Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA HEMIPARASE SINISTRA


DI RUANG AT-TIN RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
Dosen Pengampu : Saifudin Zukhri, S.Kep.M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Juliati Intan Sari
NIM : 2002018
Prodi : D-III Keperawatan 3A

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FALKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA HEMIPARASE


SINISTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :
Jam :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Saifudin Zukhri, S.Kep.M.Kep) (Wawan Aji Setiawan, S.Kep., Ns)

Mahasiswa

(Juliati Intan Sari)


LAPORAN PENDAHULUAN
HEMIPARASE SINISTRA
1. Pengertian
Stroke merupakan penyakit gangguan peredaran darah yang timbul mendadak
terjadi akibat terhambatnya atau berkurangnya suplai darah ke otak sehingga
membuat sel-sel otak mati. Penyakit stroke terbagi menjadi dua yaitu stroke non
hemoragik yang berarti tersumbatnya pembuluh darah yang menuju otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. Ada dua penyebab terjadinya stroke non hemoragik, yang
pertama adanya gumpalan darah yang terbentuk di pembuluh darah otak dan
kemungkinan yang ke dua adanya gumpalan darah yang terbentuk di bagian tubuh
lain namun terbawa sampai ke otak. Jenis stroke yang kedua yaitu stroke hemoragik
yaitu stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah diotak. Salah satu jenis dari
stroke non hemorogik adalah hemiparise.
Hemiparese adalah kondisi kelemahan otot pada salah satu sisi tubuh sehingga
sulit digerakkan. Hemiparase merupakan dampak dari penyakit stroke non hemorogik
biasanya terjadi secara mendadak. Hemiparese bisa terjadi di sebelah tubuh bagian
kanan atau dekstra dan tubuh di bagian kiri atau sinistra. Bagian atau sisi tubuh yang
yang terkena hemiparese biasanya berlawanan dengan sisi otak yang mengalami
kerusakan. Misalnya otak kanan mengalami kerusakan akibat sumbatan pembuluh
darah dan terjadi stroke maka sisi tubuh sebelah kiri yang mengalami kelemahan.
Hemiparese sinistra adalah apabila terjadi kerusakan pada sisi sebelah kanan
otak sehingga mengakibatkan kelemahan dibagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan di
sebelah kiri biasanya kehilangan memori visual serta pasien hanya memperhatikan
hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihat.
2. Etiologi
Hemiparese Sinistra masuk ke dalam stroke non hemoragik yang disebabkan
karena terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak bagian kanan sehingga terjadi
kelemahan otot di sisi tubuh kiri. Penyebab dari tersumbatnya pembuluh darah di otak
atau pembuluh darah yang lain yaitu :
a. Trombosis
Trombosis merupakan pembentukan bekuan darah atau proses terbentuknya
trombus dalam sistem vaskuler yaitu pembuluh darah atau jantung selama
manusia masih hidup yang menyebabkan penggumpalan darah. Trombosis
menyebabkan iskemia pada jaringan otak yang dapat menimbulkan edema
disekitarnya.
b. Embolisme Serebral
Embolisme serebral merupakan tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan
darah, lemak dan udarayang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain. Emboli berasal
dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
c. Hipoperfusion sistemik
Hipoperfusion sistemik merupakan berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh yang diakibatkan karena adanya gangguan denyut jantung.
d. Arteritis
Arteritis adalah peradangan yang terjadi pada arteri
Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya stroke yang
mengakibatkan hemiparese sinistra, diantaranya :
a. Faktor yang dapat dirubah/ reversible
 Kolesterol tinggi
 Tekanan darah tinggi
 Penyakit jantung
 Diabetes mellitus
 Stress emosional
 Perokok
 Peningkatan sel darah merah
 Obesitas
b. Faktor yang tidak dapat dirubah/ non reversible
 Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke atau keturunan
 Jenis kelamin pria lebih sering ditemukan menderita stroke disbanding Wanita
 Usia lebih dari 65 keatas
 Pernah menderita stroke sebelumnya
c. Kebiasaan hidup
 Aktivitas yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak sehat, jarang
berolahraga.
 Mengkonsumsi obat-obatan terlarang
 Merokok
 Peminum alkohol
3. Tanda dan Gejala
a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
b. Nyeri kepala hebat
c. Vertigo
d. Tiba -tiba hilang rasa peka
e. Gangguan saat berbicara, mulut mencong dan tidak simetris
f. Gangguan penglihatan
g. Gangguan daya ingat
h. Gangguan fungsi otak
i. Kesadaran menurun
j. Bicara cadel
k. Proses kencing terganggu
4. Patofisiologi
Patofisiologi utama stroke adalah penyakit jantung atau pembuluh darah.
Manifestasi sekunder di otak adalah hasil dari satu atau lebih dari penyakit yang
mendasari atau faktor resiko. Patologi utama termasuk hipertensi, aterosklerosis yang
mengarah ke penyakit arteri koroner, dislipidemia, penyakit jantung, dan
hiperlipemia.
Otak membutuhkan banyak oksigen yang diperoleh dari darah. Otak sangat
bergantung pada keadaan aliran darah setiap saat karena diotak sendiri tidak ada
cadangan oksigen. Kelainan akibat dari gangguan peredaran darah yang menyebabkan
stroke non hemoragik sehingga terjadi hemiparese yaitu terjadi infark iskhemia yang
sangat erat dengan aterosklerosis. Saat terjadi aterosklerosis dapat menimbulkan
penyempitan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus dan terbentuknya
thrombus kemudian terlepas sebagai emboli. Dinding pembuluh darah menjadi tipis
dan mudah robek karena terjadi aneurisma. Terjadinya arteriosklerosis akibat dari
menimbunan lemak atau kolesterol yang mengikat dalam darah, bisa juga terjadi
karena stress, pola hidup tidak sehat atau memiliki riwayat keturunan dari keluarga.
Tersumbatnya pembuluh darah memyebabkan aliran darah tidak lancar dan terhenti
sehingga mengakibatkan stroke non hemoragik dan terjadi hemiparese atau
kelemahan otot.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Diagnostik
 Scan kepala, pemeriksaan yang menunjukkan secara spesifik posisi hematoma,
letak edema, menentukan posisi adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia.
 EEG, digunakan untuk melihat dampak dan masalah yang timbul dari jaringan
yang infark sehingga menurunkan impuls listrik dalam jaringan otak.
 Angiografi serebral, pemeriksaan yang membantu menemukan penyebab dari
stroke secara spesifikseperti perdarahan atriovena , aneurisma.
 MRI, menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
luasnya terjadinya perdarahan di otak.
 X-Ray tengkorak
b. Laboratorium
 Hitung darah lengkap
 Kimia klinik
 Urinalisis
 Masa protombin
6. Penatalaksanaan
a. Konservatif
 Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
 Mencegah peningkatan TIK
 Memberikan obat-obatan:
1) Antihipertensi
2) Antikoagulan
3) Deuritika
4) Vasodilator perifer
5) Diazepam bila kejang
6) Manitol, berfungsi mengurangi edema otak
b. Operatif
Memantau penurunan TIK,apabila uapaya penurunan tidak berhasil maka
perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intracranial yang
menetap akan membahayakan.
c. Pada fase pemulihan/ sub akut
Melakukan berbagai terapi untuk pemulihan seperti terapi wicara, terapi
fisik dengan ROM, stoking anti embolisme.
7. Komplikasi
Komplikasi pada pasien stroke dapat menyebabkan terjadi masalah fisik dan
emosional diantaranya:
a. Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme paru yaitu
sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit. Bila memar ini tidak pengaruh dirawat dengan baik maka akan terjadi
ulkus dekubitus dan infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan
pneumoni.
d. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
e. Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi emosional
dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan kehilangan fungsi
tubuh.
Selain itu komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit stroke yang
mengalami hemiparase sinistra yaitu
a. Aspirasi
Hal ini disebabkan karena kerusakan safar pada otot-otot yang berfungsi untuk
menelan. Akibatnya makanan dan minuman yang dikomsumsi berisiko masuk ke
saluran pernafasan.
b. Paralitic ileus
Gangguan pergerakan usus akibat kelumpuhan otot usus. Terganggunya
pergerakan usus membuat makanan tidak dapat dicerna, sehingga terjadi
penyumbatan diusus yang mengakibatkan sembelit, begah, mual, dan muntah.
c. Peningkatan TIK
Peningkatan TIK sering terjadi pada pasien stroke yang menyebabkan
peningkatan jumlah cairan disekitar kepala, seperti cairan (CSF) yang
menyelimuti otak, atau peningkatan darah di otak.
d. Hydrocephalus
Hal ini disebabkan karena penumpukan cairan di dalam rongga otak.
e. Atrial fibrilasi
Atrial fibrilasi dapat memicu pembentukan bekuan darah (thrombus) di dalam
telinga jantung (atrial appendage) yang dapat lepas ke otak dan menyebabkan
organ tersebut kekurangan oksigen.
8. Pathway

Faktor pencetus Penimbunan lemak, Lemak yang sudah


kolestrol yang nekrotik dan
mengikat dalam bergenerasi
darah

Aliran darah terhambat, eritrosit Mengandung


bergumpal, endotel rusak kolestrol dengan
infliltrasi
limfosit/trombus

Cairan plama hilang, terjadi


edema cerebral
Penyempitan
pembuluh darah
atau oklusi vaskuler
Peningkatan TIK di arteri
cerebri media Disfungsi N.XI
(assesoris)

Resiko perfusi serebral tidak


efektif Penurunan fungsi
motorik dan
muskuluskleletal

Ketidakmampuan
melakukan aktivitas mandiri

Kelemahan pada anggota gerak

Kesulitan dalam menjaga


kebersihan diri
Hemiparase kanan/kiri

Defisit perawatan diri


Gangguan mobilisasi fisik
9. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien hemiparese yang faktual, lengkap dan akurat akan
memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang
diberikan. Perawat juga harus melihat kondisi klien ketika akan melakukan
pengkajian. Komponen dari pengkajian antara lain :
1) Identitas
a. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab meliputi identitas penanggung jawab ini
sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama
perawatan,data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat traumakepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
e. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran klien dan keluarga.
f. Pola – pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayatperokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
 Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
 Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
 Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot.
 Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
 Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
 Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburanpandangan perabaan/sentuhan menurun pada
muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi
penurunan memori dan proses berpikir.
 Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
 Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
3) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan
klien untuk pemeriksaan. Suara bicara kadang mengalami gangguan
yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
 Kesadaran : status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu
kualitatif dan kuantitatif.
 TTV : pada pasien stroke biasanya memiliki tekanan darah yang tinggi.
 Pernafasan meliputi :
a) Sumbatan jalan napas karena penumpukan sputum dan kehilangan
reflek batuk.
b) Auskultasi suara napas mungkin ada tanda stridor
c) Catat jumlah dan irama nafas
 Sirkulasi, deteksi adanya tanda tanda TIK, yaitu peningkatan tekanan
darah, disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
 Persyarafan dan otak, kaji adanya sakit kepala hebat
 Perkemihan, tanda tanda inkontenensia urin
 Pencernaan, biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic
usus.
 Tulang dan integument, kaji adanya kelumpuhan dan kelemahan, tanda
tanda decubitus.
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
 Kepala : Bentuk kepala,ada tidaknya lesi atau benjolan, pertumbuhan
rambut, dan ada atau tidaknya nyeri tekan (pembengkakan)
 Mata : Kebersihan mata, bentuk simetris atau tidak,Konjungtiva
anemis/tidak, fungsi penglihatan
 Hidung : Kesimetrisan, adanya polip atau tidak, fungsi penciuman, ada
tidaknya lesi
 Mulut : Fungsi Pengecapan, Mukosa bibir, Kebersihan gigi dan mulut
ada lesi atau tidak
 Telinga : Ada tidaknya serumen atau lesi, fungsi pendengaran
 Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid
 Thorak
a) Paru-paru
 Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi
napas cepat (tachipnea), irama, kedalamannya pernapasan
cuping hidung.
 Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan
kanan.
 Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi).
 Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan
yang lebih padat atau konsolidasi paru-paru seperti pneumonia
b) Jantung
 Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis tampak
atau tidak.
 Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa (pembengkakan)
dan ada atau tidaknya nyeri tekan.
 Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi jaringan
yang padat seperti pada daerah jantung).
 Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara jantung II
(terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam rentang normal.
 Abdomen
 Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau
tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch mark.
 Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/ menit).
 Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan hepar.
 Punggung : Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada/terdapat
luka pada punggung.
 Genetalia : Terpasang kateter atau tidak.
 Integument : Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.
 Ekstremitas
a. Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak pada
ekstremitas atas.
b. Bawah : ada atau tidaknya gangguna terhadap ekstremitas bawah
seperti : kelemahan.
c. Kekuatan otot :

3 3
3 3

Keterangan :
 0 : Otot tidak dapat digerakkan
 1 : Jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini
berarti otot masih belum atrofi atau belum layu
 2 : Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah
misalnya telapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi
jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak
 3 : Dapat menggerakan otot dengan tahanan minimal misalnya
dapat menggerakkan telapak tangan dan jari
 4 : Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan
 5 : Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal
 Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang diantaranya:
pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam kardiografi, dan lainlain.
 Therapy Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi
pemberian dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain.
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan
1) Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d infrak pada jaringan otak
2) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
3) Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler
c. Rencana Keperawatan dan Rasionalisasi
No Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Risiko perfusi Setelah Manajemen Untuk
serebral tidak dilakukan peningkatan tekanan memanajemen
efektif b.d tindakan asuhan intrakranial peningkatan
infrak pada keperawatan  Observasi tekanan
jaringan otak selama 3x24 jam - Identifikasi intrakranial
diharapkan penyebab
perfusi serebral peningkatan
meningkat TIK (mis,
dengan kriteria gangguan
hasil : metabolisme,
- Tingkat edema
kesadaran serebral)
meningkat - Monitor
(5) tanda/gejala
- Kognitif peningkatan
meningkat TIK (mis,
(5) tekanan
- Tekanan darah
intrakranial meningkat,
menurun (5) tekanan nadi
- Sakit kepala melebar,
menurun (5) bradikardi,
- Gelisah pola napas
menurun (5) ireguler,
- Tekanan kesadaran
darah menurun)
sistolik dan - Monitor
diastolic MAP (Mean
membaik (5) Arterial
- Refleks saraf Pressure)
membaik (5) - Monitor
status
pernapasan
 Terapeutik
- Minimalkan
stimulasi
dengan
menyediakan
lingkungan
yang tenang
- berikan
posisi semi
fowler
- pertahankan
suhu tubuh
normal
 Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
sedasi dan
anti
konvulsan,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
diuretik
osmosis, jika
perlu
2. Gangguan Setelah Dukungan mobilisasi Untuk
mobilitas fisik dilakukan  Observasi mengembalika
b.d gangguan Tindakan - Identifikasi n aktivitas
neuromuskular asuhan adanya nyeri tertentu
keperawatan atau keluhan sehingga
selama 3x24 jam fisik lainnya pasien dapat
diharapkan - Identifikasi kembali
mobilitas fisik toleransi fisik normal dan
meningkat melakukan dapat
dengan kriteria pergerakan memenuhi
hasil : - monitor kebutuhan
- Pergerakan frekuensi gerak sehari-
ekstremitas jantung dan hari
meningkat tekanan
(5) darah
- Kekuatan sebelum
otot memulai
meningkat mobilisasi
(5) - monitor
- Gerakan kondisi
terbatas umum
menurun (5) selama
- Kelemahan melakukan
fisik mobilisasi
menurun (5)  Terapeutik
- Fasilitasi
aktivitas
mobilisasi
dengan alat
bantu (mis,
pagar tempat
tidur)
- Fasilitasi
melakukan
pergerakan,
jika perlu
- Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatka
n pergerakan
 Edukasi
- Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
- Anjurkan
mobilisasi
dini
- Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(mis, duduk
ditempat
tidur, duduk
disisi tempat
tidur, pindah
dari tempat
tidur ke kursi
roda)
3. Defisit Setelah Dukungan perawatan Untuk
perawatan diri dilakukan diri meningkatkan
b.d gangguan Tindakan  Observasi perawatan diri
neuromuskuler asuhan - Monitor dan menjaga
keperawatan tingkat kebersihan
selama 3x24 jam kemandiria pasien
diharapkan - Identifikasi
perawatan diri kebutuhan
meningkat alat bantu
dengan kriteria kebersihan
hasil : diri,
- Kemampuan berpakaian,
mandi berhias, dan
meningkat makan
(5)  Terapeutik
- Kemampuan - Siapkan
mengenakan lingkungan
baju yang
meningkat terapeutik
(5) (mis,
- Kemampuan suasanan
ke toilet hangat,
(BAB/BAK) rileks,
meningkat privasi)
(5) - Siapkan
- Verbalisasi keperluan
keinginan pribadi (mis,
melakukan parfum, sikat
perawatan gigi, dan
diri sabun mandi)
meningkat - Fasilitasi
(5) kemandirian,
bantu jika
tidak mampu
melakukan
perawatan
diri
 Edukasi
- Anjurkan
melakukan
perawatan
diri secara
konsisten
sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, F.,Rita, H.,dkk. (2019). Penatalaksanaan Stroke Di Rumah. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Semarang. ISBN : 9 786237 222408. (di akses online 3
september 2021,
http://eprints.undip.ac.id/80790/1/Buku_panduan_penatalaksanaan_strok e.pdf )
Nanda.2015-2017.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA
NIC NIC Jilid 3.Yogyakarta:Mediaction
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat.
Pudiastuti, R. D. (2017). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion (ROM) Pasif.
Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 354-363.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985

Anda mungkin juga menyukai