Anda di halaman 1dari 18

Nama : Vera Viana

Nim : AK118196

Kelas : SGD J (S1 Keperawatan)

Mata Kuliah : KMB III

Resume : Stroke Hemoragik

STROKE HEMORAGIK

1. Definisi
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak.
Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri dalam
otak yang memicu perdarahan di sekitar organ tersebut sehingga aliran darah
pada sebagian otak berkurang atau terputus.
Stroke hemoragic adalah perdarahan serebral dan mungkin
perdarahan subaracinoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak, umumnya terjadi pada saat aktivitas kesadaran menurun dan penyebab
yang banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol ( Arif Mutagin,
2008 )
Stroke hemoragic adalah disfungsi Neorologi focal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembulu arteri,
vena, dan kapiler ( Djoenaidin widjaja)
2. Etiologi
Ada beberapa fakor resiko yang menyebabkan stroke hemoragic adalah
sebagai berikut :
A. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversibel)
 Jenis kelamin: Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dari pada
wanita
 Usia: Stroke
 Keturunan: Efek samping yang dapat dirubah
B. Faktor yang dapat dirubah (Reversibel)
 Hipertensi
 Penyakit jantung
 Kolesterol tinggi
 Obesitas
 Diabetes Melitus
 Polisetemia
 Stres Emosional
C. Kebiasaan Hidup
 Merokok
 Peminum Alkohol
 Obat terlarang
 Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan berkolesterol.

3. Manifestasi Klinis
 Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
 Tiba-tiba hilang rasa peka
 Nyeri kepala hebat
 Kesadaran meningkat
 Gangguan bicara dan bahasa
 Gangguan penglihatan
 Proses kencing terganggu
 Gangguan fungsi otak
 Tonus otot lemah atau kaku.
 Gangguan persepsi
 Gangguan status mental

4. Patofisiologi
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Peningkatan trans iskemik attack (TIA) yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah pituitary glad, talamus,
sub kartikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertesi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid

5. Penatalaksanaan
a. Mencegah kekakuan otot dan sendi
b. Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso
c. Mengontrol faktor risiko stroke
d. Mengelola stress dengan baik
e. Mengetahui tanda dan gejala stroke
f. Posisi kepala dan badan atas 200 – 300, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika terjadi
g. Pemberian cairan IV berupa kristaloid atau kroid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik.
h. Berikan obat anti hipertensi
i. Terapi neuroprotektor
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi serebri
Membantu menentukkan penyebab stroke secara spesifik seperti
pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
c. CT Scan
Untuk memperlihatkan adanya edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
d. EEG
Untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
e. Magnetic Imaging Resnance (MRI)
Menunjukan daerah yang mengalami infark hemologi Malformasi Arteri
Vena (MAV).
f. USG Doppler
Untuk mencegah adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)

7. Komplikasi
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah

adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen

yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan

mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit pada tingkat dapat

diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.


b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung,

dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan

intravena) harus menjamin penurunan vesikositas darah dan

memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem

perlu perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah

serebral dan potensi meluasnya area cedera.

c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi

atrium atau dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan

aliran darah keotak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.

d. Kejang

e. Gangguan dalam berpikir dan mengingat.

f. Masalah pada jantung.

g. Kesulitan dalam menelan, makan, atau minum.

8. Pencegahan
Risiko terkena stroke hemoragik bisa dicegah dengan cara

menghindari faktor-faktor yang dapat memicunya. Misalnya apabila Anda

memiliki penyakit darah tinggi atau hipertensi, maka tangani dengan

menggunakan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dan menjalani gaya

hidup sehat yang dianjurkan. Misalnya, mengonsumsi makanan sehat dan

rutin berolahraga. Lakukan pemeriksaan secara berkala untuk memastikan

tekanan darah tetap normal.


Selain itu, karena stroke hemoragik juga bisa disebabkan oleh cedera

di kepala, maka berhati-hatilah saat melakukan berbagai aktivitas, baik di

dalam maupun di luar rumah. Misalnya ketika Anda mengendarai sepeda

motor, selalu gunakan helm dengan standar yang dianjurkan (SNI) dan selalu

taati peraturan berlalu lintas. Begitu pula jika Anda mengendarai mobil, selalu

gunakan sabuk pengaman dan berhati-hati dalam berkendara.

Terkait dengan risiko stroke hemoragik bagi pengguna obat warfarin,

selalu taati aturan dan dosis yang telah ditetapkan oleh dokter.

Faktor-faktor pencegahan stroke saling berkaitan satu sama lain dan

saling mendukung mencegah stroke berulang (Sustrani).

1. Kendalikan tekanan darah Hipertensi merupakan faktor tunggal yang

paling penting dalam hal resiko stroke. Mempertahankan tekanan darah

dibawah 140/90 mmHg dapat mengurangu resiko stroke hingga 75-85

persen. Pada pasien stroke disarankan untuk memeriksakan tekanan darah

maksimal satu bulan sekali.

2. Kendalikan diabetes Diabetes mellitus meningkatkan resiko stroke hingga

300 persen. Orang dengan tingkat gula darah yang tinggi, seringkali

mengalami stroke yang lebih parah dan meninggalkan cacat yang

menetap. Pengendalian diabetes adalah faktor penting untuk mengurangi

faktor stroke.

3. Miliki jantung sehat Penyakit jantung, secara signifikan meningkatkan

resiko stroke. Bahkan, stroke kadangkala disebut sebagai serangan otak

karena adanya persamaan biologis antara serangan jantung dan stroke.


Kurangilah faktor resiko penyakit stroke seperti tekanan darah tinggi,

merokok, kolesterol tinggi, kurang olahraga, kadar gula darah tinggi, dan

berat badan berlebih.

4. Kendalikan kadar kolesterol Kadar kolesterol tinggi berperan dalam

mengembangkan aterosklerosis karotid, yaitu bahan lemak tertimbun di

dalam pembuluh karotid, yaitu pembuluh darah yang memasok darah ke

otak. Penyempitan pembuluhpembuluh inilah yang dapat meningkatkan

resiko stroke. Menurut analisa dari 16 penelitian di Brigham and

Women’s Hospital di Boston, bila kadar kolesterol diturunkan hingga 25

persen maka dapat mengurangi resiko stroke sampai 29 persen.

5. Berhenti merokok Perokok memiliki resiko 60 persen lebih tinggi

dibandingkan dengan yang tidak merokok. Merokok dapat meningkatkan

resiko tekanan darah tinggi dan cenderung untuk membentuk gumpalan

darah, dua faktor yang berkaitan erat dengan stroke. Berbagai resiko

stroke yang terkait dengan merokok dapat ditiadakan dalam dua hingga

tiga tahun setelah berhenti merokok.

9. Asuhan Keperawatan

KASUS

Tn. X, 56 tahun di bawa ke RS karena mengalami penurunan kesadaran

setelah jatuh di kamar mandi. Hari ini adalah hari ke3 klien dirawat di ruang

rawat inap. Hasil pengkajian hari ini klien bisa membuka mata dengan

stimulus nyeri, klien tidak bisa berkomunikasi hanya rintihan saja, klien
menekuk dan memutar bahu saat diberikan ransang nyeri . Tanda-tanda vital

adalah TD 160/100 mmHg, Nadi 88x/menit, frekuensi pernafasan 24x/menit

terpasang oksigen melalui nasal canule 2 L/menit dengan suara nafas ngorok.

Pupil anisokor, reflek kornea -/-. Pasien terpasang NGT . klien mendapatkan

intervensi bilas lambung krena terjadi stress ulcer. Klien mengalami

hemiplegi pada ekstremitas kanannya. Reflek patella -/+, reflek biceps dan

triceps -/+. Ketika dikaji kekuatan otot , ekstremitas kanan tidak mampu

menahan grafitasi. Hasil laboratorium : Hb 11 mg/dl, Na+ 130 mEq/L, K+ 7

mEq/L, GDS 140 mg/dl. Hasil CT Scan terdapat pecah pembuluh darah.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.X USIA 56 TAHUN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN (STROKE HEMORAGIK)

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn.X
Umur : 56 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Stroke hemoragik
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dibawa ke RS dengan keluhan terjatuh dari kamar mandi
sehingga mengalami penurunan kesadaran. Klien bisa membuka mata
dengan stimulus nyeri, klien tidak bisa berkomunikasi hanya rintihan
saja, klien menekuk dan memutar bahu saat diberikan ransang nyeri
3. Riwayat Kesehatan dahulu -

4. Riwayat Kesehatan Keluarga -


5. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Fisik (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
1) Keadaan Umum ( kaji keadaan umum klien, TTV, BB dan TB)
 TD: 160/100 mmHg
 Nadi: 88x/menit
 R: 24x/menit
2) Sistem Pernafasan
Saat di inspeksi klien terpasang oksigen melalui nasal canule 2
L/menit dengan suara nafas ngorok
3) Sistem Kardiovaskular -
4) Sistem Pencernaan -
5) Sistem Persyarafan
Saat diinspeksi klien bisa membuka mata dengan stimulus nyeri,
klien tidak bisa berkomunikasi hanya rintihan saja, klien menekuk
dan memutar bahu saat diberikan ransang nyeri
6) Sistem Endokrin -
7) Sistem Perkemihan -
8) Sistem Reproduksi -
9) Sistem Muskuloskeletal
 Hemiplegi pada ekstremitas kanan
 Reflek patella -/+, reflek biceps dan triceps
 Ekstremitas kanan tidak mampu menahan grafitasi
 Klien menekuk dan memutar bahu saat diberikan ransang
nyeri
10) Sistem Integumen -
6. Pola Aktivitas Sehari-hari (Aktivitas yang perlu dikaji adalah di rumah
dan di rumah sakit) -
7. Aspek Psikososial -
8. Data Spiritual -
9. Data Penunjang
 Hb 11 mg/dl
 Na+ 130 mEq/L
 K+ 7 mEq/L
 GDS 140 mg/dl
 CT Scan terdapat pecah pembuluh darah.
10. Therapi
Klien mendapatkan intervensi bilas lambung
B. ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Arterioklerosis Hambatan mobilitas
Klien mengalami fisik
hemiplegi pada
ekstremitas kanannya
DO: Stroke non hemoragik
Saat dikaji :
 Reflek patella -/+
 reflek biceps dan Proses metabolism dalam
triceps -/+. otak terganggu
 Ketika dikaji
kekuatan otot
 Ekstremitas kanan Penurunan suplai oksigen

tidak mampu ke otak

menahan grafitasi.

Arteri cerebri media

disfungsi N.XI (assesoris)

penurunan fungsi motoric


dan musculoskeletal
kelemahan pada
satu/keempat anggota gerak

Hemiparase/piegi
kanan&kiri

Hambatan mobilitas fisik

2 DS : Arterioklerosis Kerusakan
Klien merintih ketika Komunikasi Verbal
menekuk dan memutar
bahu
Stroke non hemoragik
DO:
Klien tampak tidak bisa
berkomunikasi Proses metabolism dalam
otak terganggu

Penurunan suplai oksigen


ke otak

Arteri vertebrata basilaris

Kerusakan
neurocerebrospiral
Control otot facial jadi
lemah

Ketidakmampuan berbicara

Kerusakan articular, tidak


dapat berbicara

Hambatan komunikasi
verbal

3. Ds : Storke hemoragik Resiko jatuh


Klien mengalami
hemiplegi pada
ekstremitas kanannya Proses metabolism dalam
Do: otak terganggu
Saat dikaji
 Ekstremitas kanan
tidak mampu Penurunan suplai darah dari
menahan grafitasi. o2 keotak

Arteri carotis interna


Disfunsi NII (Optikus)

Penurunan aliran darah


keretina

Penurunan kemamopuan
retina untuk menangkap
objek atau bayangan

Resiko jatuh
4. Ds : Storke hemoragik Gangguan persepsi
Klien bisa membuka sensori
mata dengan stimulus
nyeri Proses metabolism dalam
Do: otak terganggu
Saat dikaji
 Pupil klien anisokor
 Reflek korne -/- Penurunan suplai darah dari
o2 keotak

Arteri vertebra basilaris

Kerusakan N.I
(Olfaktorius), NII
(Optikus), NIV
(Troklearis), NXII
(Hipoglosus)

Perubahan ketajaman
sensori, penghidu,
penglihatan dan pengecap

Ketidakmampuan
menghidu, melihat dan
mengecap

Gangguan perubahan
persepsi sensori

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN SKALA PRIORITAS


1. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparesis
2. Hambatan Komunikasi Verbal b.d penurunan fungsi otot facial/oral
3. Resiko jatuh b.d ketajaman penglihatan
4. Gangguan perubahan persepsi sensori b.d perubahan ketajaman sensori
D. PERENCANAAN (INTERVENSI)

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


.
1. Hambatan mobilitas setelah dilakukan  Monitor TTV
fisik b.d hemiparesis tindakan keperawatan  Kaji kemampuan
2x24 jam hambatan klien dalam
mobilisasi dapat teratasi melakukan
dengan kriteria hasil: ambulasi
 Anjurkan terapi
 Klien meningkat
fisik
dalam aktivitas
 Ajarkan teknik
fisik
ambulasi
 Memperagakan
 Berikan alat bantu
penggunaan alat
jika klien
memerlukan

2. Hambatan Komunikasi Setelah dilakukan  Dengarkan dengan


Verbal b.d penurunan tindakan keperawatan penuh perhatian
fungsi otot facial/oral 2x24 jam hambatan  Anjurkan ekspresi
komukasi verbal dapat diri dengan cara lain
teratasi dengan kriteria dalam
hasil: menyampaikan
informasi
 Komunikasi
 Anjurkan kunjungan
ekspresif
keluarga secara
 lisan dan non verbal
teratur untuk
meningkat
memberikan stimulus
komunikasi
 Dorong klien untuk
berkomunikasi
secara perlahan dan
untuk mengulang
permintaan

3. Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan  Mengidentifikasi


ketajaman penglihatan tindakan keperawatan defisit kognitif atau
2x24 jam resiko jatuh fisik klien yang dapat
dapat teratasi dengan meningkatkan
kriteria hasil: potensi jatuh dalam
lingkungan tertentu
 Tidak ada kejadian
 Mengidentifikasi
jatuh
perilaku faktor yang
 Kemampuan otot
mempengaruhi
untuk bekerjasama
resiko jatuh
secara volunter
 Mendorong klien
untuk melakukan
ntuk menggunakan
gerakan yang
tongkat atau alat
bertujuan
pembantu berjalan

4. Gangguan perubahan Setelah dilakukan  Observasi


persepsi sensori b.d tindakan keperawatan tingkat/derajat serta
perubahan ketajaman 2x24 jam gangguan tipe kehilangan
sensori perubahan persepsi penglihatan.
sensori dapat teratasi Gunakan data-data
dengan kriteria hasil: pengkajian sebagai
acuan untuk
 Dapat berinteraksi
melakukan observasi
secara sesuai dengan
berikutnya.
orang lain dan
lingkungan  Meningkatkan
komunikasi : defisit
 Mempertahankan penglihatan sehingga
ketajaman lapang klien mampu untuk
penglihatan tanpa mengenali objek
kehilangan lebih serta lingkungan
lanjut. disekitarnya
 Mengajarkan
pengguanaan indera
yang tidak
mengalami masalah
untuk melakukan
aktivitas.

Referensi

Nurarif, Amin Huda, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC jilid 3.
Yogyakarta

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan. Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

Widjaja, Djoenadi. 2008 . Trigeminal Neuralgia And Its Management


Departement Of Neurology. Airlangga university, faculty of medicine .

Anda mungkin juga menyukai