LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN
MOBILITAS AKTIVITAS AKIBAT PATOLOGI SISTEM
PENURUNAN FUNGSI PERSYARAFAN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS STROKE
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA MEDIS
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba
dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer
Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak ( Elizabeth J.
Corwin, 2002 ).
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit
neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak non traumatic
(Mansjoer 2002)
Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari proses patologis
pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura dinding pembuluh atau
penyakit vaskuler dasar (Prince, 2002).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat. Berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler.
Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu.
A.3. ETIOLOGI
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah
dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler otak yang berkaitan erat
dengan kejadian.
a. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40% dari semua kasus
stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan
fokal dinding pembuluh darah akibat anterosklerosis.
b. Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga masalah yang
dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung. Sedangkan menurut
price (2002) mengatakan bahwa stroke haemoragi disebabkan oleh perdarahan serebri.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah
terjadi dari daerah otak dan atau subaracnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan
tergeser. Perdarahan ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.
Menurut Harsono ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan antara lain:
a. Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Kira-kira ¾ harus perdarahan sub arachnoid disebabkan oleh pecahnya seneusisma 5-6%
akibat malformasi dari arteriovenosus.
b. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Penyebab yang paling sering adalah hipertensi, dimana tekanan diastolik pecah.
Harsono (2002) membagi faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan Stroke yaitu:
1) Faktor risiko utama
a) Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan
sel-sel otak akan mengalami kematian.
b) Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran
besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah
yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan
kematian sel- sel otak.
c) Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian hari seperti
Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan
gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan
hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel /
jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah.
c. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam seminggu. Makin
sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk mengalami stroke semakin besar.
d. Faktor Resiko Tambahan
1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida. Meningginya kadar
kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya asterosklerosis atau menebalnya
dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.
2) Kegemukan atau obesitas
3) Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah
terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah.
4) Riwayat keluarga dengan stroke
5) Lanjut usia
Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat
menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan otak.
6) Kadar asam urat darah tinggi
7) Penyakit paru- paru menahun.
1) Kebutuhan psikososial
Gangguan emosional, terutama ansietas, frustasi dan depresi merupakan masalah
umum yang dijumpai pada penderita pasca stroke. Korban stroke dapat memperlihatkan
masalah-masalah emosional dan perilakunya mungkin berbeda dari keadaan sebelum
mengalami stroke. Emosinya dapat labil, misalnya pasien mungkin akan menangis namun pada
saat berikutnya tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk itu, peran perawat adalah untuk
memberikan pemahaman kepada keluarga tentang perubahan tersebut.
Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi perilaku pasien seperti
seperti mengendalikan simulasi di lingkungan, memberikan waktu istirahat sepanjang siang hari
untuk mencegah pasien dari kelelahan yang berlebihan, memberikan umpan balik positif untuk
perilaku yang dapat diterima atau perilaku yang positif, serta memberikan pengulangan ketika
pasien sedang berusaha untuk belajar kembali satu ketrampilan.
2) Rehabilitasi selama di rumah sakit
Rehabilitasi di rumah sakit memerlukan pengkajian yang sistematik dan evaluassi dari
defisit dan perbaikan fungsi pasien. Fokus perawatan adalah langsung membantu pasien belajar
kembali kehilangan keterampilan yang dapat membentu kembali kemungkinan kemandirian
pasien. Pada fase ini pasien dimonitor secara hati-hati untuk mencegah berkembangnya
komplikasi yang lebih lanjut. Adapun intervensi yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut :
a) Anjurkan pasien untuk mengerjakan sendiri ”personal Hygiene” semampunya.
b) Ajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menghargai cara pasien
mengkompensasi ketidakmampuan pasien.
c) Anjurkan pasien untuk latihan di tempat tidur.
d) Berikan spesial perawatan kulit.
e) Berikan privacy dengan menggunakan penutup jika ia belajar keahlian baru seperti
belajar makan sendiri.
f) Berikan support emosional.
g) Berikan empati pada perasaan klien.anjurkan keluarga untuk berpartisipasi.
3) Perencanaan pasien pulang
Untuk mencegah kembalinya klien ke rumah sakit, diperlikan suatu program untuk
membimbing klien dan keluarga yang tercakup dalam perencanaan pulang. Perencanaan
pulang dilakukan segera setelah klien masuk rumah sakit, yang dilakukan oleh semua anggota
tim kesehatan. Perencanaan pulang yang baik adalah perencanaan pulang yang tersentralisasi,
terorganisir, dan melibatkan berbagai anggota tim kesehatan.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
melalui asuhan keperawatan mutlak harus mengikuti dan berperan aktif dalam mementukan
rencana pemulangan klien, sehingga klien mendapatkan pelayanan yang holistik dan
komprehensif.
Tujuan perencanaan pulang :
a)Mempersiapkan klien untk menyesuaikan diri dengan rumah dan masyarakat.
b)Agar klien dan keluarga mempunyai pengetahuan dan ketrampilan serta sikap dalam
memperbaiki dan mempertahankan status kesehatannya.
c) Agar klien dan keluarga dapat menerima keadaan diri klien jika terdapat gejala sisa
( cacat )
d)Membantu merujuk klien ke pelayanan kesehatan lain.
Mengingat banyaknya informasi dan pendidikan yang harus diterima oleh klien selama
perawatan maupun dalam persiapan untuk pulang, maka prinsip belajar mengajar juga harus
diperhatikan dalam proses rencana pemulangan.
Informasi untuk klien dan keluarga :
a) Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
b) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan perawatan.
c) Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis, jika klien bisa membaca.
d) Motivasi klien mengikuti langkah-langkah tersebut selama perawatan dan pengobatan.
e) Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yabg harus dilaporkan kepada tim kesehatan.
f) Anjurkan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pengawasan dan perawatan klien.
g) Berikan keluarga nomor penting yang dapat dihubungi bila klien perlu pertolongan
medis.
Aneurisma
Vasospasme arteri
Cerebral/ saraf cerebral Perfusi jaringan cerebral tdk
Penurunan penekanan adekuat
kesadaran saluran
pernafasan Iscemic/Infark
Hemisfer kiri
Defisit Neurologi
Pola nafas Hemiparese/ plegi kanan
tidak efektif
Hemisfer kanan
Gangguan mobilitas fisik
Area Grocca
Hemiparese/plegi kiri
Defisit
perawatan
Kerusakan komunikasidiri
verbal
Resiko Resiko Resiko
Aspirasi Trauma Jatuh
B. ASUHAN KEPERAWATAN
B.1. DAFTAR DX KEPERAWATAN YG MUNGKIN MUNCUL PADA KASUS(Minimal 3
diagnosis Keperawatan) & DEFINISI MASALAH KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
(Lihat buku SDKI, SLKI dan SIKI)
1) Diagnosis Keperawatan :
kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan
dan ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi otot
Definisi :
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
DS & DO Yg mendukung :
DS :
1. Menolak melakukan perawatan diri
DO :
1. Tidak mampu mandi / mengenakan pakaian / makan / ketoilet / berhias secara mandiri
2. Mina melakukan perawatan diri kurang
2) Diagnosis Keperawatan :
Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, reflek batuk tidak
adekuat
Definisi :
Ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
DS & DO Yg mendukung :
DS :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
DO :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
3) Diagnosis Keperawatan : .
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kesadaran, paresis/plegia.
Definisi :
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri
DS & DO Yg mendukung :
DS :
1. Byeru saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
DO :
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
1. Pahria, Tuti, dkk. 2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : EGC.
2. Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakar
ta: EGC
3. Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth vol 3.
Jakarta : EGC.
4. Brunner & Suddarth.2002, Keperawatan Medikal-Bedah vol.2. Jakarta : EGC.
5. Doengoes M. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
6. Batricaca, B.Fransisca.2008.Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
7. Ners,anda.2010.Askepstroke,:Http://Andaners.Wordpress.Com/2009/01/06/Asuhan-
Keperawatan-Pada-Klien-Stroke/