Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.................

Dengan kasus “BAYI RDS (RESPIRATORY DISTRES SYNDROME)”

Di ruang.........

RSUD Sidoarjo”

OLEH :

Marselia Shafira Fharadina

(0117052)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan Bayi RDS

Di ruang ...........

Nama mahasiswa : Marselia Shafira Fharadina

Telah di setujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing pendidikan

NUR CHASANAH, S. Kp., M. Kes

Npp. 10.02.184

2
KONSEP MEDIS

( BAYI RDS)

A. Definisi
Sindrom gawat napas pada neonatus (SGNN), dalam bahasa Inggris
disebut neonatal respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kumpulan
gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih
dari 60 kali per menit; sianosis; merintih waktu ekspirasi (expiratory grunting);
dan retraksi di daerah epigastrium, suprasternal, intekostal pada saat inspirasi.
Bila di dengar dengan stetoskop akan terdengar penurunan masukan udara dalam
paru.
Istilah SGNN merupakan istilah umum yang menunjukkan terdapatnya
kumpulan gejala tersebut pada neonatus. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya
kelainan di dalam atau di luar paru. Beberapa kelainan paru yang menunjukkan
sindrom ini adalah pneumotoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin
(PMH), pneumonia aspirasi, dan sindrom Wilson-mikity.
Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD)
Sindrom gawat napas (respiratory distress syndrome, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonates.

B. Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik
dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan
ibu. Semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua
usia kehamilan, semakin rendah kejadian RDS.
PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari
28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada bayi
yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi
dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan
37 minggu, kehamilan multi janin, persalinan seksio sesaria, persalinan cepat,

3
asfiksia, stress dingin dan adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena,
insidens tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih.
C. Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya
untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan
faktor kritis dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya
tersebut disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan
sisa udara fungsional/kapasitas residu fungsional. Surfaktan juga menyebabkan
ekspansi yang merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang
rendah. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi surfaktan menimbulkan
ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.
Bila surfaktan tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya tetap
mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan
parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan
berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan
disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali bernapas menjadi
sukar seperti saat pertama kali bernapas (saat kelahiran). Sebagai akibat, janin
lebih banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini daripada yang
ia terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kelelahan,
bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya. Ketidakmampuan
mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelaktasis.
Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmomary
vascular resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paaru normal.
Akibatnya, terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran
darah pulmonal. Di samping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan
pembalikan parsial sirkulasi darah janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri
melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.
Kolaps baru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal
yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah konstriksin
vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan
selanjutnya menybabkan metabolismeanareobik.

4
RDS atau sindrom gangguan pernapasan adalah penyakit yang dapat
sembuh sendiri dan mengikuti masa deteriorasi (kurang lebih 48 jam) dan jika
tidak ada komplikasi paru akan membaik dalam 72 jam. Proses perbaikan ini,
terutama dikaitkan dengan meningkatkan produksi dan ketersediaan materi
surfaktan.

Pathway

Bayi lahir premature

Inadekuat surfaktan Lapisan lemak belum


terbentuk pada kulit
Alveolus kolaps
Resiko
hipotermia
Ventilasi berkurang Hipoksia

Peningkatan usaha Cedera paru


Pembentukan
napas
membran hialin
Edema
Pola napas Takipnea
tidak efektif Mengendap di
Gg. Pertukaran gas
alveoli
Refleks hisap Penguapan
menurun meningkat

Intake tidak Resiko


adekuat hipovolemi

Defisit nutrisi

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada bayi yang menderita RDS dantaranya :
a. Kesulitan dalam memulai respirasi normal
b. Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, yaitu suara pelan atau merintih
diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan menangis (disebabkan oleh

5
penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit, berkurangnya
dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.

c. Retraksi sternum dan interkosta


d. Nafas cuping hidung
b. Sianosis pada udara kamar
c. Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah
d. Auskultasi; udara yang masuk berkurang
e. Edema ekstremitas
f. Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil
dengan corakan bronkogram udara.

E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain :
a. Ruptur Alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-
tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau
adanya asidosis yang menetap.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk
dan adanya perubahan jumlah leukosit dan trombositopeni. Infeksi dapat
timbul karena tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan
alat respirasi.
c. Perdarahan intra kranial dan leukomalasia periventrikular.
Perdarahan intra ventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi
bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya

Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :


a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada
bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya

6
volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi
mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD
meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy Prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan
dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya
infeksi.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnostik/Penunjang
1) Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi
diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar.
2) Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3) Data laboratorium
4) Profil paru :
a) untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk
janin yang mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S)
ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru
Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
b) Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari
60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
c) Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari
sel alveolar yang rusak.

G. Penatalaksaan Bayi RDS


a. Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
1) Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2) Furosemiduntuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
caiaran paru
3) Fenobarbital
4) Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
5) Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.

7
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber
alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi
bisa juga berbentuk surfaktan buatan).
b. Diit
Makanan peroral sebaiknya tidak diberikan dan bayi diberi cairan
intravena yang yang disesuaikan dengan kebutuhan kalorinya. Pemberian
cairan ini bertujuan untuk memberikan kalori yang cukup, menjaga agar bayi
tidak mengalami dehidrasi, mempertahankan pengeluaran cairan melalui
ginjal dan mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh. Dalam 48 jam
pertama biasanya cairan yang diberikan terdiri dari glukosa atau dekstrose
10% dalam jumlah 100 ml/kg BB/hari. Dengan pemberian secara ini
diharapkan kalori yang dibutuhkan (40 kkal/kg BB/hari) untuk mencegah
katabolisme tubuh dapat terpenuhi.

8
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Biografi (Penanggung jawab)
Nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose medis,
catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti perdarahan
plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau intrapartus.
b. Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi asfiksia), bayi lahir
melalui operasi caesar.

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola aktivitas istirahat dan tidur
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Pola nutrisi dan metabolisme


Pola nutrisi bayi perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan
nutrisi atau tidak pada bayi. Berat badan rata-rata 2500-4000 gram.
Penurunan berat badan di awal 5%-10%
Mulut: saliva banyak,mutiara Epstein(kista epithelial)dan lepuh cekung
adalah hal yang normal, palatum keras/margin gusi,gigi prekosius mungkin
ada.

c. Pola eliminasi

9
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam
setelah kelahiran. Urin tidak berwarna atau kuning pucat,dengan 6-10
popok basah per 24 jam.Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48
jam kelahiran.

4. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan takhipneu (> 60 x/i ), pernafasan


mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung,
sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas
dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian
dengan menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernafasan
dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan nafas dapat dilihat
dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.

1) Kepala

Bentuk kepala mesosepal, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat luka,


rambut tampak bersih, rambut berwarna hitam.

2) Mata

Pupil : Reaksi cahaya (+), Isokor Kiri-kanan

Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

3) Telinga

Telinga simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan yang keluar
dari telinga, telinga bersih, tidak ada oedema.

4) Hidung

10
Pernapasan tidak menggunakan cupping hidung, mimisan, tidak ada
gangguan penciuman, tidak ada oedema.

5) Mulut

Mukosa bibir lembab, terdapat luka sariawan, tidak ada gangguan


menelan, keadaan mulut bersih, gusi berdarah.

6) Leher

Tidak ada benjolan, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri menelan.

7) Kulit

Warna kulit sawo matang, terlihat bintik-bintik merah pada kulit.

8) Dada

Pergerakan dada simetris kiri kanan, tidak ada luka dada, tidak ada nyeri
dada, tidak ada penggunaan otot-otot pernapasan tambahan.

9) Paru-paru

Inspeksi : Simetris kiri kanan.

Palpasi : Premitus kiri kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler di kedua paru.

10) Jantung

Inspeksi           : ictus cordis normalnya terlihat.

Palpasi             : ictus cordis teraba hanya dengan satu jari.

Perkusi            : Perkusi batas jantung.(kiri, kanan, atas, bawah).

11
Auskultasi       : Pekak.

11) Abdomen

Inspeksi          : Abdomen tidak membuncit, tidak ada bekas luka, warna


kulit merata.

Auskultasi       : Bising usus normal (Tymphani) 5-35x/i.

Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan lien.

Perkusi            : Perkusi semua bagian kuadran abdomen normal.

12) Genetalia

Genitalia bersih.

13) Anus dan rectum

Bersih, tidak terdapat hemoroid.

14) Muskuloskeletal

Akral hangat, nadi teraba, tidak ada nyeri, tidak terdapat pitting oedema.

15) Aktivitas / istirahat.

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.

toleransi terhadap latihan rendah.

Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.

kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

12
16) Sirkulasi.

Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis.

palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

17) Makanan / cairan.

Gejala : penurunan masukan diet.

muntah.

Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.

18) Neurosensori.

Gejala : Kelemahan, Lesu

19) Nyeri / kenyamanan.

Gejala : nyeri dada.

Tanda : takipnea.

20) Pernafasan.

Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
(defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolar

13
3. Resiko hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
5. Resiko hipovolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulas
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Manajemen jalan nafas
efektif berhubungan intervensi - Monitor pola nafas
dengan imaturitas keperawatan selama - Monitor bunyi nafas tambahan
neurologis (defisiensi 1x24 jam, maka Pola - Pertahankan kepatenan jalan nafas
surfaktan dan nafas kembali efektif - Berikan oksigen
ketidakstabilan - Anjurkan asupan cairan 2000
dengan kriteria
alveolar) ml/hari
hasil:
- Kolaborasi pemberian
 Dipsneu
bronkodilator, efektorat, mukolitik
menurun
 Penggunakan
otot bantu nafas
menurun
 Frekuensi nafas
membaik
 Kedalaman nafas
memebaik

2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Pemantauan respirasi


gas berhubungan intervensi - Monitor frekuensi, irama,
dengan perubahan keperawatan selama kedalaman dan upaya nafas
membran kapiler- 1x24 jam, maka - Monitor pola nafas
alveolar pertukaran gas - Monior adanya sumbatan jalan
kembali normal nafas
dengan kriteria hasil: - Monitor saturasi O2
 Dipsneu menurun - Monitor nilai AGD

14
 Bunyi nafas - Atur interval pemantauan respirasi
tambahan - Dokumentasikan hasil pemantauan
menurun - Informasikan hasil pemantauan
 Nafas cuping
hidung menurun
 Sianosis membaik
 PCO dan PCO2
membaik

3. Resiko hipotermia Setelah dilakukan 1. Manajemen hipotermia


berhubungan dengan intervensi - Monitor suhu tubuh
berada di lingkungan keperawatan selama - Monitor tanda dan gejala akibat
yang dingin 1x24 jam, maka hipotermia
hipetermia menurun - Sediakan lingkungan yang
dengan kriteria hasil: hangat
 Suhu tubuh - Lakukan penghangatan
membaik pasif/aktif external atau aktif
 Pengisian kapiler internal
membaik
 Hipoksia menurun
 Menggigil
menurun
 Takikardi/bradikar
di menurun

4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Manajemen nutrisi


berhubungan dengan intervensi - Monitor asupan makanan
intake yang tidak keperawatan selama - Monitor hasil pengamatan hasil
adekuat 1x24 jam, maka labolatorium
defisit nutrisi - Fasilitasi menentukan pedoman
menurun dengan diet
kriteria hasil: - Kolaborasi dengah ahli gizi
 Kekuatan otot

15
mengunyah dan
menelan membaik
 Berat badan
membaik
 Bising usus
membaik
 Membran mukosa
membaik

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan
kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan suatu pengkajian ulang
rencana keperawatan, sedangkan tujuan dari evaluasi adalah menentukan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan. menilai
efektifitas rencana keperawatan atau asuhan keperawatan. Jadi secara rinci catatan
perkembangan berisi uraian yang berbentuk SOAP (Subyektif, Obyektif,
Assesment, Planning) dari catatan perkembangan dapat mengetahui beberapa hal
antara lain apakah tujuan sudah tercapai dan perlu adanya perubahan modifikasi
dalam perencanaan dan tindakan. (DepKes RI, 1995 : 27-28). Evaluasi terdiri
dari:

1. Pola napas efektif


2. Pertukaran gas baik
3. Tidak terjadi hipotermia
4. Tidak mengalami defisit nutrisi

16
Kasus RDS

BAyi I umur 1 hari dirawat di ruang bayi dg diagnose medis RDS. Saat pengkajian bayi
sesak. Riwayat kehamilan: ibu serin gmerasa sakit punggung dan mual. Pada tgl 16 juli
2020 bayi lahir dengan usia kandungan 34 mg, jenis kelamin laki-laki melalui SC, berat
badan saat lahir 1650 gr, panjang badan 42 cm dan lingkar kepala 30 cm. bayi memangis
kuat, warna kuli tmerah muda SpO2 98%, frekuensi nafas 70 x/mnt. Ibu mempunyai
riwayat PEB. Di dalm keluarga tidak mempunyai penyakit yang menurun. Bayi
merupakan anak kedua, anak pertama perempuan. Orangyau berencana mengasuh
bayinya sendiri. Bayi mendapat susu formula melalui sonde, tidur 16 jam perhari, diseka
2 kali sehari pagi dan sore, BAB waran hitam. Bayi mendapat infus D10 160 cc/24 jam,
O2 nasal canula. Hasil pemeriksaan fisik: bayi dapar bergefrak, menangis, kulit
kemerahan, suhu 36,1 0C, nadi 146 x/mnt frekuensi nafas 60 x/mnt, TB 1650 gr, TB 42
cm, kepala lonjong, bersih, ubun-ubun datar, mata simetris, pupil isokor, warna bibir
kemarahan, terpasang NGT, pada leher tdk ad ape,besarankelenjar tiroid, thorak simetris,
suara nafas grokgrok, lingkar abdomen 24 cm, BU 8 x/mnt, cubitan kulit perut kembali 2
detik, jumlah jari lengkap. Reflek moro +, Babinski +, swallowing -, breathing +, eyelink
+, pupillay +, tinik neck -. Hasil pemeriksaan lab: HB 16,6 g/dl, Leukosit 11,8 x103/ul,
Hematokrit 48,1 %. Terapi: O2 nasal kanul 1 L/mnt, D10 160 cc/24 jam, inj viccilin 2 x
150 mg, inj latimin 6 x 2.

17
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Marselia Shafira Fharadina


NIM : 0117052
Ruangan : Anak No. Reg. : 045xxx
Pengkajian diambil : 16-07-2020 Jam : 10.12 BBWI

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama Pasien : By. Ny. N Tgl. MRS : 16-07-2020
Umur : 1 hari Diagnosa Medis : RDS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : Sidoarjo

2. Riwayat Keperawatan Klien


a) Keluhan Utama :
Bayi Ny. N mengatakan bahwa bayinya sesak.
b) Riwayat Keperawatan Sekarang :
Pada tgl 16 juli 2020 bayi lahir dengan usia kandungan 34 mg, jenis kelamin
laki-laki melalui SC, berat badan saat lahir 1650 gr, panjang badan 42 cm
dan lingkar kepala 30 cm. bayi memangis kuat, warna kuli tmerah muda
SpO2 98%, frekuensi nafas 70 x/mnt. Bayi mendapat susu formula melalui
sonde, tidur 16 jam perhari, diseka 2 kali sehari pagi dan sore, BAB waran
hitam.

c) Riwayat keperawatan yang lalu :


Ibu mempunyai riwayat PEB (preeklamsia berat)
d) Riwayat Kesehatan Keluarga :

18
Di dalm keluarga tidak mempunyai penyakit yang menurun.
e) Riwayat Kehamilan :
Ibu sering merasa sakit punggung dan mual

f) Riwayat Persalinan :
Anak kedua, jenis kelamin sc melalui sc.
Ibu mempunyai riwayat PEB (preeklamsia berat)

3. Pola Aktivitas Sehari – hari (11 Pola Gordon)


1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
BAyi I umur 1 hari, bayi dapat bergerak, menangis, kulit kemerahan,
suhu 36,1 0C, nadi 146 x/mnt frekuensi nafas 60 x/mnt, TB 1650 gr, TB
42 cm, lingkar abdomen 24 cm, saat pengkajian bayi sesak
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Bayi mendapat susu formula melalui sonde, tidur 16 jam perhari, diseka
2 kali sehari pagi dan sore.
3. Pola Eliminasi
Bayi BAB bewarna hitam,
4. Pola Aktivitas-Latihan
Bayi dapar bergefrak, menangis
5. Pola Istirahat-Tidur
Bayi tidur 16 jam perhari
6. Pola Kognitif-Persepsi (Sensori)
Reflek moro (+), Babinski (+), swallowing (-), breathing (+), eyelink
(+), pupillay (+), tinik neck (-)
7. Pola Konsep Diri
8. Pola Hubungan Peran
Bayi masih di rawat bersama keluarganya
9. Pola Seksual-Reproduksi
Tidak di kaji
10. Pola Penanganan Masalah Stres
Tidak di kaji
11. Pola Keyakinan & Nilai
19
Tidak di kaji

4. Pemeriksaan Fisik
a) Kesan umum / keadaan umum :

b) Tanda – tanda Vital


Suhu tubuh : 36,1 ºC Nadi : 146 x/mnt
TD : - Respirasi : 60 x/mnt

c) Pemeriksaan Antropometri
1) BB : 1650 gram
2) PB : 42 cm
3) LK : 30 cm
4) L abdomen : 24 cm
5) LILA : -

d) Pemeriksaan kepala dan leher :


1) Kepala dan rambut :
Kepala lonjong, bersih, ubun-ubun datar.
2) Mata :
Mata simetris, pupil isokor
3) Hidung :
Hidung terpasang NGT, normal
4) Telinga :
Telinga simetris, tidak ada lesi
5) Mulut dan Faring :
Warna bibir kemarahan
6) Leher :
Pada leher tdk ada ape (arus puncak ekspirasi) , tidak ada besaran
kelenjar tiroid
7) Pemeriksaan Integumen ( kulit )
Turgor kulit pada bayi baik, warna kulit merah muda.
8) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Tidak ada benjolan, tidak ada lesi

20
9) Pemeriksaan Thoraks / Dada
a) Thoraks : simetris, tidak ada jejas.
b) Paru : Suara nafas grok grok. (ronki)
c) Jantung : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 tunggal.
10) Pemeriksaan Abdomen
Lingkar abdomen 24 cm, BU 8 x/mnt, cubitan kulit perut kembali 2
detik
11) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
Testis sudah turun di skrotum.
12) Pemeriksaan Muskuloskeletal

Kekuatan otot bayi baik.


5 5
5 5

13) Pemeriksaan Neurologi


- Reflek moro (+)
- Babynski (+)
- Swallowing (-)
- Breating (+)
- Eyelink (+)
- Pupil lay (+)
- Tinick (-)
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Labolatorium
- HB 16,6 g/dl
- Leukosit 11,8 x103/ul
- Hematokrit 48,1 %.

6. Penatalaksanaan dan Terapi


- O2 nasal kanul 1 L/mnt
- D10 160 cc/24 jam
- Inj viccilin 2 x 150 mg,
- Inj latimin 6 x 2.

21
7. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Ds : Bayi terlihat sesak Gangguan pertukaran


Do: Bayi lahir prematur gas
S : 36,1 ºC
N : 146 x/mnt
Inadekuat surfaktan
RR : 60 x/mnt
Ronchi
Alveolus kolaps
Warna bibir kemerahan

Vebtilasi berkurang

Hipoksia

Gangguan pertukaran
gas

Ds: - Menyusui tidak efektif


Bayi lahir prematur
Do:
-Mimun susu formula Inadekuat surfaktur
menggunakan sonde
Peningkatan usaha nafas
- BB : 1650 gram
- Swallowing (-)
Takopnea

22
Refleks hisap menurun

Refleks hisap menurun

Menyusuhi tidak efektif

8. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak edekuatan reflek
memghisap bayi.

9. Intervensi
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
pertukaran gas intervensi
- Monitor frekuensi, irama, ke
berhubungan keperawatan selama
dalaman dan upaya nafas
dengan ventilasi- 1x24 jam, maka
- Monitor pola nafas
perfusi. (D.0003) pertukaran gas
- Monior adanya sumbatan jalan
meningkat dengan
nafas
kriteria hasil:
- Monitor saturasi O2
- Monitor nilai AGD
 Dipsneu
- Atur interval pemantauan respirasi
meningkat (1)
- Dokumentasikan hasil pemantauan
 Bunyi nafas
- Informasikan hasil pemantauan
tambahan (1)

2. Menyusui tidak Setelah dilakukan Pemberia kesempatan menghisap pada


efektif intervensi bayi
berhubungan keperawatan selama Observasi :
dengan ketidak 1x24 jam, maka - Observasi monitor pernafasan bayi
adekuatan reflek status menelan - Monitor tanda vital dan perdarahan

23
menghisap bayi. membaik dengan setelah melahirkan
(D.0029) kriteria hasil: Terapeutik :
- Berikan ibu kesempatan untuk
 Reflek menelan rawat gabung
meningkat (5) - Fasilitasi ibu dengan untuk sdemi
 Usaha menelan fowler
meningkat (5) - Fasilitasi ibu posisi nyaman
- Buka pakaian bagian atas ibu
- Hindari membersihkan dada ibu
dari keringat
- Buka pakaian bayi, kenakan popok
dan topi bayi
- Letakkan bayi dengan posisi
tengkurap langsung di antara
payudara ibu
- Berikan kehangatan dengan
menyelimuti punggung bayi dan
kenakan topi
- Berikan waktu kepada bayi apabila
kegiatan menyusu di mulai
- Berikan kesempatan ibu untuk
memposisikan dan menggendong
bayi dengan benar
- Pindahkan bayi setelah bayi selesai
menyusu dengan melepas sendiri
puting ibu
- Letakkan bayi di samping ibu atau
tempat tidur bayi di samping
tempat tidur ibu, sehingga
memudahkan lagi kegiatan
menyusui
Edukasi
- Anjurkan memberi kesempatan

24
bayi sampai lebih dari satu jam
atau bayi sampai menunjukkan
tanda tanda siap menyusu

LITELATUR

25
Muna,Lailatul. Aduhan Keperawatan Pada bayi dengan RDS.
Website:https://www.academia.edu/35381409/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_B
AYI_DENGAN_RDS. Diakses tanggal 13 Juli 2020
Sandi,Kata.LP Askep RDS Pada Bayi
Website:https://www.academia.edu/36644088/Lp_Askep_Rds_Pada_Bayi. Diakses
tanggal 13 Juli 2020
Safru,Alfa. Askep RDS (BIBA DAN ARUM). Website:
https://www.academia.edu/30378546/ASKEP_RDS_BIBA_and_ARUM_. Diakses
tanggal 13 Juli 2020
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

26

Anda mungkin juga menyukai