Oleh:
Angelika Earlyana
18.020
Oleh:
Angelika Earlyana
18.020
I
II
KATA PENGANTAR
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Serulingmas Cilacap.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah beliau berikan.
Besar harapan penulis, mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah bermanfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran untuk lebih sempurnanya Proposal Karya Tulis Ilmiah
Ini sangat penulis nantikan.
Penulis
III
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM………………………………………………………………..i
PERSETUJUAN…………………………………………….……………………ii
PENGESAHAN…………………………………………………………………..iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...………..vii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………..viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….…..ix
A. Latar Belakang…………………………………………………..1
6. Pemeriksaan penunjang........................................................ 15
IV
7. Komplikasi ........................ 16Error! Bookmark not defined.
1. Pengkajian ............................................................................ 23
2. Pemeriksaan penunjang........................................................ 25
1. Identifikasi kasus.................................................................. 37
V
DAFTAR TABEL
VI
DAFTAR GAMBAR
VII
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Mellitus
VIII
IX
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit
degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara
seluruh dunia. Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan
yang besar. Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita
diabetes melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Ada
beberapa jenis DM, yaitu DM Tipe 1, DM Tipe 2 gestasional, dan DM
lainnya. Jenis diabetes melitus yang paling banyak diderita adalah
Diabetes Melitus Tipe 2. Diabetes melitus Tipe 2 adalah penyakit
gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi
insulin (resistensi insulin) (Sari dan Purnama, 2019).
Badan Kesehatan Kesehatan Dunia telah memprediksi akan ada
peningkatan terhadap jumlah penderita dari dari penyakit diabetes militus
yang masih menjadi salah satu ancaman kesehatan global. WHO
menyatakan bahwa di Indonesia, akan ada kenaikan jumlah penyandang
DM, yang awal mulanya di tahun 2000 hanya sebesar 8,4 juta, akan
mengalami pelonjakan di tahun 2030 yaitu menjadi sekitar 21,3 juta
penduduk. Laporan yang disampaikan oleh WHO juga menunjukan akan
adanya peningkatan lagi di tahun 2035, dengan jumlah penyandang DM
sebanyak 2 hingga 3 kali liat dari tahun 2030.
Prevalensi diabetes melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 0,06 % pada tahun 2012 lebih rendah dibanding tahun
2011 (0,09%). Prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Semarang sebesar
0,66%, Sedangkan prevalensi kasus DM tidak tergantung insulin lebih
dikenal dengan DM tipe II, pada tahun 2012 mengalami penurunan dari
2
0,63% menjadi 0,55%. Pada tahun 2012 Kota Magelang merupakan kota
dengan Prevalensi tertinggi sebesar 7,93%.
Kasus Diabetes Melitus di Kabupaten Cilacap tercatat sebanyak
9.295 kasus. Dengan perincian dilaporkan oleh Puskesmas sebanyak 3.025
dengan 374 Diabetes militus tipe I atau Insulin Dependent Diabetes
Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI), dan 2.651
merupakan diabetes militustipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Masih Tergantung Insulin (DMTI).
Penyebaran kasus DM tipe II di Kabupaten Cilacap terbanyak sejumlah
390 kasus di wilayah Puskesmas Cilacap Tengah. (Rahayu dan Engkartini,
2015)
Dampak dari penyakit diabetes millitus menurut Gayto (2008)
yaitu dapat mengalami komplikasi metabolik akut (hiperglikemia dan
hipoglikemia) dan komplikasi kronik (retinopati, nefropati, kerusakan
saraf, proteinuria dan ulkus/ gangrene), dampak psikis dapat terjadi cemas
yang akan merangsang pelepasan ACTH (adrenocorticotropic hormone)
dari kelenjar hipofisis anterior. Selanjutnya, ACTH akan merangsang
kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenokortikoid yaitu kortisol
(Saswati,dkk. 2020).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Loriza (2017) terlihat
adanya hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan tingkat
stres pada lansia penderita diabetes mellitus. Maka dapat disimpulkan
bahwa dampak lanjut dari Diebetes Melitus bisa terjadi cemas dan stress
(Saswati,dkk. 2020).
Respon emosional negatif yang muncul pada klien dengan diabetes
mellitus menurut Ajar, (2014) yaitu dapat berupa penolakan atau tidak
mau mengakui kenyataan, cemas, marah, merasa berdosa dan depresi.
Pada kondisi klien dirawat di rumah sakit klien kehilangan waktu untuk
rekreasi, bersosialisasi dengan lingkungan.Selain itu perawatan diabetes
melitus memerlukan waktu yang lama untuk masa penyembuhan juga
dapat menyebab cemas bagi klien stress (Saswati,dkk. 2020).
3
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan Diabetes
Mellitus di Rumah Sakit
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus di Rumah Sakit
c. Mampu merumuskan perencanaan tindakan keperawatan sesuai
dengan jurnal penelitian
d. Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai
dengan perencanaan asuhan keperawatan.
e. Mampu mendokumentasikan tindakan yang di berikan pada pasien
D. Manfaat Penulisan Proposal
1. Bagi Rumah Sakit
Proposal ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Sistem
Endokrin: Diabetes Mellitus serta dapat mencegah dan mengurangi
angka kejadian diabetes mellitus sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit serta melakukian penyuuhan tentang lembar
pemantauan gukosa kepada pasien sehingga kadar glukosa dalam darah
dapat terkontrol.
2. Bagi Institusi Pndidikan
Proposal ini diharapkan dapat menambah informasi nyata tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan gangguan endokrin: diabetes
mellitus sehingga dapat meningkatkan kualitas mahasiswa yang akan
praktek dan meningkatkan kualitas kelulusan yang dihasilkan oleh
intuisi pendidikan.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi
keperawatan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dengan
gangguan system endokrin: diabetes mellitus dan memberikan
informasi tetang pendokumentasiannya selama pengelolaan kasus,
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3) Riwayat Keluarga
Resiko diabetes tipe 2 menjadi meningkat jika potang tua atau
saudara sedarah mempunyai riwayat penyakit diabetes tipe 2.
3. Pathofisiologi
Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa
terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Pudiastuti, 2019).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
11
4. Pathway
DM Tipe 1 DM Tipe 2
Defisiensi Insulin
Ketidakstabilan kadar
gula glukosa darah
hiperglikemia
Intoleran aktivitas
Coma
(mudah lelah)
hiperglikemia
Polifagi (Gg pola makan:
banyak makan Polyuria (banyak
kencing)
Resiko hypovolemia
(kekurangan volume cairan)
Ketidakseimban
gan elektrolit:
Polidipsi (sering hypokalemia
haus) dan
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Diabetes Melitus menurut Wijaya dn putri
(2013):
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak di sadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang
perlu mendapat perhatian adalah:
a. Banyak kencing (polyuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang terjadi dalam jumlah
banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada malam
hari
b. Banyak minum (polydipsia)
Rasa haus amat serig dialami penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah
tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau
beban kerja yang berat. Untuk menghilngkan rasa haus itu
penderita banyak minum.
c. Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita
diabetes mellitus karena pasie mengalami keseimbangan kalori
negative, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar, untuk
menghilangkan rasa lapar tersebut penderita banyak makan.
d. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam reatif singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat akan
menyebabkan presentasidan lapangan olaraga juga mencolok. Hal
ini disebabkan glukosa dalam darah tidak bisa masuk kedalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu lemak dan
otot, akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot
sehingga terjadi penurunan berat bada
15
Efek samping ini biasanya akan hilang saaat tubuh sudah terbiasa
dngan obat. Jika metformin dan perubahan gaya hidup tidak cukup
untuk mengontrol kadar gula darah anda, bat oral atau suntikan
lainnya dapat ditambahkan.
b. Pioglitazone
Pioglitazone memiliki fungsi sebagai pmicu sel-sel tubuh
untuk dapat memiliki kesensitifan yang lebih terhadap insulin,
sehingga aka nada banyak glukosa yang bisa dialirkan dari dalam
darah, umumnya pioglitazone dikonsumsi dengan metformin,
sulfonylurea, atau bisa juga dikonsumsi keduannya sekaligus.
Pada saat pengunaan, kemungkinan akan ditemukannya efek
samping seperti bertambahnya berat badan, dan adanya
pembengkakan di pergelangan kaki. Bagi orang yang memiliki
riwayat penyakit jantung atau mempunyai resiko tinggi terkena
patah tulang, maka sangat tidak di anjurkan untuk megkonsumsi
pioglitazone.
c. Nateglinide dan Repaglinide
Kedua obat ini sangat di anjurkan pada pasien yang
mempunyai jadwal makan di jam-jam yang tidak menentu atau
tidak pada umumnya. Fungsi dari kedua obat tersebut adalah
melakukan rangsangan terhadap pancreas agar bisa manghasilkan
insulin lebih banyak ke dalam aliran darah. Nateglinide dan
repaglinide memiliki efek samping yang cukup membuat khawatir
pasiennya, yaitu hipoglikemia dan kenaikan berat badan.
d. Sulfonylurea
obat-obatan yang tergolong dalam jenis ini adalah
glyburide (Diabeta, Glynase), glipizide (Gluecotrol) dan
Glimepiride (amaryl), obat-obatan jenis ini memiliki fungsi
sebagai pembantu tubuh dalam memproduksi insulin lebih banyak.
Pada saat penggunaan, kemungkinan akan ditemukannya efek
samping seperti gula daah dan peningkatan berat badan
20
e. Meglitinid
Obat-obatan yang tergolong jenis ini adalah paglinide
(prandin) dan nateglinide (starlix) yang memiliki fungsi sama
seperti sulfonylurea yaitu melakukan perangasangan terhadap
pancreas untuk dapat menghasilkan lebih insulin banyak. Meski
dikatakan mirip dengan sulfonylurea, obat-obatan jenis ini
memiliki tindakan yang lebih cepatdan durasi efek dalam tubuh
lebih pendek. Pada saat penggunaan, kemungkinan akan
ditemukannya efek samping seperti resiko tinggi terserangnya gula
darah rendah, dan bertambahnya berat badan.
f. Gliptin
Obat-obatan yang tergolong kedalam jenis ini meliputi
linagliptin, saxagliptin, sitagliptin dan vildagliptin. GLP-1
merupakan hormon yang berfungsi di produksi insulin saat kadar
gula darah dalam keadaan tinggi gliptin memiliki fungsi utama
sebagai pembantu dalam meningkatkan kadar insulin disaat kadar
gula naik, selain itu yang membuat obat ini dianjurkan adalah
fungsinya dalam melakukan penghambatan pada meningkatnya
kadar gula darah tinggi tidak akan mengakibtkan hipoglikemia dan
tidak akan membuat pasien yang mengkonsumsinya mengalami
kenaikan berat badan
g. Terapi insulin
Pada beberapa orang yang menderita penyakit diabetes tipe 2
membutuhkan pengbatan dengan terapi insulin, yang umumnya
digunakan sebagai upaya terakhir dalam pengobatan DM tipe 2.
Akan tetapi seiring dengan meningkatnya kasus DM tipe 2 di
Indonesia, terpi insulin saat ini lebih sering di resepkan di awal
pengobatan karena sudah terbukti manfaatnya. Suntikan insulin
melibatkan penggunaan jarum halus dan syringe atau suntikan
insulin pena-alat yang terlihat mirip dengan pena tinta yang di isi
21
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi fisik pasien
DM secara umum.
a. Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasm (keton): positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas, kadar lipid dn kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mmol/L.
e. Kandungan elektrolit:
1) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
2) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor: lebih sering menurun.
f. Gemoglobin glukosiat: kadar hemoglobin ini meningkat 2-4 kali
lipat dari ukuran normal. Hal ini menceriminkan kontrol DM
kurang selama 4 bulan terakhir.
g. Gas darah arteri biasanya menujukan Ph rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
h. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositos,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap respons atau
infeksi.
i. Insulin darah: mungkin mengalami penurunan, atau normal
sampai tinggi. Hal ini mengindikasikan insuisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resistensi insulin dapat berkembang skunder terhadap
pembentukan antibody (autoantibodi).
j. Urine: dalam urine positif ditemukan kandungan gula serta
aseton, pada kondisi ini berat jenis dan osmolalitas mungkin
mengalami peningkatan.
25
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
diabetes mellitus menurut (Nanda, 2018).
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
e. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
disfungsi pengaturan endokrin.
6. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan kecukupan aliran darah untuk mempertahankan fungsi
jaringandapat terpenuhu dengan kriteria hasil
Tabel 1.2 Indikator Perfusi jaringan: perifer
Indikator A T A
Pengisian kapiler jari
Pengisian kapiler jari kaki
Suhu kulit ujung kaki tagan
Kekuatan denyut nadi karotis (kanan)
Keterangan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Intervensi: pengecekan kulit
1) Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edma,
dan ulserasi pada ekstremitas
26
BAB III
A. Rancangan KTI
Penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan
studi kasus. Studi kasus adalah suatu karya tulis ilmiah beberapa paparan
hasil penerapan proses Asuhan Keperawatan pada pasien sesuai dengan
teori dan berisi pembahasan atas kesenjangan yang terjadi di lapangan
(purwanto. 2015). Rancangan Karya Tulis ilmiah yang digunakan
menggunakan studi kasus dengan menjelaskan serangaian pendekatan
seperti menguasai hal seperti teori tentang Diabetes mellitus , meliputi
berbagai hal masalah, pengkajian, diagnosa keperawatan, merencanakan
intervensi, melakukan implementasi keperawatan, mengevaluasi tindakan
keperawatan dan didokumentasikan sebagai karya tulis ilmiah
B. Subjek Studi Kasus
Subjek sudi kasus ini adalah Tn.Y dengan gangguan sistem
endokrin: diabetes mellitus di ruang lavender di RSUD R. Goeteng
Purbaligga. Dalam keterbatasan penelitian dan pendekatan yang
digunakan, maka harus memenuhu beberapa ciri dan karakteristik tertentu.
Karakteristik pasien dalam pengambilan kasus sesuai dengan rencana pada
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang digunakan oleh penulis adalah
1. Pasien dengan jenis kelamin perempuan maupun laki-laki
2. 18-60 tahun
3. Pasien yang menderita diabetes mellitus
4. Pasien dan keluarga yang bersedia dikelola penulis
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk percakapan tersusun dengan klien.
Wawancara formal awal meliputi riwayat kesehatan klien dan
32
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah intervensi terhadap tubuh untuk
menentukan status kesehatan. Pemeriksaan fisik melibatkan
penggunaan teknik head to toe dan, inspeksi, auskultasi perkusi
dan palpasi, melakukan pemeriksaan lengkap dengan pengukuran
tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan, keadaan umum pasien.
3. Observasi
Observasi terhadap perilaku pasien sangat vital, observasi
ini berlangsung selama perawat melakukan wawancara terhadap
pasien, observasi terhadap perilaku klien sangat diperlukan untuk
memastikan apakah data yang di berikan pasien sesuai dengan
yang ia katakana.
4. Pemeriksaan diagnostic dan data laboratorium
Hasil pemeriksaan dignostik dan laboratorium dapat
membantu indentifikasi dan memperjelas kelainan atau penemuan
yang didapat pada riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik,
perawat dapat meminta hasil pemeriksaan rutin yang mereka
lakukan. Untuk melakukan respons klien terhadap penyakit dan
informasi tentang efek pengobatan. Perawat dapat
membandingakan data laboratorium dengan hasil normal yang ada
sesuai dengan jenis pemeriksaan, kelompok umur dan jenis
kelamin.
34
Kegia Bulan
tan November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penet √
uan
topik
Pemb √ √ √
uatan
propo
sal
Uji √
propo
sal
Perba √
ikan
propo
sal
Penga √
mbila
37
n
khasu
s
Pemb √
uatan
lapor
an
Kons √
ul
hasil
Uji √
hasil
Sidan √
g KTI
Revis √
i√
4 Gangguan Tidur
o Sukar Masuk Tidur
o Terbangun Malam Hari
o Tidak Nyenyak
o Bangun dengan Lesu
o Banyak Mimpi
o Mimpi - Mimpi Buruk
o Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
o Sukar Konsentrasi
o Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
o Hilangnya Minat
o Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
o Sedih
o Bangun Dini Hari
o Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang
Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
o Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
o Kaku
o Kedutan Otot
o Gigi Gemerutuk
o Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
o Tinitus
o Penglihatan Kabur
o Muka Merah atau Pucat Merasa
Lemah
o Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
o Takhikardia
o Berdebar
o Nyeri di Dada
o Denyut Nadi Mengeras
o Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
o Pingsan
o Detak Jantung Menghilang
(Berhenti
o Sekejap)
10 Gejala Respiratori
o Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
o Perasaan Tercekik
o Sering Menarik Napas
o Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
o Sulit Menelan
o Perut Melilit
o Gangguan Pencernaan
o Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
o Perasaan Terbakar di Perut
o Rasa Penuh atau Kembung
o Mual
o Muntah
o Buang Air Besar Lembek
o Kehilangan Berat Badan
o Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
2 Ketegangan
o merasa tegang
o lesu
o tidak bisa istirahat
tenang,
o mudah terkejut
o mudah menangis
o gemetar
o gelisah
3 Ketakutan:
o terhadap gelap
o takut terhadap orang
asing
o takut bila sendiri
o takut binatang besar
o keramaian lalu
o kerumunan banyak
4 Gangguan tidur
5 Gangguan kecerdasa:
6 Perasaan depresi
o hilangnya minat
o berkurangnya
kesenangan pada hoby
o sedih
o perasaan tidak
menyenangkan
sepanjang hari.
7 Gejala somatic
o nyeri pada otot-otot dan
kaku
o gertakan gigi
o suara tidak stabil
o kedutan otot
8 Gejala sensorik
o Perasaanditusuk-tusuk
o penglihatan kabur
o muka merah
o pucat serta merasa
lemah.
9 Gejala kardiovaskuler:
o Takikardi
o nyeri di dada
o denyut nadi mengeras
o detak jantung hilang
sekejap.
10 Gejala pemapasan
o sulit menelan
o obstipasi
o berat badan menurun
o mual dan muntah
o nyeri lambung sebelum
o sesudah makan
o perasaan panas di perut.
12 Gejala urogenital:
o sering BAK
o tidak dapat menahan air
seni
13. Gejala Otonom
o Mulut Kering
o Muka Merah
o Mudah Berkeringat
o Pusing, Sakit Kepala
oBulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada
Wawancara
o Gelisah
o Tidak Tenang
o Jari Gemetar
o Kerut Kening
o Muka Tegang
o Tonus Otot Meningkat
o Napas Pendek dan Cepat
oMuka Merah
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TINGKAT ANSIETAS SESUDAH
PENERAPAN HIPNOSIS LIMA JARI PADA
2 Ketegangan
o merasa tegang
o lesu
o tidak bisa istirahat
tenang,
o mudah terkejut
o mudah menangis
o gemetar
o gelisah
3 Ketakutan:
o terhadap gelap
o takut terhadap orang
asing
o takut bila sendiri
o takut binatang besar
o keramaian lalu
o kerumunan banyak
4 Gangguan tidur
5 Gangguan kecerdasa:
6 Perasaan depresi
o hilangnya minat
o berkurangnya
kesenangan pada hoby
o sedih
o perasaan tidak
menyenangkan
sepanjang hari.
7 Gejala somatic
o nyeri pada otot-otot dan
kaku
o gertakan gigi
o suara tidak stabil
o kedutan otot
8 Gejala sensorik
o Perasaanditusuk-tusuk
o penglihatan kabur
o muka merah
o pucat serta merasa
lemah.
9 Gejala kardiovaskuler:
o Takikardi
o nyeri di dada
o denyut nadi mengeras
o detak jantung hilang
sekejap.
10 Gejala pemapasan
o sulit menelan
o obstipasi
o berat badan menurun
o mual dan muntah
o nyeri lambung sebelum
o sesudah makan
o perasaan panas di perut.
12 Gejala urogenital:
o sering BAK
o tidak dapat menahan air
seni
13. Gejala Otonom
o Mulut Kering
o Muka Merah
o Mudah Berkeringat
o Pusing, Sakit Kepala
oBulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada
Wawancara
o Gelisah
o Tidak Tenang
o Jari Gemetar
o Kerut Kening
o Muka Tegang
o Tonus Otot Meningkat
o Napas Pendek dan Cepat
oMuka Merah
PEDOMAN WAWANCARA
a. Keluhan utama
Keluhan utama dari DM biasanya meliputi:
1) Apakah biasanyaLuka sukar sembuh?
2) Apakah intensitas BAK di malam hari tinggi?
3) Apakah berat badan berkurang?
4) Apakah saat haus meski cukup cairan?
5) Apakah merasa lelah meski cukup istirahat?
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pernah sakit yang di rawat di rumah sakit sebelumnya?
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Apakah ada penyakit yang diturunkan keluarga?
1. Gordon
Pada tahap ini perawat akan mencari tanda dan gejala pada tubuh pasien
a. Pola aktivitas
1) Gejala: lemah, letih, sulit bergerak, hingga sulit berjalan serta terjasi kram
otot, tonus menurun.
2) Tanda: apakah takikardia dan takipnea ketika beraktivitas,
leteragi/dissorientasi: penurunan kekuatan otot.?
b. Pola istirahat
1) Gejala: adakah gangguan tidur/istirahat?
2) Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahar
c. Pola sirkulasi
1) Gejala: adanya riwayat hipertensi. MCI, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki, dan penyembuhan luka atau penyakit yang lama
2) Tanda: takikardia, hipertensi, nadi yang menurun, kulit terasa panas, kering
dan kemerahan, bola mata cekung
d. Pola eliminasi
1) Gejala: perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK, baru/ berulang, nyeri saat abdomen
ditekan/ diare
2) Tanda: urine encer, pucat, kuning, polyuria (dapat berkembang menjari
oliguria/anuria jika terjadi hypovolemia berat): urine berkabut dan berbau
busuk (terjadi infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif/ diare.
e. Pola asupan nutrisi dan cairan
1) Gejala: nafsu makan hilang, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan dari periode beberapa
hari/ minggu, haus berlebihan, penggunaan deuretik.
2) Tanda: kulit kering/bersisik, tugor terlihat jelek, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningatan gula darah)
kekakuan/ distensi abdomen, muntah, bau halitosis, bau buah (nafas aseton).
f. Pernafasan
1) Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum. Bisa karena
adanya infeksi atau tidak.
2) Tanda: lapat udara, ataun kekurangan udara, batuk dengan/ tanpa sputum
purulent (infeksi): frekuensi pernafasan tidak teratur.