Peritoneum tertarik ke daerah skrotum Fasia abdomen tidak mampu menahan tekanan
HERNIA
Peningkatan isi abdomen (usus) Prosedur pembedahan
memasuki kantong hernia
Defisiensi pengetahuan Kurang terpapar informasi Tindakan infasif Insisi
bedah
Peningkatan tekanan mengenai prosedur pembedahan
Usus terjepit Perdarahan Terputusnya
kontinuitas
Saluran limfe terbendung Ancaman kematian
jaringan syaraf
Peristaltik usus terganggu Tidak terkontrol
Oedem Sumbatan saluran cerna Krisis situasional Luka
post op
Kehilangan cairan berlebih
Penekanan pembuluh darah Regurgitasi isi usus
Ansietas Resiko infeksi area
Abses Resiko Syok
Iskemi jaringan Kembung pembedaan
Hilangnya efek
Resiko infeksi area
anestesi
pembedaan
Kerusakan jaringan Mual / muntah
Nyeri akut
Pelepasan mediator nyeri Intake menurun Ketidakseimbangan nutrisi:
Persepsi nyeri kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidaknyamanan,
Nyeri akut Bergerak akan sakit
Gangguan
mobilitas fisik
3. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Congenital
b. Obesitas
c. Ibu hamil
d. Mengejan
e. Pengangkatan beban berat
4. Tanda dan Gejala
a) Adanya benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha;
b) adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual;
c) terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi;
d) bila terjadi hernia inguinalis stratagulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas;
e) Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
5. Komplikasi
a) Inguinalis ireponibilis
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi
kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia. Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering
menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus (Nurarif dan
Kusuma, 2013);
b) Inguinalis strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan
vascular ( proses strangulasi ) (Nurarif dan Kusuma, 2013);
c) Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis (PPNI, 2009);
d) Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
(PPNI, 2009);
e) Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki (PPNI, 2009);
f) Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah (PPNI, 2009);
g) Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi (PPNI, 2009);
h) Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses
(PPNI, 2009).
6. Pemeriksaan Khusus
a) Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi
hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan
adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
b) USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis.
c) CT scan dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya:hernia obturator).
d) Laparaskopi
Hernia yang ditemukan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri perut
yang tidak dapat didiagnosa.
Tabel 1. Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen
Jaringan Benjolan
Kulit Kista sebasea atau epidermoid
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
Otot Tumor yang mengalami hernia melalui
pembungkusnya
Arteri Aneurisma
Vena Varikosa
Limfe Pembesaran KGB
Gonad Ektopik testis / ovarium
7. Terapi
a) Terapi Konservatif
1) Reposisi, hanya dilakukan pada hernia reponibel dengan memakai kedua tangan,
tangan yang satu melebarkan leher hernia, tangan yang satu lagi memasukan isi
hernia lewat leher hernia tersebut. Pada asien yang takut operasi (anak-anak)
dengan hernia irreponibel dapat dicoba dengan cara : bagian hernia dikompres
dingin, diberi vallum 10 mg, pasien posisi trendelenberg (supine dengan kepala
lebih rendahdari badan), lakukan reposisi manual.
2) Suntikan, dilakukan seteah reposisi berhasil dengan cara menyuntik ekitar tempat
hernia dengan zat sklerotik (phenot atau alcohol) untuk memperkecil pintu hernia.
3) Sabuk hernia, digunakan jika pasien menolak operasi dan pintu hernia kecil.
Sabuk ini juga dipakai ketika reposisi berhasil. Penggunaan sabuk dilakukan pada
pagi hari atau ketika pasien menjalankan aktivitasnya dan akan dilepas ketika
pasien beristirahat atau malam hari.
b) Terapi Operatif
Hernia yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif maka
diperlukan tindakan operatif. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa
ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia sebagai berikut.
1) Herniotomi: dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin dan
selanjutnya dipotong.
2) Hernioraphy : mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon supaya tidak keluar masuk lagi.
3) Hernioplasty : member kekuatan pada dinding perut dengan cara mengikat
conjoint ke ligamen inguinal. Hal ini tidak dilakukan pada pasien anak-anak.
D. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
a) Anamnesis
1) Identitas pasien, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama, biasanya terdapat benjolan pada selangkangan dan nyeri pada area
benjolan.
3) Riwayat penyakit sekarang, HIL terjadi karena kongenital dan acquired (didapat).
4) Riwayat penyakit dahulu.
5) Riwayat penyakit keluarga.
b) Data fokus (berdasarkan pemeriksaan fisik)
1) Sistem pernafasan
Gangguan pernafasan, menurunnya vital kapasitas, menggunakan otot-otot
pernafasan tambahan.
2) Sistem kardiovaskuler
Takikardia, hipertensi, orthostatic hipotensi.
3) Sistem neurologi
Keluhan pusing atau sakit kepala mungkin muncul, dapat mengalami demam.
4) Sistem gastrointestinal
Pengosongan lambung yang lama, ileus paralitik, tidak ada bising usus, stress
ulcer, feses keras atau inkontinensia, mual, muntah, abdomen hipertimpani.
5) Sistem urinaria
Retensi urine, inkontinensia.
6) Sistem muskuloskletal
Spasme otot, menurunnya kekuatan otot.
7) Sistem integumen
Adanya kemerahan pada daerah yang tertekan akibat tirah baring (tanda awal
decubitus), luka pada selangkangan, mukosa kering.
8) Sistem reproduksi dan seksualitas.
Impoten, gangguan ereksi, ejakulasi, menstruasi tidak teratur.
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik hernia adalah secara inspeksi, palpasi, dan auskultasi sebagai
berikut (ganong, 1995 dalam Iscan, 2010; Sabiston, 1994; Swartz, 1995).
1) Inspeksi: ketika pasien diminta mengedan akan terlihat benjolan pada lipat paha,
bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan.
2) Palpasi: dapat meraba benjolan yang kenyal, isinya mungkin berupa usus,
omentum atau ovarium. Palpasi juga dapat menentukan apakah hernia tersebut
dapat didorong masuk dengan jari (direposisi).
3) Auskultasi: pada pemeriksaan secara auskultasi, bila isi hernia berupa usus maka
bising usus dapat terdengar.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan menggunakan tiga teknik sederhana
yaitu:
1) Finger Test
- Menggunakan jari ke-2 (telunjuk) atau jari ke-5 (kelingking)
- Dimasukkan lewat skroum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal
- Penderita di suruh batuk
- Jika impuls diujung jari berarti hernia inguinalis lateralis (hernia yang keluar
menjauhi usus)
- Jika impuls disamping jari berarti hernia inguinalis medialis (hernia yang masuk
dalam organ bagian dalam melewati usus).
2) Ziemen Test
- Posisi berbaring, bila ada benjolan minta pasien untuk memasukkannya terlebih
dahulu
- Hernia kanan diperiksa oleh tangan kanan dan sebaliknya
- Jari telunjuk tangan pemeriksa diletakkan diatas anulus internus (1,5 cm diatas
pertengahan SIAS-TV-Tuberculum puicum)
- Jari tengah diletakkan diatas anulus eksternus
- Jari manis pada fossa ovalis
- Minta pasien untuk batuk
- Jika terasa dorongan pada jari telunjuk berarti hernia inguinalis lateralis
- Jika terasa dorongan pada jari tengah berarti hernia inguinalis medialis
- Jika terasa dorongan pada jari manis berarti hernia femoralis (hernia yang kelaur
melalui otot paha yang terdekat dengan anus).
3) Thumb Test
- Posisi pasien berbaring dan benjolan dimasukkan kedalam rongga perut
- Ibu jari pemeriksa ditekan pada anulus internus pasien
- Pasien diminta untuk mengejan atau meniup dengan hidung dan mulut tertutup
- Bila benjolan keluar pada waktu mengejan berarti hernia inguinalis medialis
- Bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis
d) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi (foto rontgen sinar X).
2) Pemeriksaan laboratorium (tes darah lengkap, pemeriksaan feses, pemeriksaan
urine).
3) Pemeriksaan EKG.
4) Pencitraan (MRI, CT scan)
b) Diagnosa Keperawatan
a) Preoperasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan oleh isi hernia (agen injury)
2) Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan tipe prosedur bedah
3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan mual muntah
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahn informasi.
b) Intraoperatif
1. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis dan efek anestesi
serta posisi pasien
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif
3. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
c) Postoperatif
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
2. Ansietas/cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan,
kekhawatiran tentang pengaruhnya pada ADL atau menghadapi prosedur bedah
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
berhubungan ..x.. jam pasien menunjukkan nyeri berkurang, Paint Management
dengan dibuktikan dengan kriteria hasil: 1. Kaji mengenai persepsi dan keyakinan mengenai
penyumbatan nyeri
uretra Tingkat Nyeri
2. Kaji polamanajemen nyeri yang dilakukan oleh
a. Nyeri waktu berkurang
b. Pasien menunjukkan tanda- tanda pasien
kenyamanan/ tidak ada nyeri. 3. Beri informasi mengenai nyeri, faktor penyebab.
c. Ttv dalam rentang normal. 4. Diskusikan bersama pasien dan keluarga strategi
Kontrol Nyeri nyeri untuk pasien
a. Pasien menggunakan obat- obatan anti nyeri 5. Beri teknik untuk mengurangi nyeri
yang dianjurkan 6. Kolaborasikan pemberian analgesic
b. Pasien menggunakan cara mengontrol nyeri
dengan beberapa teknik
2. Risiko infeksi Setelah dilakukan perawatan selama ..x... jam Koordinasi preoperatif
area pembedahan pasien tidak menunjukkan gejala risiko infeksi 1. Review operasi yang direncanakan
berhubungan dengan kriteria hasil : 2. Selesaikan pengkajian fisik dengan tepat
dengan tipe 3. Uraikan dan jelaskan perawatan dan tes diagnostic
prosedur bedah
sebelum pendaftaran
Risk Control
a. Pasien mampu mengidentifikasi faktor risiko 4. Dapatkan specimen darah, urine (bila perlu)
b. Memonitor faktor risiko pada lingkungan 5. Dapatkan persetujuan tertulis untuk perawatan
c. Mematuhi trategi pencegahan infeksi yang (yang dilakukan)
dianjurkan 6. Berikan waktu pada pasien untuk mengajukan
pertanyaan
7. Diskusikan rencana kepulangan setelah operasi
Kontrol Infeksi
1. Gunakan prinsip steril dalam setiap tindakan
2. Ajarkan cara mengontrol nyeri dengan teknik yang
sesuai kondisi pasien.
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya
kepada penyedia perawatan kesehatan
4. Monitor dan jaga suhu ruangan antara 200 dan 240 C
Manajemen Lingkungan
5. Bersihkan tempat atau wadah setiap kali
digunakan oleh pasien
6. Atur ruangan, jangan sampai lembab
2. Risiko infeksi
area pembedahan Kontrol resiko: proses infeksi Kontrol infeksi: Intraperioperatif
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Bersihkan debu dan permukaan mendatar dengan
dengan prosedur 1x24 jam, resiko infeksi pada pasien dapat pencahayaan di ruang operasi
invasif teratasi, dengan kriteria hasil: 2. Monitor dan jaga suhu ruangan antara 20° dan 24°
1. Mengetahui konsekuensi terkait infeksi
2. Mengetahui perilaku yang berhubungan C
dengan risiko infeksi 3. Monitor dan jaga kelembaban relatif antara 20%
3. Memonitor faktor lingkungan yang dan 60%
berhubungan dengan risiko 4. Monitor dan jaga aliran udara yang berlapis
4. Mempertahankan lingkungan yang bersih 5. Batasi dan kontrol lalu lalang pengunjung
5. Memonitpr perubahan status kesehatan 6. Verifikasi bahwa antibiotik profilaksis telah
diberikan dengan tepat
7. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan universal/
Universal Precautions
8. Pastikan bahwa personil yang akan melakukan
tindakan ope- rasi mengenakan pakaian yang sesuai
9. Lakukan rancangan tindakan isolasi yang sesuai
10. Monitor teknik isolasi yang sesuai
11. Verifikasi keutuhan kemasan steril
12. Verifikasi indikator indikator sterilisasi
13. Buka persediaan peralatan steril dengan
menggunakan teknik aseptik
14. Sediakan sikat, jubah, dan sarung tangan, sesuai
kebijakan institusi
15. Bantu pemakaian jubah dan sarung tangan anggota
tim
16. Bantu mengenakan pakaian pasien, memastikan
perlindungan mata, dan meminimalkan tekanan
terhadap bagian-bagian tubuh tertentu
17. Pisahkan alat-alat yang steril dan non steril
18. Monitor area yang steril untuk menghilangkan
kesterilan dan penentuan waktu istirahat yang benar
sesuai indikasi
19. Jaga keutuhan kateter dan jalur intravaskular
20. Periksa kulit dan jaringan di sekitar lokasi
pembedahan
21. Letakkan handuk basah untuk mencegah penyatuan
cairan antimikroba
22. Oleskan salep antimikroba pada lokasi pembedahan
sesuai kebijakan
23. Angkat handuk basah
24. Dapatkan kultur jaringan jika diperlukan
25. Batasi kontaminasi yang terjadi
26. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
27. jaga ruangan tetap rapi dan teratur untuk membatasi
konta- minasi
28. Pakai dan amankan pakaian pakaian bedah
29. Angkat penutup beserta barang-barang yang lain
untuk mem- batasi kontaminasi
30. Bersihkan dan sterilkan instrumen dengan baik
31. Koordinasikan pembersihan dan persiapan ruang
operasi untuk pasien berikutnya
1. Irama jantung dalam batas yang diharapkan 3. Monitor input dan output
2. Frekuensi nafas daam batas yang diharapkan 4. Monitor tanda awal syok
3. Irama pernafasan dalam batas yang Kolaborasi pemberian cairan IV dengan tepat
diharapkan
c) Postoperatif
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Paint management
… x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang 1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi,
1. Pain level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
2. Pain control faktor presipitasi)
3. Comfort level 2. Beri penjelasan mengenai penyebab nyeri
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, 4. Segera immobilisasi daerah fraktur
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi 5. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 6. Ajarkan pasien tentang alternative lain untuk
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan mengatasi dan mengurangi rasa nyeri
7. Ajarkan teknik manajemen stress misalnya
menggunakan manajemen nyeri relaksasi nafas dalam
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam
frekuensi, dan tanda nyeri) pemberian obat analgeik sesuai indikasi
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Ansietas/cemas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 Anxiety Reduction
berhubungan x 30menit, ansietas berkurang 1. Identifikasi tingkat kecemasan pasien
dengan krisis 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
situasi, perubahan selama prosedur
status kesehatan, Anxiety self-control 3. Pahami perspektif pasien terhadap kecemasan
kekhawatiran Anxiety level 4. Dorong keluarga untuk senantiasa menemani
tentang 1. Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan pasien dan memberikan ketenangan pada pasien
pengaruhnya pada gejala cemas 5. Bantu pasien untuk mengenal situasi yang dapat
ADL atau 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menyebabkan cemas
menghadapi menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas 6. Berikan informasi mengenai kondisi penyakit
prosedur bedah 3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal pasien
4. Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan 7. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya ketakutan, dan persepsi terhadap rasa sakit yang
kecemasan dialaminya
8. Kolaborasikan pemberian obat untuk
menenangkan pasien
3. Resiko infeksi
area pembedahan Kontrol resiko Kontrol infeksi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah dipakai
dengan 1x24 jam, tidak terjadi infeksi pada pasien dengan setiap pasien
kontaminasi luka kriteria hasil: 2. Ganti perawatan peralatan setiap pasien sesuai
bedah SOP rumah sakit
1. Luka tidak berbau busuk 3. Batasi jumlah pengunjung
2. Pasien tidak demam (suhu stabil) 4. Ajarkan cara mencuci tangan
3. Tidak terdapat nanah pada luka
4. Pasien dapat mengidentifikasi faktor resiko Perlindungan infeksi)
5. Mengenali faktor resiko individu 5. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
6. Berikan perawatan kulit yang tepat
Identifikasi resiko
7. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu
8. Identifikasi strategi koping yang digunakan
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: Media
Aescuapius FK UI.
SDKI, 2018. Survey Demograsi Dan Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan
Smeltzer C, Suzanne& Bare, B.G (2017). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi
9.Jakarta: EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP,FKUI,
Jakarta.
Schwartz et al. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengusrus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Defiance dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.