Oleh :
NANIK WIDYASTUTI
131923143003
I. DEFINISI
Ileus obstruksi adalah pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik misalnya oleh
strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Terdapat dua jenis obstruksi
yaitu obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana adalah obstruksi
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Sedangkan obstruksi strangulasi ada
pembuluh darah yang terjepit sehingga bisa terjadi iskemia yg akan berakhir dengan nekrosis
atau gangren yg ditandai dengan gejala umum berat yg disebabkan oleh toksin dari jaringan
Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik). Suatu penyebab fisik
menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebahagian maupun total. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari.
usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan neoplasma
intraabdominal.
2. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital
intususepsi.
1. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang
atas. Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau
nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas
keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung sumbatan. Semakin
distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di
daerah distal. Peristaltik usus yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus.
Bising usus yang meningkat dan metabolic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal
yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda
strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak
menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi pada kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya
terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau
obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal
mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan
tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum
karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat
akibat dehidrasi. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
V. V. PATOFISIOLOGI
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau non mekanik.
Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari permulaan,
dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari.
Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan patofisiologi utama
pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat
perkembangan bakteri sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang
tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus.
intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan
permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan
permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum
mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan di
bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi
penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus
sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus. Pada
usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan
bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforais akan menyebabkan
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan
peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif yang akan
elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan
cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga
darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi
gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel
menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan
menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan
otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan
nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan penurunan
kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis
metabolic.
Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis
penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.
Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap.
1. Persiapan penderita.
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi ileus
secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya
- Dekompressi usus.
- Atasi dehidrasi.
- Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4-24 jam sampai saatnya
2. Operatif.
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong
dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam
pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid
obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan
anastomosis.
3. Pasca bedah
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih
ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen
usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut mengandung banyak
bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisio
logi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti
peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi
sama sekali belum baik. Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan
disertai diare pasca bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta
menjaga keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada
pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi,
monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah.
Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya
biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan
spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.
VII. WOC ILEUS OBSTRUKTIF
OBSTRUKSI USUS
Proksimal Distal
tindakan operasi
Resiko penurunan
curah jantung
D.0008
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
b. Keluhan utama : apakah ada keluhan nyeri, kram, kembung, bisa BAB/tidak, bisa
flatus/tidak
d. Riwayat penyakit dahulu : apakah ada penyakit hipertensi, DM, maupun alergi, dll
a. B1 ( breathing ) : pada inpeksi apakah px terlihat sesak nafas, penggunaan otot bantu
pernafasan, peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi apakah ada suara nafas
tambahan. Pada palpasi apakah teraba perut acites sehingga mempengaruhi frekuensi
c. B3 ( brain ) : -
1. Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding
usus.
1. Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding
usus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, perut kembung.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 jam, maka tingkat nyeri
menurun (L.08066)
-ketegangan otot menurun(5) : otot tdk tegang lagi krn menahan nyeri
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan muntah ditandai dengan pasien mengatakan mual,
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam status nutrisi membaik
(L.03030)
Kriteris hasil : - nafsu makan membaik (5) : setiap makan habis 1 porsi
8. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yg
dibutuhkan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, tingkat ansietas menurun
(L.09093)
4. gunakan relaksasi sbg strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis
lain
jika perlu
American cancer Society (ACS). 2014. Global cancer facts & figures 2nd Edition.
http://www.breastcancer.org/symptoms/understand_bc/stat_istics.
Oleh :
NANIK WIDYASTUTI
131923143003
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. A
2. Umur : 50 tahun
3. Suku/ Bangsa : jawa/indonesia
4. Agama : islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : ibu rumah tangga
7. Alamat : surabaya
8. Sumber Biaya : mandiri
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: nyeri pada lapang perut,kadang – kadang terasa kram dan kembung
Riwayat Penyakit Sekarang: px mengeluh mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu. Pasien kmd dirawat di RS
dan sekarang muncul keluahan nyeri perut, kram dan kembung. 2 hari lagi px direncanakan untuk operasi.
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis ; tidak ada
5. Lain-lain:
Px tidak ada riwayat penyakit kanker.
- Jenis : …………………........................................................................
- Genogram
Masalah Keperawatan :
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Tidak ada masalah keperawatan
Alkohol ya tidak keterangan…………………….........................................................
Merokok ya tidak
keterangan…………………….........................................................
Obat ya tidak
keterangan…..............................................................………………
Olahraga ya tidak
keterangan…..........................................................…………………
2. Sistem Pernafasan
a. RR: 20 x/mnt
b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif
Jenis................................................ Flow..............lpm
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
7. Sistem penglihatan
7. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior:
OD OS
Normal Aurcicula Normal Masalah Keperawatan :
8. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot: 5 5
5 5
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
n. ROM : normal, bergerak bebas (Range of Motion)
o. POD : tidak ada (Prevention of Disability)
p. Cardinal Sign : normal T ; 120/70 mmHg
q. Lain-lain:
Tidak ada
9. Sistem integumen
a. Penilaian risiko decubitus:
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
NILAI
DINILAI 1 2 3 4
PERSEPSI TERBATAS KETERBATASAN TIDAK ADA
SANGAT TERBATAS 4
SENSORI SEPENUHNYA RINGAN GANGGUAN
TERUS MENERUS
KELEMBABAN SANGAT LEMBAB KADANG2 BASAH JARANG BASAH 3
BASAH
LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN 4
JALAN
IMMOBILE KETERBATASAN TIDAK ADA
MOBILISASI SANGAT TERBATAS 4
SEPENUHNYA RINGAN KETERBATASAN
KEMUNGKINAN
NUTRISI SANGAT BURUK ADEKUAT SANGAT BAIK 2
TIDAK ADEKUAT
TIDAK
GESEKAN & POTENSIAL
BERMASALAH MENIMBULKAN 3
PERGESERAN BERMASALAH
MASALAH
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko
mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI 20
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)
Jika ya:
- Tahun :...................................
- Lokasi :...................................
f. ABI:................................... (Ankle Brachial Index)
g. Lain-lain:
Tidak ada
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Masalah keperawatan :
Takut akan penyakitnya yg semakin parah tapi juga takut akan dioperasi ansietas berhubungan
dengan kurang terpapar
informasi
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
e. Lain-lain:
Tidak ada
a. Kebersihan diri:
Px mampu menjaga kebersihan diri secara mandiri
Masalah Keperawatan :
Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocaecal junction) dan kolaps usus
di distal sumbatan. Penebangan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring
bone appearance, karena dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra
dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga
yang disebut step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.
(Nanik Widyastuti)
ANALISIS DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
kurang terpapar
informasi
ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen terhadap distensi dinding usus
RENCANA INTERVENSI
Hari/Tangga Wakt Diagnosis Keperawatan Intervensi
l u (Tujuan, Kriteria Hasil)
Selasa / 14-04- 10.00 Nyeri akut berhubungan dengan Manajemen nyeri (I.08238)
2020 kram abdomen terhadap distensi 1. identifikasi skala nyeri
dinding usus ditandai dengan R : mengkaji perubahan dlm tingkat nyeri
pasien mengeluh nyeri pada perut, 2. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
perut kembung. intensitas nyeri
R : membantu mengevaluasi nyeri dan peredaan nyeri
Tujuan : setelah dilakukan asuhan 3. identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
keperawatan selama 4 jam, maka R : dapat menentukan tindakan dalam mengurangi nyeri
tingkat nyeri menurun (L.08066) 4. berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (misal;
kompresnhangat/dingin, terapi musik, dll)
Kriteria hasil : R : dapat menghasilkan peredaan yg lebih efektif
- keluhan nyeri menurun (5) : 5. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal : kebisingan)
skala 0-1 R : dapat membantu mencegah munculnya nyeri
- frekuensi nadi membaik (5) : 6. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
nadi R : dapat mengidentifikasi faktor faktor yg menyebabkan nyeri
normal 80 x/mnt 7. kolaborasi pemberian analgetik jika perlu ( misal paracetamol drip
-- ketegangan otot menurun(5) : 3x500 mg )
otot R : analgetik akan membantu mengurangi nyeri dengan cepat
tdk tegang lagi krn menahan
nyeri -meringis
menurun (5) : px tdk
meringis Kesakitan
-tekanan darah membaik (5) : TD
Selasa / 14-014- 11.00 Manajemen cairan (I.03098)
normal 120/80 mmHg
2020 1. observasi status dehidrasi (misal; nadi,akral,tekanan darah )
R : untuk mencegah px,jatuh dlm kondisi dehidrasi
Resiko ketidakseimbangan 2. monitor hasil pemeriksaan laborat; natrium, kalium, klorida
elektrolit berhubungan dengan R : untuk mengantisipasi terjadinya syok
muntah ditandai dengan pasien 3. catat intake dan output serta balans cairan 24 jam
mengatakan mual, pasien tampak R : supaya cairan tercukupi sesuai kebutuhan
muntah 4. berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
R: mencegah terjadinya dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan asuhan 5. berikan cairan intravena jika perlu
keperawatan selama 2x24 jam R : untuk mencegah terjadinya hipovolemi
maka keseimbangan elektrolit 6. kolaborasi pemberian terapi medis lainnya ( misal pemberian
meningkat (L.03021) Antibiotik cefotaxi 3x1 gr )
R : mencegah terjadinya kecacatan
Kriteria hasil :
-serum natrium membaik (5) ;
135-
145
-serum kalium membaik (5) : 3,5-
5
-serum klorida membaik (5) : 98-
Selasa/ 14-04- 108 Terapi relaksasi (I 09326)
11.30
2020 1. identifikasi tehnik relaksasi yg pernah efektif digunakan
R : dengan relaksasi akan membantu mengurangi ketegangan otot
2. monitor respon terhadap terapi relaksasi
prosedur operasi ditandai dengan 3. gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
px tampak tegang dan khawatir ttg R : membuat suasana lebih nyaman
kondisi yg dihadapi 4. gunakan relaksasi sbg strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain jika perlu
Tujuan : setelah dilakukan asuhan R : relaksasi dapat dilakukan oleh px sendiri untuk membantu
tingkat ansietas menurun (L.09093) 5. jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yg tersedia
R : melibatkan px dlm penentuan tehnik relaksasi sehingga lebih
III
IIIII