Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan

Gangguan Sistem Respirasi Pada Anak dengan Asfiksia

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh :

ALHAMIDA SALNAF ITUGA


14420202064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INONSIA
MAKASSAR
2021
ASFIKSIA

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir (JNPK-KR, 2017).

Asfiksia neonatorum merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan yang berupa


kegagalan bernafas secara spontan segera setelah lahir dan sangat berarti dan sangat
berisiko untuk terjadinya kematian dimana keadaan janin tidak spontan bernafas dan
teratur sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan berlanjut.

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segara
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami
asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali
pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).

Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Legawati, 2019).

2. Etiologi

Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan
O2 dan ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir :

a. Faktor ibu

1) Hipoksi ibu, oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi
selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon
monoksida, tekanan darah ibu yang rendah
2) Penyakit pembuluh darah yang mengganggu aliran darah uterus, kompresi vena
kava dan aorta saat hamil, gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak akibat
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklampsia.

3) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Gravida empat atau lebih.

b. Faktor plasenta

1) Plasenta tipis

2) Plasenta kecil

3) Plasenta tak menempel

4) Solusio plasenta

5) Perdarahan plasenta

c. Faktor janin/neonates

1) Kompresi umbilikus

2) Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat

3) Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

4) Premature

5) Gemeli

6) Kelainan congenital

7) Pemakaian obat anastesi

8) Trauma yang terjadi akibat persalinan

d. Faktor persalinan

1) Partus lama

2) Partus tindakan

(Legawati, 2019).

3. Patofisiologi

Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat
antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh
serangkaian kejadian yang dapat dipekirakan ketika asfiksia bertambah berat.
a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir atau
bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh
henti nafas komplit yang disebut apnea primer.

b. Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena
dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini
hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudia jika paru tidak mengembang,
secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya
bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang
tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi.

c. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di bawah 100
kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat bayi bernafas
setengah-tengah tetapi bersama dengan menurun dan hentinya nafas setengah-tengah
bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin memburuk,
metabolisme selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam
waktu cukup lama.

d. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan


ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walaupun demikian, tekanan darah yang
terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea
terminal.

e. Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan
apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya bradikardi
berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal (Legawati, 2019).
4. Pathway
5. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala klinik pada asfiksia yaitu :
a. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
b. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
c. Kulit sianosis
d. Pucat
e. Tonus otot menurun
f. Tidak ada respon terhadap refleks rangsangan
(Sembiring, 2019).
6. Komplikasi
a. Edema otak
b. Perdarahan otak
c. Anuria atau oiguria
d. Hiperbilirubinemia
e. Enterokoits netrotikans
f. Kejang
g. Koma
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos dada
b. USG kepala
c. Laboratorium : darah rutin (Hemoglobin/hematokrit (HB/Ht) : kadar Hb 15-20 gr
dan Ht 43% - 61%), analisa gas darah dan serum elektrolit
d. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
e. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membrane sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
(Sembiring, 2019).
8. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonaturum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
a. Memastikan saluran nafas terbuka :
i. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
ii. Menghisap mulut kemudia hidung kalau perlu trachea
iii. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
b. Memulai pernapasan :
i. Lakukan rangsangan taktil beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kaki, lakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tingkai dan kepala bayi.
ii. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan.

B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan


1. Pengertian
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam
undang-undang keperawatan.
2. Isi dan Prinsip-prinsip legal dan Etis adalah :
a. Autonomi (Otonomi)
Prinsip Otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
b. Beneficience (Berbuat baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik, kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain.
c. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
d. Nonmal eficience (Tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
e. Veracity (kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidelity (Mentepati janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitemennya
terhadap orang lain. perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seseorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Informed Consent
“informed consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah
mendapat penjelasan atau keterangan (informasi). Dan “consent” yang berarti
persetujuan atau memberi izin.
3. Masalah legal dalam keperawatan
a. Kelalaian
b. Pencurian
c. Fitnah
d. False imprisonment
e. Penyerangan dan pemukulan
f. Pelanggaran privasi
g. Penganiayaan

C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian bayi risiko tinggi : Asfiksia menurut Wong, 2008 meliputi :
a. Biodata :
nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa dan identitas
orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa
asfiksia neonatorum.
b. Keluhan utama :
pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan :
bagaimana proses persalinan apakah spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi
bayi
d. Kebutuhan dasar :
pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna, selain itu bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumoni. Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan BAB
karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri :
perawat dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK.
Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi sesak napas.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik,
adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala terangguk-
angguk, meringis, alis berkerut.
2) Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cuping
hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi
dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi napas :
stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan
bunyi napas.
3) Nilai Apgar
Nilai Apgar
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi Ekstrimitas Fleksi kuat gerak
(lemah) aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar) (Sembiring, 2019).
f. Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat
pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1) darah rutin.
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%)
biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam
darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10
gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi preterm dengan
post asfiksia cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
2) Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal
7,36- 7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2
(normal 35- 45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik
sering terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada
bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. HCO3
(normal 24-28 mEq/L).
3) Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal
134- 150 mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium (normal 8,1-
10,4 mEq/L)
4) Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas
c. Termoregulasi Tidak efektif
d. Resiko Syok
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawtan Intervensi Keperawatan
1 Pola Nafas Tidak Efektif Manajemen Jalan Napas
Definisi : Observasi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
yang tidak memberikan 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi,
ventilasi adekuat wheezing, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi :
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmeul, cheyne-stroke, Biot, ataksik)
3. Monitor nilai AGD
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2 Gangguan Pertukaran Gas Terapi Oksigen
Definisi : Observasi :
Kelebihan atau kekurangan 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
oksigenasi dan/atau 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
eliminasi karbondioksida 3. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
pada membrane alveolus- Terapeutik :
kapiler 1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika
perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Edukasi :
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
3 Termoregulasi Tidak efektif Regulasi Temperatur
Definisi : Observasi :
Berisiko mengalami 1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5ºC – 37,5ºC)
kegagalan mempertahankan 2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
suhu tubuh dalam rentang 3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
normal
Terapeutik :
1. Pasang alat pembantu suhu kontinu, jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
Edukasi :
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat
stroke
2. Jelaskan cara pencegahan hiportermi karena terpapar
udara dingin
3. Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
4 Resiko Syok Pencegahan Syok
Definisi : Observasi :
Berisiko mengalami 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
ketidakcukupan aliran darah kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
ke jaringan tubuh, yang 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
dapat mengakibatkan 3. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
disfungsi seluler yang
Terapeutik :
mengancam jiwa.
1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab atau faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian tranfusi darah , jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

4. Implementasi/Pelaksanaan Keperawatan
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
telahditetapkan.
5. Evaluasi
Tahap ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Legawati. (2019). Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. https://books.google.co.id/books?


id=BTGIDwAAQBAJ&newbks=1&newbks_redir=0&lpg=PA141&dq=asfiksia
adalah&hl=id&pg=PP1#v=onepage&q=asfiksia adalah&f=true
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah (Herlambang). Cv
Budi Utama. https://books.google.co.id/books?
id=ZAyfDwAAQBAJ&lpg=PA173&dq=penyebab
asfiksia&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q=penyebab asfiksia&f=false

Anda mungkin juga menyukai