Anda di halaman 1dari 26

A.

KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis atau
obstruksi mekanis yang dapat menyebabkan penumpukan atau penyumbatan
zat makanan (Rasmilia Retno, 2013).
Menurut Margaretha Novi Indrayani (2013) Ileus adalah gangguan
atau hambatan isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut
yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus dibagi menjadi
dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus obstruktif atau disebut juga
ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus (Ida Ratna,
Nurhidayati, 2015).
MedLine Plus (2018) menyatakan Ileus obstruktif atau obstruksi usus
adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran isi usus. Sedangkan ileus paralitik adalah obstruksi usus
akibat kelumpuhan seluruh atau sebagian otot-otot usus yang menyebabkan
berkurangnya atau tidak adanya peristaltik (Megan Griffiths, 2020).
Dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif merupakan penyumbatan
pada usus yang disebabkan oleh hernia, adhesi atau pelengketan, tumor yang
menyebabkan isi usus tidak dapat disalurkan ke distal.

2. Klasifikasi
a. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
1) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain
karena atresia usus dan neoplasma
2) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus
disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi,
intususepsi, adhesi, dan volvulus
b. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
1) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
2) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
c. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
1) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
2) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
3) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012)..
d. Menurut stadiumnya
Ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antara lain :
1) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan
defekasi sedikit
2) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai
gangguan aliran darah)
3) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren (Margaretha Novi
Indrayani, 2013).
3. Anatomi Fisiologi
a. Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus
terdiri dari :
1) Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar
(m.sirkuler).
2) Otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah
luar).
Pergerakan usus halus ada 2 yaitu :
1) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu, desakan
kimus.
2) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan
gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama
di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun
sepanjang dinding usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon
terdapat katup ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke
dalam usus halus. Derajat kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur
oleh refleks yang berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter
iliosekal ini di perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus
kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahanpecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat
pada mukosa usus, seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat
menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan
peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam
beberapa menit. intesinum minor terdiri dari :
a) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung
kekiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian
kanan 18 duodenum ini terdapat selaput lendir yang
membuktikan di sebut papila veteri. Pada papila veteri ini
bermuara saluran empedu ( duktus koledukus ) dan saluran
pankreas ( duktus pankreatikus )
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima
bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan
ileum dengan panjang ± 4–5 meter. Lekukan yeyenum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal
sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar
dan masuknya cabangcabang arteri dan vena mesentrika
superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan
peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara
yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung
bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perataraan
lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini di
perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat
katup valvula seikalis atau valvulabau kini Mukosa usus halus.
Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan
mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini
dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar
permukaan usus. Pada penampangan melintang vili di lapisi
oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacammacam
hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif
dalam pencernaan.
c) Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5–6 cm. Lapisan–lapisan
usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan
usus besar terdiri dari :
 Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing sehingga di sebut juga umbai
cacing, panjang 6 cm.
 Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati
membengkak ke kiri, lengkungan ini di sebut Fleksur
hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
 Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari
akhir seikum.
 Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai
kekolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah
kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura linealis.
 Kolon desendens 20
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai
kedepan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
 Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf
S. Ujung bawahnya berhubung dengan rectum. Fungsi
kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan
menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan
kolon ada 2 macam :
a) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi
gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian
luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar
menjadi seperti kantong.
b) Pergerakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu
kontraksi usus besar yang mendorong feses ke arah
anus.
d) Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di
depan os sakrum dan oskoksigis. Anus adalah bagian dari
saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia
luar ( udara luar ). Terletak di antara pelvis, dindingnya di
perkuat oleh 3 sfingter :
1) Sfingter Ani Internus
2) Sfingter Levator Ani
3) fingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass
movement. Mekanisme :
 Kontraksi kolon desenden
 Kontraksi reflek rectum
 Kontraksi reflek sigmoid
 Relaksasi sfingter ani
4. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus menurut Margaretha
Novi Indrayani (2013) antara lain
a. Hernia inkarserata : Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk
ke dalam kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul
gejala obstruksi (penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus
menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus).
b. Non hernia inkarserata, antara lain :
1) Adhesi atau perlekatan usus Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat
operasi intra abdominal sebelumnya atau proses inflamasi intra
abdominal. Dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk
tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas.
2) Askariasis Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum,
biasanya jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa
terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal
yang merupakan tempat lumen paling sempit.Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
3) Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus
yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum.
4) Tumor Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi. Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus.
5) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari
kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal antara
pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran
empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu
empedu masuk ke raktus gastrointestinal

5. Patofisologi
Patofisilogi yang terjadi yang disebabkan obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi itu disebabkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utama terletak pada obstruksi paralatik dimana
peristaltik di hambat sejak awal, sedangkan pada obstruksi awal, sedangkan
pada obstruksi mekanik awalnya peristaltik diperkuat, kemudian
intermitten,dan akhirnya menghilang.
Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal
secara progresif akibat akumulasi dari sekresi perencanaan dan udara yang
tertelan (70% dari udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus
aktivitas sel sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi cairna. Hal ini
mengakibatkan peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari
obstruksi, dengan buang air peristaltik meningkat pada bagian atas bawah
dari obstruksi,dengan buang air besar yang jarang dan flatus pada awal
perjalanan. Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air
dan natrium dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan diskresi kedalam
saluran cerna dapat setiap hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat
mengakibatkan penimbunanin tralumen dengan cepat.
Hal ini akan mengompresi saluran limfe mukosa dan menyebabkan
limfemeda pada dinding usus. Dengan meningkatkanya tekanan hidrostatik
intraluminal, meningkatnya tekanan hidrostastik pada kapiler akan
menyebabkan cairan yang banyak, elektrolit dan protein kedalam usus.
Kehilangan cairan dan dehidrasi yang disebabkan oleh akan sangant parah
dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Muntah dan pengosongan
isi usus merupakan penyebab utama kehilangan cairan dan elektrolit. Akibat
muntah tadi akan terjedi dehidrasi, hipovelemik pada obstruksi proksimal,
kehilangan cairan disertai oleh kehilangan ion hidrogen(H+), kalium dan
korida, sehingga terjadi alkalosis metabolik.peregangan usus yang tarjadi
secara terus menerus mengakibatkan timbulnya lingkaran penurunan absorpsi
cairan dan peningkatan sekresi kedalam usus, efek lokal peregangan usus
terjadi adalah iskemia akibat peregangan dan peningkatan permeabilitas yang
disebabkan oleh nekrosis,disertai dengan absorpsi toksin bakteri kedalam
rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Pada obstruksi intestinal simpel intestinal simpel, obstruksti terjadi
tanpa gangguan vaskularisasi. Makananan dan cairan yang masuk, sekresi
getah pencernaan, dan gas terkumpul di proksimal obstruksi. Bagian
proksimal usus distensi, sedangkan bagian distalnya colaps. Fungsi absorpsi
dan sekresi dari mukosa usus berkurang, dan dinding usus menjadi edema
dan terbendung. Distensi usus yang parah akan semakin progresif, menambah
peristaltik, dan meningkatkan risiko dehidrasi dan progresi kearah
strangulasi. Obstruksi intestinal strangulasi merupakan obstruksi dengan
gangguan aliran pembuluh darah, terjadi pada 25% dari pasien dengan ileus
obstruksi. Biasanya berhubungan dengan hernia,volvulus,dan instususepsi.
Obstruksi strangulasi bisa menjadi infark miokard dengan gangren dalam
waktu 6 jam, awalnya akan terjaid obstruksi vena , kemudian oklusi arteri
dan akhirnya iskemia cepat dinding usus. Usus yang iskemia akan menjadi
edema dan infrak, yang berujung ganfgren dan perforasi. Bila tidak ditangani
akan menjadi perforasi, periitonitis, dan kematian. Pada ileus obstruksi kolon,
srtamgulasi jarang terjadi (kecuali pasien dengan volvulus)

6. Manifestasi Klinis
a. Mekanik sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen
pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan bising usus,
nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan
midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri tekan
abdomen.
c. Mekanik sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah),
distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen),
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi
ringan.
e. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus
dan terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah (Margaretha Novi Indrayani, 2013).
7. Pathway Keperawatan
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ileus obstruktif menurut Hasdianah & Suprapto
(2014), sebagai berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkatkan dan ketonuria yang menunjukan
adanya dehidrasi dan asidosis metabolic . Leukosit normal atau sedikit
meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis,
kimia darah sering adanya gangguan elektrolit .
b. Pemeriksaan sinar X : otot polos , menunjukan kuantitas abnormal dari
gas dan cairan dalam usus dan menunjukan adanya udara di diafragma
dan terjadi perforasi usus.
c. Enema barium : diindikasikan untuk di invaginasi 4. Endoskopi abdomen
: diindikasikan bila dicurigai adanya volvulus.

9. Penatalaksanaan
Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit (Kusuma dan
Nurarif, 2015). Penatalaksanaan pasien dengan ileus obstruktif adalah:
a. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis
abdomen dengan pemantauan dan konservatif
b. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
1) Strangulasi
2) Obstruksi lengkap
3) Hernia inkarserata
4) Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter) (Kusuma dan Nurarif,
2015)
c. Pasca bedah Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal
cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan
harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah
usus pasien masih dalam keadaan paralitik (Kusuma dan Nurarif, 2015).

10. Komplikasi
Komplikasi dari ileus obstruksi dapat berupa nekrosis usus, perforasi
usus yang dapat menyebabkan peritonitis, syok septik, dan kematian. Usus
yang strangulasi mungkin mengalami perforasi yang mengakibatkan materi
dalam usus keluar ke peritoneum dan mengakibatkan peritonitis. Meskipun
tidak mengalami perforasi, bakteri dapat melintasi usus yang permeabel dan
masuk ke sirkulasi darah yang mengakibatkan syok septik.
a. Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik
bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus. Apabila usus
tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan
tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan
untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan
kalium). Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung
penyebab obstruksi.
Penyebab paling umum dari obstruksi seperti. Penyebab paling
umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan
pembedahannya adalah herniotomi.
b. Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat
dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi,
pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada
pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat
memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa
dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab
obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. Biodata
klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan
gaya hidup.
a. Riwayat kesehatan
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan
kaku.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolonga,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus-menerus.
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s.d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,riwayat
ketergantungan terhadap makanan/ minuman, zat dan obat-obatan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
f. Pemeriksan fisik
1) Aktivitas/ istirahat Gejala : Kelelahan dan ngantuk Tanda : Kesulitan
ambulasi
a) Sirkulasi Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi (tanda syok)
b) Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan
Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
2) Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah dan haus terus menerus
Tanda : Muntah berwarna hitam dan fekal. Membra mukosa pecah-
pecah, kulit buruk
3) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
4) Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan
Tanda : Napas pendek dan dangkal

2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian asuhan keperawatan yang diatas maka diagnosa keperawatan
keluarga yang muncul menurut SDKI (2017 ) :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis

2) Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen


3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan restraint fisik
4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI

dengan agen pencedera keperawatan selama …. Jam a. Observasi

fisiologis nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi, kualitas,


kriteria hasil : intensitas nyeri
Ds : Mengeluh nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri

Do : - Ekspresi meringis - Identifikasi respons nyeri non verbal


menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
- Tampak meringis
- Sikap protektif menurun nyeri
- Bersikap protektif - Gelisah menurun b. Terapeutik
- Kesulitan tidur menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
- Gelisah
nyeri
- Frekuensi nadi - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
meningkat c. Edukasi
- Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
- Sulit tidur
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. Konstipasi berhubungan Setelah diberikan asuhan MANAJEMEN ELIMINASI FEKAL

dengan kelemahan otot keperawatan selama…. jam a. Observasi

abdomen diharapkan konstipasi dapat - Identifikasi masalah usus dan penggunaan oobat pencahar

Ds : membaik dengan kriteria - Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi

- Defekasi kurang dari 2 hasil: gastrointestinal

kali seminggu 2 Eliminasi Fekal - Monitor buang air besar (mis. warna, konsistensi, volume)

- Pengeluaran feses - Kontrol pengeluaran - Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi

lama dan sulit feses meningkat b. Terapeutik


- Keluhan defekasi lama - Berikan air hangat setelah makan
Do :
dan sulit menurun - Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien

- Feses keras - Mengejan saat defekasi - Sediakan makanan tinggi serat

- Peristaltik usus menurun

menurun - Distensi abdomen c. Edukasi


menurun - Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
- Teraba massa pada rektal keteraturan peristaltik usus
menurun - Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume
- Urgency menurun feses
- Nyeri abdomen menurun - Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi
- Kram abdomen menurun - Anjurkan pengurangan asupan makanan yang
- Konsistensi feses meningkatkan pembentukan gas
membaik - Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
- Frekuensi defekasi - Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak terkontra
- Peristaltik usus membaik indikasi
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu .
MANAJEMEN KONSTIPASI
a. Observasi
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,
bentuk, volume dan warna)
- Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis. obat -obatan, tirah
baring, dan diet rendah serat)
- Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan/atau periotinitis

b. Terapeutik
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen, jika perlu
- Lakukan evaluasi feses secara manual, jika perlu
c. Edukasi
- Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
- Latih buang air besar secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
d. Kolaborasi
- Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan /
peningkatan frekuensi suara usu
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN TIDUR
berhubungan dengan keperawatan selama ….. jam a. Observasi
restraint fisik gangguan pola tidur - Identifikasi pola tidur aktivitas dan tidur
Ds : membaik dengan kriteria - Identifikasi faktor penganggu tidur
- Mengeluh sulit tidur hasil : - Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
- Mengeluh sering - Keluhan sulit tidur tidur
terjaga membaik - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
- Mengeluh tidak puas - Keluhan sering terjaga b. Terapeutik
tidur membaik - Modifikasi lingkungan
- Mengeluh pola tidur - Keluh tidak puas tidur - Batasi waktu tidur siang, jika perlu
berubah membaik - Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Mengeluh istirahat - Keluhan pola tidur berubah - Tetapkan jadwal tidur rutin
tidak cukup membaik - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
- Keluhan istirahat tidak - Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk
Do : - cukup membaik menunjang siklus tidur-terjaga
c. Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya

4. Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan tindakan REDUKSI ANSIETAS

dengan Krisis situasional keperawatan selama ….. jam


a. Observasi
manajemen kesehatan
- Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi,
Ds : keluarga meningkat dengan waktu, stressor)

- Merasa bingung kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

- Merasa khawatir - Perilaku sesuai anjuran - Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)

dengan akibat meningkat b. Terapeutik

- Sulit berkonsenstrasi. - Verbalisasi minat dalam - Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan
belajar meningkat kepercayaan
Do :
- Kemampuan - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika

- Tampak gelisah. menjelaskan memungkinkan

- Tampak tegang. pengetahuan tentang - Pahami situasi yang membuat anxietas

- Sulit tidur suatu topik meningkat - Dengarkan dengan penuh perhatian


- Perilaku sesuai dengan - Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
pengetahuan - Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang
akan datang
c. Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Herlina, Santi. 2014. Analisis praktik Residensi keperaawatan medical bedah pada
pasien dengan gangguan system perkemihan dengan penerapan teori model
konservasi Levine di RSUP Fatmawati Jakarta. (Karya Ilmiah Akhir). Depok:
Universitas Indonesia.
Indrayani,M.N. 2013. Diagnosis Dan Tatalaksana Ileus Obstruksi. Denpasar:
Universitas udayana.
Inayah, Iin, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Medika
PPNI, T. P. (2017 ). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai