Di ruang.........
RSUD Sidoarjo”
OLEH :
(0117052)
1
LEMBAR PENGESAHAN
Di ruang ...........
Hari :
Tanggal :
Pembimbing pendidikan
Npp. 10.02.184
2
KONSEP MEDIS
( BAYI RDS)
A. Definisi
Sindrom gawat napas pada neonatus (SGNN), dalam bahasa Inggris
disebut neonatal respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kumpulan
gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih
dari 60 kali per menit; sianosis; merintih waktu ekspirasi (expiratory grunting);
dan retraksi di daerah epigastrium, suprasternal, intekostal pada saat inspirasi.
Bila di dengar dengan stetoskop akan terdengar penurunan masukan udara dalam
paru.
Istilah SGNN merupakan istilah umum yang menunjukkan terdapatnya
kumpulan gejala tersebut pada neonatus. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya
kelainan di dalam atau di luar paru. Beberapa kelainan paru yang menunjukkan
sindrom ini adalah pneumotoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin
(PMH), pneumonia aspirasi, dan sindrom Wilson-mikity.
Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD)
Sindrom gawat napas (respiratory distress syndrome, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonates.
B. Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik
dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan
ibu. Semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua
usia kehamilan, semakin rendah kejadian RDS.
PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari
28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada bayi
yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi
dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan
37 minggu, kehamilan multi janin, persalinan seksio sesaria, persalinan cepat,
3
asfiksia, stress dingin dan adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena,
insidens tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih.
C. Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya
untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan
faktor kritis dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya
tersebut disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan
sisa udara fungsional/kapasitas residu fungsional. Surfaktan juga menyebabkan
ekspansi yang merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang
rendah. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi surfaktan menimbulkan
ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.
Bila surfaktan tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya tetap
mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan
parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan
berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan
disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali bernapas menjadi
sukar seperti saat pertama kali bernapas (saat kelahiran). Sebagai akibat, janin
lebih banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini daripada yang
ia terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kelelahan,
bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya. Ketidakmampuan
mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelaktasis.
Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmomary
vascular resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paaru normal.
Akibatnya, terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran
darah pulmonal. Di samping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan
pembalikan parsial sirkulasi darah janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri
melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.
Kolaps baru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal
yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah konstriksin
vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan
selanjutnya menybabkan metabolismeanareobik.
4
RDS atau sindrom gangguan pernapasan adalah penyakit yang dapat
sembuh sendiri dan mengikuti masa deteriorasi (kurang lebih 48 jam) dan jika
tidak ada komplikasi paru akan membaik dalam 72 jam. Proses perbaikan ini,
terutama dikaitkan dengan meningkatkan produksi dan ketersediaan materi
surfaktan.
Pathway
Defisit nutrisi
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada bayi yang menderita RDS dantaranya :
a. Kesulitan dalam memulai respirasi normal
b. Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, yaitu suara pelan atau merintih
diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan menangis (disebabkan oleh
5
penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit, berkurangnya
dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.
E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain :
a. Ruptur Alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-
tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau
adanya asidosis yang menetap.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk
dan adanya perubahan jumlah leukosit dan trombositopeni. Infeksi dapat
timbul karena tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan
alat respirasi.
c. Perdarahan intra kranial dan leukomalasia periventrikular.
Perdarahan intra ventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi
bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya
6
volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi
mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD
meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy Prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan
dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya
infeksi.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnostik/Penunjang
1) Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi
diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar.
2) Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3) Data laboratorium
4) Profil paru :
a) untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk
janin yang mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S)
ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru
Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
b) Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari
60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
c) Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari
sel alveolar yang rusak.
7
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber
alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi
bisa juga berbentuk surfaktan buatan).
b. Diit
Makanan peroral sebaiknya tidak diberikan dan bayi diberi cairan
intravena yang yang disesuaikan dengan kebutuhan kalorinya. Pemberian
cairan ini bertujuan untuk memberikan kalori yang cukup, menjaga agar bayi
tidak mengalami dehidrasi, mempertahankan pengeluaran cairan melalui
ginjal dan mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh. Dalam 48 jam
pertama biasanya cairan yang diberikan terdiri dari glukosa atau dekstrose
10% dalam jumlah 100 ml/kg BB/hari. Dengan pemberian secara ini
diharapkan kalori yang dibutuhkan (40 kkal/kg BB/hari) untuk mencegah
katabolisme tubuh dapat terpenuhi.
8
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Biografi (Penanggung jawab)
Nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose medis,
catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti perdarahan
plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau intrapartus.
b. Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi asfiksia), bayi lahir
melalui operasi caesar.
c. Pola eliminasi
9
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam
setelah kelahiran. Urin tidak berwarna atau kuning pucat,dengan 6-10
popok basah per 24 jam.Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48
jam kelahiran.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Mata
Konjungtiva : anemis
3) Telinga
Telinga simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan yang keluar
dari telinga, telinga bersih, tidak ada oedema.
4) Hidung
10
Pernapasan tidak menggunakan cupping hidung, mimisan, tidak ada
gangguan penciuman, tidak ada oedema.
5) Mulut
6) Leher
Tidak ada benjolan, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri menelan.
7) Kulit
8) Dada
Pergerakan dada simetris kiri kanan, tidak ada luka dada, tidak ada nyeri
dada, tidak ada penggunaan otot-otot pernapasan tambahan.
9) Paru-paru
Perkusi : Sonor
10) Jantung
11
Auskultasi : Pekak.
11) Abdomen
12) Genetalia
Genitalia bersih.
14) Muskuloskeletal
Akral hangat, nadi teraba, tidak ada nyeri, tidak terdapat pitting oedema.
12
16) Sirkulasi.
muntah.
18) Neurosensori.
Tanda : takipnea.
20) Pernafasan.
Tanda : takipnea
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
(defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolar
13
3. Resiko hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
5. Resiko hipovolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulas
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Manajemen jalan nafas
efektif berhubungan intervensi - Monitor pola nafas
dengan imaturitas keperawatan selama - Monitor bunyi nafas tambahan
neurologis (defisiensi 1x24 jam, maka Pola - Pertahankan kepatenan jalan nafas
surfaktan dan nafas kembali efektif - Berikan oksigen
ketidakstabilan - Anjurkan asupan cairan 2000
dengan kriteria
alveolar) ml/hari
hasil:
- Kolaborasi pemberian
Dipsneu
bronkodilator, efektorat, mukolitik
menurun
Penggunakan
otot bantu nafas
menurun
Frekuensi nafas
membaik
Kedalaman nafas
memebaik
14
Bunyi nafas - Atur interval pemantauan respirasi
tambahan - Dokumentasikan hasil pemantauan
menurun - Informasikan hasil pemantauan
Nafas cuping
hidung menurun
Sianosis membaik
PCO dan PCO2
membaik
15
mengunyah dan
menelan membaik
Berat badan
membaik
Bising usus
membaik
Membran mukosa
membaik
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan
kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan suatu pengkajian ulang
rencana keperawatan, sedangkan tujuan dari evaluasi adalah menentukan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan. menilai
efektifitas rencana keperawatan atau asuhan keperawatan. Jadi secara rinci catatan
perkembangan berisi uraian yang berbentuk SOAP (Subyektif, Obyektif,
Assesment, Planning) dari catatan perkembangan dapat mengetahui beberapa hal
antara lain apakah tujuan sudah tercapai dan perlu adanya perubahan modifikasi
dalam perencanaan dan tindakan. (DepKes RI, 1995 : 27-28). Evaluasi terdiri
dari:
16
Kasus RDS
BAyi I umur 1 hari dirawat di ruang bayi dg diagnose medis RDS. Saat pengkajian bayi
sesak. Riwayat kehamilan: ibu serin gmerasa sakit punggung dan mual. Pada tgl 16 juli
2020 bayi lahir dengan usia kandungan 34 mg, jenis kelamin laki-laki melalui SC, berat
badan saat lahir 1650 gr, panjang badan 42 cm dan lingkar kepala 30 cm. bayi memangis
kuat, warna kuli tmerah muda SpO2 98%, frekuensi nafas 70 x/mnt. Ibu mempunyai
riwayat PEB. Di dalm keluarga tidak mempunyai penyakit yang menurun. Bayi
merupakan anak kedua, anak pertama perempuan. Orangyau berencana mengasuh
bayinya sendiri. Bayi mendapat susu formula melalui sonde, tidur 16 jam perhari, diseka
2 kali sehari pagi dan sore, BAB waran hitam. Bayi mendapat infus D10 160 cc/24 jam,
O2 nasal canula. Hasil pemeriksaan fisik: bayi dapar bergefrak, menangis, kulit
kemerahan, suhu 36,1 0C, nadi 146 x/mnt frekuensi nafas 60 x/mnt, TB 1650 gr, TB 42
cm, kepala lonjong, bersih, ubun-ubun datar, mata simetris, pupil isokor, warna bibir
kemarahan, terpasang NGT, pada leher tdk ad ape,besarankelenjar tiroid, thorak simetris,
suara nafas grokgrok, lingkar abdomen 24 cm, BU 8 x/mnt, cubitan kulit perut kembali 2
detik, jumlah jari lengkap. Reflek moro +, Babinski +, swallowing -, breathing +, eyelink
+, pupillay +, tinik neck -. Hasil pemeriksaan lab: HB 16,6 g/dl, Leukosit 11,8 x103/ul,
Hematokrit 48,1 %. Terapi: O2 nasal kanul 1 L/mnt, D10 160 cc/24 jam, inj viccilin 2 x
150 mg, inj latimin 6 x 2.
17
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama Pasien : By. Ny. N Tgl. MRS : 16-07-2020
Umur : 1 hari Diagnosa Medis : RDS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : Sidoarjo
18
Di dalm keluarga tidak mempunyai penyakit yang menurun.
e) Riwayat Kehamilan :
Ibu sering merasa sakit punggung dan mual
f) Riwayat Persalinan :
Anak kedua, jenis kelamin sc melalui sc.
Ibu mempunyai riwayat PEB (preeklamsia berat)
4. Pemeriksaan Fisik
a) Kesan umum / keadaan umum :
c) Pemeriksaan Antropometri
1) BB : 1650 gram
2) PB : 42 cm
3) LK : 30 cm
4) L abdomen : 24 cm
5) LILA : -
20
9) Pemeriksaan Thoraks / Dada
a) Thoraks : simetris, tidak ada jejas.
b) Paru : Suara nafas grok grok. (ronki)
c) Jantung : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 tunggal.
10) Pemeriksaan Abdomen
Lingkar abdomen 24 cm, BU 8 x/mnt, cubitan kulit perut kembali 2
detik
11) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
Testis sudah turun di skrotum.
12) Pemeriksaan Muskuloskeletal
21
7. Analisa Data
Vebtilasi berkurang
Hipoksia
Gangguan pertukaran
gas
22
Refleks hisap menurun
8. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak edekuatan reflek
memghisap bayi.
9. Intervensi
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
pertukaran gas intervensi
- Monitor frekuensi, irama, ke
berhubungan keperawatan selama
dalaman dan upaya nafas
dengan ventilasi- 1x24 jam, maka
- Monitor pola nafas
perfusi. (D.0003) pertukaran gas
- Monior adanya sumbatan jalan
meningkat dengan
nafas
kriteria hasil:
- Monitor saturasi O2
- Monitor nilai AGD
Dipsneu
- Atur interval pemantauan respirasi
meningkat (1)
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Bunyi nafas
- Informasikan hasil pemantauan
tambahan (1)
23
menghisap bayi. membaik dengan setelah melahirkan
(D.0029) kriteria hasil: Terapeutik :
- Berikan ibu kesempatan untuk
Reflek menelan rawat gabung
meningkat (5) - Fasilitasi ibu dengan untuk sdemi
Usaha menelan fowler
meningkat (5) - Fasilitasi ibu posisi nyaman
- Buka pakaian bagian atas ibu
- Hindari membersihkan dada ibu
dari keringat
- Buka pakaian bayi, kenakan popok
dan topi bayi
- Letakkan bayi dengan posisi
tengkurap langsung di antara
payudara ibu
- Berikan kehangatan dengan
menyelimuti punggung bayi dan
kenakan topi
- Berikan waktu kepada bayi apabila
kegiatan menyusu di mulai
- Berikan kesempatan ibu untuk
memposisikan dan menggendong
bayi dengan benar
- Pindahkan bayi setelah bayi selesai
menyusu dengan melepas sendiri
puting ibu
- Letakkan bayi di samping ibu atau
tempat tidur bayi di samping
tempat tidur ibu, sehingga
memudahkan lagi kegiatan
menyusui
Edukasi
- Anjurkan memberi kesempatan
24
bayi sampai lebih dari satu jam
atau bayi sampai menunjukkan
tanda tanda siap menyusu
LITELATUR
25
Muna,Lailatul. Aduhan Keperawatan Pada bayi dengan RDS.
Website:https://www.academia.edu/35381409/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_B
AYI_DENGAN_RDS. Diakses tanggal 13 Juli 2020
Sandi,Kata.LP Askep RDS Pada Bayi
Website:https://www.academia.edu/36644088/Lp_Askep_Rds_Pada_Bayi. Diakses
tanggal 13 Juli 2020
Safru,Alfa. Askep RDS (BIBA DAN ARUM). Website:
https://www.academia.edu/30378546/ASKEP_RDS_BIBA_and_ARUM_. Diakses
tanggal 13 Juli 2020
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
26