
pemeriksaan turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi
iritasi. 
 Mulut/lidah : Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi. Mulut dan
lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang). Mulut dan lidah
sangat kering (dehidrasi berat). 
 Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising
usus yang meningkat.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul klien Gastroenteritis adalah


sebagai berikut :

1. Hipovolemia
2. Diare
3. Nyeri Akut
4. Defisit Nutrisi
5. Hipertermia

Intervensi

1. Hipovolemia
2. Diare

3. Nyeri Akut
4. Defisit Nutrisi
5. Hipertermia

Daftar Pustaka

Bates. B, 2010. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan


Pediatik.Jakarta, EGC

Carpenitto.LJ. 2010. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed


6. EGC. Jakarta.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta

SDKI, 2018. Survey Demograsi Dan Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:


Kementrian Kesehatan.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP
FKUI, Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Defiance dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan
pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai