CVA INFARK
DIRUANG …………..
OLEH
0117069
MOJOKERTO
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
Diruang……….
Hari:
Tanggal:
Pembimbing pendidikan
Edy siswantoro,S.Kep.Ners.,M.kes,.M.kep
NPP…………
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS
a. Definisi
CVA (Cerebro Vascular Accident) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke otak (Smeltzer, 2001:2131)
Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik. Stroke
iskemik penyebab infark yang paling sering terjadi, merupakan keadaan aliran darah tersumbat
atau berkurang di dalam arteri yang memperdarahi daerah otak tersebut (Kowalak, 2011:310).
b. Etiologi
Ada beberapa penyebab CVA (Muttaqin,2008:235)
a. Thrombosis Serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemik
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya.Trombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Thrombosis serebri ini
disebabkan karena adanya :
Aterosklerosis : mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastistas dinding
pembuluh darah.
Hiperkoagulasi : darah yang bertumbuh kental akan menyebabkan
viskosital/haematocrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah
cerebral.
Arteritis : radang pada arteri
b. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat system arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli :
Penyakit jantung reumatik
Infark miokardium
Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpulan-gumpulan kecil yang
dapat menyebabkan emboli cerebri.
Endocarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium
c. Patofisiologi
Iskemik stroke merupakan akibat dari oklusi vaskuler sekunder dari penyakit trombo
embolik, Iskemik akibat hypoxia sel dan penipisan ATP pada sel tampa ATP, terjadinya
kegagalan pembentukan energy yang menyebabkan kegagalan mempertahankan
grdienionik dan depolarisasi sel. Ion Na dan Ca yang tidak dapat masuk dan perpindahan
dari air ke dalam sel, terjadi edema sitotoksis. Iskemia secara langsung juga merupakan
hasil dari disfungsi serebral vaskuler dengan kerusakan sawar darah otak yang timbul
dalam 4-6 jam setelah infak, mengikuti rusaknya sawar darah otak, protein dan air keluar
ke ekstravaskuler, edemavasogenic member ukuran edema otak dan efek massa yang
puncaknya dalam 3-5 hari dan berubah selama beberapa minggu berikutnya dengan
reapsorbsi air dan protein dalam waktu beberpa jam hingga beberapa hari setelah sroke,
gen spesifik aktif yang mengarah pada membentuk formasi sitokin dan factor lain, karena
inflamasi yang lebih lanjut dan mikrosirkulasi, penggabungan dengan inti infarcted,
biasanya terjadi beberapa jam setelah onset stroke, akibat infrark terjadi kematian istrosit
serta mendukung oligodendroglia dan mikrogliasel, jaringan yang infark akhirnya
mengalami pencairan nekrosis yang di lepaskan oleh makrofag dengan peningkatan
kehilagan volume parenkim. Evolusi dari perubahan kronisini kemungkinan terlihat
setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah infark tranformasi hemoragik ke
stroke iskemik kemungkinan perubahan hemoragic termasuk reperfusi jaringan yang
iskemik, baik dari rekanalisasi dari pembuluh yang tersumbat atau dari suplay darah
kolateral pada jaringan yang iskemik atau gangguan dari sawar darah otak, dengan
adanya gangguan dari sawar darah otak,sel darah merah ekstravasasi dari 8 pembuluh
darah kapiler yang lemah menghasilkan pendarahan petexial atau frank intraparencymal
hetoma ( Cruz,2013)
pathway
d. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala dari stroke atau CVA berupa lemas mendadak di daerah
wajah, lengan atau tungkai terutama di salah satu tubuh,gangguan penglihatan seperti
ganda atau kesulitan melihat pada salah satu atau kedua mata bingungmendadak,
tersandung selagi berjalan, pusing bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi
nyeri kepala mendadak tampa kausa yang jelas ( Price,2005 )
e. Komplikasi
1. Tekanan darah yang tidak stabil
2. Edema serebral
3. Ketidak seimbangan cairan
4. Infeksi seperti pneumonia
5. kematian
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan paket stroke : viskositas darah pada pasien CVA ada peningkatan
VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), asam Arachidonic (AA), platelet
Acitiving Factor (PAF). Fibrinogen
b. Analisis laboratorium standart mencakup urinalis, HDL pasien CVA Infark
mengalami penurunan HDL bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah
mengedap dalam tabung menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak
menunjukkan tabung apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel
metabolik dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6-5,0 mMoI/I), klorida).
c. Pungsi lumbal
d. Pemeriksaan liquor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang kecil
biasanya warna liquor masih normal sewaktu hari-hari pertama
e. Pemeriksaan sinar X toraks : dapat mendeteksi pembesaran jantung
(kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif.
2. Ultrasonografi (USG) karotis : evaluasi standard untuk mendeteksi gangguan aliran darah
karotis dan kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
3. Angiografi serebrum : membentuk menetukan penyebab stroke secara spesifik seperti lesi
ulseratif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis, dan
pembentukan thrombus di pembuluh besar.
4. Pemindaian dengan positron Emission Tomography (PET) : mengindentifikasi sebesar
besar suatu daerah otak menerima dan menerima dan metabolisme glukosa serta luas
cedera
5. Ekokardiogram transesofagus (TEE) : mendeteksi sumber kardioembolus potensial.
6. CT-Scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemik dan posisinya secara terlihat di ventrikel
atau menyebar ke permukaan otak.
7. MRI : menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar atau luasnya
daerah infark.
g. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan konservatif
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
b. Mencegah peningkatan TIK
Antihipertensi
Deuritika
Vasodilator perifer
Antikoagulan
Diazepam bila kejang
Anti tukak misal cimetidine
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena pasien akan
mudah terkena infeksi, hiperglikemia dan stress ulcer/perdarahan lambung.
Manital : mengurangi edema otak
2. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi
hematoma karena hipertensi intracranial yang menetap akan membahayakan kehidupan
pasien.
3. Fase pemulihan ( >10 hari )
Terapi bicara
Terapi fisik
Stoking anti embolisme
B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Mengkaji data identitas pasien dan penanggung jawab pasien yang meliputi : nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, pernikahan ke-,
lamanya pernikahan, dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Adanya kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sampai saat pasien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan. Serangan stroke seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh pasien yaitu adanya riwayat
hipertensi, diabetes milletus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obatan anti koagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif, kegemukan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes milletus.
e. Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami penderita
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis : umumnya terdapat gangguan nervus cranialis
VII dan XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan rasa
pengecapan, dan penciuman, paralisis, atau parese wajah.
Pemeriksaan motorik : hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada
salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak sama,
refleks tendon melemah secara kontralateral, apraksia.
Pemeriksaan sensorik : dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang
sensorik kontralateral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks
patologis
Sinkop/pusing, sakit kepala, gangguan status mental.tingkat kesadaran,
gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah,
afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan oklusi serebral.
2. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan mobilitas sekunder akibat stroke.
3. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
penggerakan.
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara
dihemisfer otak yang ditandai dengan kerusakan artikulasi,tidak dapat bicara,tidak
mampu memahami Bahasa tulisan
5. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan penekanan pada saraf
sensori,penurunan penglihatan yang ditandai dengan disoriensi terhadap waktu tempat
dan orang,konsentrasi buruk perubahan proses berfikir yang kacau
c. Intervensi
1. resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan oklusi serebral
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24jam perfusi jaringan otak dapat
terjadi secara efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan
nadi: 60-100x/menit,
suhu: 36,5 – 37,5⁰
RR: 12 - 20x/menit
TD 120/80x/menit
N Intervensi Rasional
0
1. Jelaskan kepada klien (jika sadar) dan - TIK terjadi karena adanya pembengkakan sel
keluarganya penyebab dan akibat dalam serebral yang dapat mendesak isi
peningkatan TIK. kranium dan menyebabkan herniasi batang
otak, diabetes insipidus dan SIADH.
2. Berikan posisi head up 15-300 - perubahan pada TIK akan dapat menyebab
kan risiko untuk terjadinya herniasi otak.
3. Anjurkan klien untuk menghindari - batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK
batuk dan mengejan yang berlebihan. dan potensial terjadi pendarahan ulang
N0 Intervensi Rasional
1. Anjurkan untuk melakukan latihan - menghindari tekanan dan meningkatkan
mobilisasi. aliran darah.
mengunyah, gangguan menelan, ketidak mampuan untuk menyiapkan makanan akibat defisit
pergerakan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24jam Pasien tetap menunjukan pemenuhan
nutrisi selama dilakukan tindakan keperawatan
kriteria hasil : - tidak terjadi penurunan berat badan,
N0 Intervensi Rasional
1. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi klien. - nutrisi yang adekuat membantu meningkat
kan kekuatan otot.
2. Observasi kemampuan klien dalam - untuk menetapkan jenis makanan yang
mengunyah dan menelan. akan diberikan kepada klien.
3. Letakkan kepala lebih tinggi pada - memudahkan klien untuk menelan
waktu selama & sesudah makan
4. Stimulasi bibir untuk menutup dan - membnatu dalam melatih kembali sensoro
membuka mulut secara manual dengan dan meningkatkan control muskuler
menekan ringan di atas bibir / bawah
dagu jika dibutuhkan.
kriteria hasil : -terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan pasien dapat terpenuhi
N0 Interversi Rasional
1. Berikan metode alternative komunikasi - R/ memenuhi kebutuhan komunikasi
misalnya Bahasa isyarat sesuai dengan kemamuan pasien
2. astisipasi setiap kebutuhan pasien saat - R/ mencegah rasa putus asa dan
berkomunikasi ketergantungan pada orang lain
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24jam meningkatnya persepasi sensori secara
optimal setalah dilakukan tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Tentukan patologis pasien R/untuk mengetahui tipe dan lokasi yang
mengalami gangguan
3. Latih pasien untuk melihat sesuatu R/pasien tidak bingung dan konsentrasi
objek dengan telaten dan seksama
Serangkaian kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik meggambarkan kriteria hasil yang di
harapkan ( Gordon ,1994 dalam potter & perry, 1997 ). Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi pendidikan untuk klien keluarga atautindakan untuk mencegah masalah yang muncul di
kemudian hari.
e. Evaluasi
Merupakan tahap ahir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah di lakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Sesuai dengan
rencana tindakan yang telah di berikan dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya.
C. LITERATUR
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Salemba Medika : Jakarta
Prince, Sylvia A. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Alih bahasa
Huriawati, Hartono. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue PhD, RN, dkk.2013. Nursing Outcomes Clasification (NOC) fifth edition. USA:
Mosby Elsevier.
DIRUANG…………
0117069
MOJOKERTO
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Diruang……….
Nama mahasiswa : intan khumairoh dewi
Hari:
Tanggal:
Pembimbing pendidikan
Edy siswantoro,S.Kep.Ners.,M.kes,.M.kep
NPP…………
1. PENGKAJIAN
A. BIODATA
a. Identitas
Nama pasien ; Tn.i
Umur ;27 tahun
Agama ; lslam
Jenis kelamin ; laki laki
Pendidikan ;s1 hukum
Pengerjaan ; pengacara
Alamat ;Lamongan
c. Pola eliminasi
1. BAB
Sebelum sakit ; keluarga pasien mengatakan pasien BAB teratur,1x sehari
setiap pagi hari dengan feses lembek,tidak disertai darah
2. BAK
Sebelum sakit ; keluarga pasien mengatakan pasien BAK teratur 4x sehari
urine berwarna jernih kekuningan
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan minum √
Mandi √
Berpakaian √
Berpindah √
Toileting √
0; mandiri 3 ;dibantu orang lain dan alat
1;alat bantu 4;tergantung total
2;dibantu orang lain
2. latihan
sebelum sakit ; keluarga pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan
aktivitas dengan mandiri tanpa bantuan dengan orang lain dan alat bantu
saat sakit ; keluarga pasien mengatakan pasien tidur lebih dari 6jam dalam
sehari
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum ; sedang
Tingkat kesadaran ;samnolen
b. Tanda tanda vital
TD ;170/100 mmHg
Nadi ;112x/menit
Suhu ;36,5 ℃
RR ;20x/menit
c. Keadaan fisik
1. Kepala
Inspeksi ;warna rambut hitam .ketombe tidak ada.wajah asimetris
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
2. Mata
Inspeksi ;konjungtiva tidak anemis.
3. Telinga
Inspeksi ;ada serumen.tidak ada pembengkakan
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan maupun bejolan pada telinga
4. Hidung
Inspeksi ;tidak ada kemerahan.tidak ada luka
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
5. Mulut
Inspeksi ;mukosa bibir lembab.tidak ada luka pada mukosa oral.tidak ada
pembengkakan pada gusi
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi ;tidak ada luka,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
7. Toraks/ paru
Inspeksi ;bentuk dada nonmochest,warna kulit sama,tidak ada luka,
Palpasi ;tidak ada nyeri.benjolah tidak ada,tidak ada fraktur iga,
Perkusi ;suara sonor
Auskultasi ;frekuensi dada 20x/menit bunyi nafas vesikuler
8. Abdomen
Inspeksi ;bentuk simetris,
Auskultasi ;bising usus 10x/menit
Perkusi ;timpani
Palpasi;tidak ada nyeri
9. Genetalia
Inspeksi ;tidak ada edema.tidak ada luka,
Palpasi ;tidak ada benjolan
E. ANALISA DATA
Do ;
1. Ku; sedang
2. Kesadaran ; sanmolen
3. Ttv
TD; 170/100mmHg
Nadi ;112x/mnt
Rr ;20x/mnt
Suhu ;36,5℃
Do;
1. Pasien tampak lemah
2. Semua aktifitas atau
kebutuhan pasien dibantu
oleh keluarga
3. Rentang gerak pasien
tergaggu atau tidak bisa
gerak
4. Ku ; sedang
Do ;
1. Pasien tampak
mengeluarkan suara tanpa
arti
2. Otot wajah pasien tanpak
tertarik kebagian sisi kanan
3. Wajah pasien tanpak
asimetris
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaingan otak berhubungan dengan penurunan
aliran darah keotak
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi otot
facial/oral
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
H. EVALUASI