Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

Perawatan Pasien Dengan Gangguan Neurologis Kritis

CVA (Cerebrovaskular Accident)

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Diky Anggi Setiawan (17631635)


2. Bayu Aji Saputra (17631613)
3. Iffah Alya Safira (17631616)
4. Ratih Purbaningtyas (17631614)
5. Rizqi Fauziyah Arrohmah (17631603)

PRODI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PONOROGO

2020
Topik Diskusi : Perawatan Pasien Dengan Gangguan Neurologis Kritis
Kasus : CVA (Cerebrovaskular Accident)
a. Penyakit dalam sistem neurologis yang yang memerlukan perawatan kritis :
Kelompok kami mengambil penyakit CVA (Cerebrovaskular Accident)
CVA adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang
berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global
yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa
kematian),yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler
(Mansjoer, 2000).
Menurut Geyer (2009) CVA adalah sindrom klinis yang ditandai dengan berkembangnya
tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah.

Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:


1. Stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa
darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran
darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke
iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
2. Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan
menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi
yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi hipertensi yang tidak
terkendali, melemahnya dinding pembuluh darah, dan pengobatan dengan pengencer
darah. Stroke hemoragik terdiri dari dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan
subarachnoid.
b. Megapa penyakit dengan gangguan sistem neurologis tersebut memerlukan perawatan
kritis?
Karena CVA merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab
kematian nomor dua di dunia. Duapertiga CVA terjadi di negara berkembang. Pada
masyarakat barat, 80% penderita mengalami CVA iskemik dan 20% mengalami CVA
hemoragik. Insiden CVA meningkat seiring pertambahan usia. (Dewanto dkk, 2009).
Stroke/ CVA hemoragik, sekitar 15% sampai 20% penyebab dari semua kasus CVA, dan
dapat terjadi apabila lesi vaskular intra serebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian
dari lesi vaskular dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma
sakular dan malformasi arteriovena (MAV). (Price,2005) Dampak dari terjadinya
serangan stroke akan mengakibatkan berbagai gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia baik bio, psiko, sosial dan spiritual.
Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, dan sebagian besar komplikasi
tersebut berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:
 Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di
tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein
thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga
aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan
risiko untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat diobati
dengan obat antikoagulan.
 Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu
menumpuknya cairan otak di dalam rongga jauh di dalam otak (ventrikel). Dokter
bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan
yang menumpuk tersebut.
 Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan,
akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan.
Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi
c. Penatalaksanaa kritis untuk penyakit dengan gangguan sistem neurologis kritis :
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam
menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan CVA sedini
mungkin, karena ‘jendela terapi dari CVA hanya 3-6 jam. Hal yang harus dilakukan
adalah:

1) Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing, Circulation)


2) Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas
3) Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan
kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 %
dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema otak
4) Berikan oksigen 2-4 liter/ menit melalui kanul hidung
5) Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut
6) Buat rekaman elektro kardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks
7) Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap
dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa
protrombin, dan masa trombo-plastin parsial
8) Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas darah
arteri, dan skrining toksikologi
9) Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
10) CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia (Mansjoer, 2000).
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A, Triyanti K, Syafitri R, Wardhani IW, Setiowulan., 2000. “Stroke.” Dalam


Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 1 hal 18. Jakarta: Media aesculapius FK UI.

2. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa:
Brahm U. Pendit. Editor: Huriawati Hartanto. Edisi VI. Jakarta: EGC.

3. Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf.
hal.25. Jakarta: EGC.

4. Geyer, James D. & Gomez, Camilo R. 2009. Stroke A Practical Approach. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer Business. Page: 15.

5. https://www.halodoc.com/kesehatan/stroke
 SCRENSHOOT HASIL DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai