Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

Disusun oleh :

Nama : SINTA SARI


Kelas : 7B
NIM : 2017720232

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020

LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM NEUROLOGI
A. Konsep DasarPenyakit
1. Definisi
CVA atau cedera serebrovaskular adalah gangguan suplai darah otak secara mendadak
sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat pecahnya pembuluh darah
otak. Gangguan pada aliran darah ini aka menguramgi suplai oksigen, glukosa, dan nutrien
lain kebagian otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang terkena dan mengakibatkan
gangguan pada sejumlah fungsi otak (Hartono, 2010).
Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
dalam otak yang timbul secara mendadak dan akut dalam beberapa detik atau secara tepat
dalam beberapa jam yang berlangsung lebih dari 24 jam dengan gejala atau tanda tanda sesuai
daerah yang terganggu (Irfan, 2012).
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan
anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang
lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Mutaqin, 2011).
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran
darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik)
dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke Hemoragik adalah pendarahan intraserebri dan pendarahan subarachnoid yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu , terjadi saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun biasa juga terjadi saat istirahat (Muttaqin,2008 dalam
Hani,2017:1).
Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan neurologis yang disebabkan
oleh sumbatan atau interupsi sirkulasi darah normal ke otak.Dua tipe stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik lebih jauh dibagi menjadi hemoragik
intrasrebral dan hemoragik subaraknoid (Weaver & Terry, 2013)

2. Manifestasiklinis
Stroke menyebabkan defist neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat, ukuran area yang perfusinya yang tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu fungsi tubuh (hemiparase atau hemipelgia)
2. Tonus otot lemah atau kaku
3. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiperasis ) yang timbul
mendadak.
4. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
5. Menurunnya atau hilang rasa
6. Disastria (bicara pelo atau cadel)
7. Gangguan lapang pandanf (homonimus hemianopsia)
8. Gangguan status mental
9. Gangguan persepsi
10. Vertigo,mual,muntah, atau nyeri kepala.

3. Etiologi
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan yangmenyumbat pembuluh
darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah keotak.Gumpalan dapat berkembang
dari akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah. Faktor
resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar lipid
darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam keluarga.
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya perdaraha
subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM (malformasi
arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor resiko dari
penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau kematian.Pada
aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa terjadi kongenital atau
akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry
& Weaver, 2013). Berikut adalah hal-hal yang menyebabkan gangguan peredaran darah
otak, yaitu:

a. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada arteriosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan
b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya pada syok dan
hiperviskositas darah
c. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh darah ekstrakranium
d. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid

4. Pemeriksaanpenunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada pasien stroke meliputi:
1. Hematologi : Darah lengkap, GDA dan kolesterol
2. EKG : Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya iskemik miokard, aritmia, atrial fibrilasi
3. CT Scan / MRI : Untuk menilai apakah stroke disebabkan oleh infark atau perdarahan dan
memastikan apakah lesi disebabkan oleh tumor atau abses dengan gejala mirip stroke
4. Cerebral Angiografi : mengidentifikasi lesi carotid ekstrakranial yang dapat dioperasi
5. USG : mendeteksi adanya stenosis atau oklusi pada arteri karotis interna
6. ECHO : Menilai ada/tidaknnya kelainan jantung
5. Penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi
1. Penatalaksanaan umum
a. Pada fase akut
- Pertahankan jalan napas, pemebrian oksigen, pengguanaan ventilator
- Monitor peningkatan tekanan intracranial
- Monitor fungsi pernafasan : Analisa gas darah
- Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
- Evaluasi status cairan dan elektrolit
- Control kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah
resiko injury
- Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan
- Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan anti koagulan
- Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil,
fungsi sensorik dan motoric, nervus kranial dan reflex

b. Fase rehabilitasi
- Pertahankan nutrisi yang adekuat
- Program managemen bladder dan bowel
- Mempertahankan keseimbangan tubuh dan gerak sendi (ROM)
- Pertahankan integritas kulit
- Perthanankan komunikasi yang efektif
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
- Persiapan pasien pulang
2. Pembedahan
Dilakukan jika perrdarahan serebrum diameter lebih dari dari 3 cm atau volume lebih
dari 50 cm untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila
ada hidrosefalus obstruktif akut.
3. Terapi obat-obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke
a) Stroke iskemia
• Pemebrian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue plasminogen)
• Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung atau
alfa beta, kaptopril, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi.
b) Strok haemoragik
• Antihipertensi : katropil, antagonis kalsium
• Diuretic : mannitol 20%, furosemide
• Antikonvulsan : fenitoin.
a. Farmakologis
1. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial.
2. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombositmemainkan peran
sangat penting dalam pembentukan trombus dan ambolisasi. Antiagresi trombosis
seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi trombosis
yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
3. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler (Mutaqin,
2011)

b. Non farmakologi
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses pemulihan
kondisi pasca stroke :
1. Fisioterapi
Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk menangani kondisi stroke
stadium akut
2. Akupuntur
Akupuntur merupakan metode penyembuhan dengan cara memasukkan jarum
dititik-titk tertentupada tubuh penderita stroke. Akupuntur dapat mempersingkat
waktu penyembuhan dan pemulihan gerak motorik serta ketrampilan sehari-hari
3. Kolam hidroterapi
digunakan untuk merehabilitasi gangguan saraf motorik pasien pascastroke. Kolam
hidroterapi berisi air hangat yang membuat tubuh bisa bergerak lancar,
memperlancar peredaran darah dengan melebarnya pembuluh darah,
dan memberikan ketenangan
4. Senam Ergonomik
Senam ini berfungsi untuk melatih otot-otot yang kaku dengan gerakan-gerakan
yang ringan dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi penderitanya. Senam
ergonomik diawali dengan menarik napas menggunakan pernapasan dada. Hal ini
bertujuan supaya paru-paru dapat lebih banyak menghimpun udara.
5. Pemeriksaan Saraf Kranial
a. Saraf 1 (olfaktorius)
Teknik pemeriksaan dimulai dengan mata klien ditutup dan pada saat yang
sama satu lubang hidung ditutup, klien diminta membedakan zat aromatis
lemah seperti vanili, cologne dan cengkeh
b. Saraf II (optikus)
Pemeriksaan saraf optikus meliputi tes ketajaman penglihatan, tes lapang
pandang dan tes fundus
c. Saraf III (okulomotor), IV (troklearis), VI (abdusen)
Pemeriksaan saraf okulomotor, troklearis dan abdusen meliputi pemeriksaan
fungsi dan reaksi pupil, observasi bentuk dan ukuran pupil, perbandingan pupil
kanan dan kiri, pemeriksaan refleks pupil, pemeriksaan gerakan bolamata
volunter dan involunter
d. Saraf V (trigeminus)
Pemeriksaan fungsi saraf trigeminus meliputi pemeriksaan fungsi motorik saraf
trigeminus, pemeriksaan fungsi saraf sensorik trigeminus dan pemeriksaan
refleks trigeminal
e. Saraf VII
Teknik pemeriksaan saraf fasialis adalah dengan menginspeksi adanya
asimetri wajah, kemudian lakukan tes kekuatan otot dengan meminta klien
memandang keatas dan mengerutkan dahi, selanjutnya klien disuruh menutup
kedua matanya dengan kuat dan bandingkan seberapa dalam bulu mata
terbenam dan kemudian mencoba memaksa kedua mata klien untuk terbuka
f. Saraf VIII (vestibulokoklearis/saraf akustikus)
Perawat dapat memeriksa fungsi vestibular dimulai dengan mengkaji adanya
keluhan pusing, gangguan pendengaran. Pemeriksaan vestibular dapat dengan
pemeriksaan pendengaran dengan garputala
g. Saraf IX dan X (glosofaringeus dan vagus)
Langkah pertama evaluasi saraf glosofaringeus dan vagus adalah pemeriksaan
palatum mole. Palatum mole harus simetris dan tidak boleh miring kesatu sisi.
Kalau klien mengucapkan “ah”, palatum mole harus terangkat secara simetris.
Reflek menelan diperiksa dengan memperhatikan reaksi wajah klien waktu
minum segelas air
h. Saraf XI (asesorius)
Fungsi saraf asesorius dapat dinilai dengan memperhatikan adanya atrofi
sternokleidomastoideus dan trapezius dan dengan menilai kekuatan otot
tersebut. Untuk menguji kekuatan otot sternokleidomastoideus, klien diminta
untuk memutar kepala ke arah satu bahu dan berusaha melawan usaha
pemeriksa untuk menggerakkan kepala ke arah bahu yang berlawanan.
Kekuatan otot sternokleidomastoideus pada sisi yang berlawanan dapat
dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi yang berlawanan
i. Saraf XII (hipoglosus)
Pada pemeriksaan klien disuruh menjulurkan lidahnya yang mana yang akan
berdeviasi kearah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower
motor neuron unilateral. Lessi upper motor neuron dari saraf hipoglosus
biasanya bilateral dan menyebabkan imobil dan kecil. Kombinasi lesi upper
motor neuron bilateral dari saraf IX,X, XII disebut kelumpuhan pseudobulber.
Lesi lower motor neuron dari saraf XII menyebabkan fasikulasi atrofi dan
kelumpuhan serta disartria jika lesinya bilateral
B. Konsep Dasar AsuhanKeperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
b. Keluhanutama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan
tingkat kesadaran.
c. Data riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
2. Riwayat penyakitdahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
3. Riwayat penyakitkeluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-
hari.
e. Aktivitassehari-hari
- Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,
bagaimana nafsu makan klien.
- Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol.
- Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK
apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke
mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural
f. Pemeriksaanfisik
1. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
2. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II),
gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar bola mata
(nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervusVI).
3. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius (nervus I).
4. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya kesulitan
dalam menelan.
5. Dada

- Inspeksi : Bentuksimetris
- Palpasi : Tidak adanya massa danbenjolan.
- Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantunglup-dup.
- Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan
II murmur ataugallop.
6. Abdomen

- Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidakada.


- Auskultasi : Bisisng usus agaklemah.
- Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidakada
7. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan
otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
- Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi samasekali.
- Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan padasendi.
- Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawangrafitasi.
- Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan
- Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya berkurang.
- Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh
2. Patofisiolgi

Stroke Hemoragik Stroke Iskemik


Peningkatan tekanan Trombus/Emboli di
sistemik cerebral

Aneurisma Suplai darah ke jaringan


cerebral tdk adekuat

Perdarahan Gangguan Perfusi Jaringan


arachnoid/ventrikel Serebral

Vasospasme arteri
Hematoma Cerebral Area
cerebral/saraf cerebral
Grocca

Iskemik/infark
PTIK/Hemiasi Cerebral Kerusakan
fungsi N. VII
dan N.XII
Defisit neurologi
Arteri Vertebra
Basilasris
Gangguan Komunikasi Verbal

Hemisfer kanan
Penurunan fungsi N.X
dan N.IX Hemisfer Kiri

Hemiparise kiri
Proses menelan tidak
efektif Hemiparise kanan

Refluks
Hambatan Mobilitas Fisik

Disfagia Gangguan Kebutuhan Nutrisi


3. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmmapuan untuk mengabsorpsi nutrisi
- Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusukan neurovaskuler ;
kerusakan sentral bicara
- Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai oksigen di otak
menurun
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
4. Perencanaan
a. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
dapat terpenuhi
Kritria Hasil :
a) Menjelaskan komponen kedekatan diet
b) Melaporkan keadekuatan tingkat gizi
c) Nilai laboratorium (mis : trasferin,albomen dan eletrolit) dalam batas
normal
d) Toleransi terhadap gizi yang dianjurkan.

Intevensi (NIC) :

1. Pengelolaan gangguan makanan


2. Pengelulaan nutrisi
3. Bantuan menaikkan BB
Aktivitas keperawatan :
1. Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan
Rasional : Motivasi klien mempengaruhi dalam perubahan nutrisi
2. Ketahui makanan kesukaan klien
Rasional : Makanan kesukaan klien untuk mempermudah pemberian
nutrisi
3. Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi
4. Rasional : Merujuk kedokter untuk mengetahui perubahan klien serta
untuk proses penyembuhan
5. Bantu makan sesuai dengan kebutuhan klien
Rasional : Membantu makan untuk mengetahui perubahan nutrisi serta
untuk pengkajian
6. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
Rasional : Menciptakan lingkungan untuk kenyamanan istirahat klien serta
untuk ketenangan dalam ruangan/kamar

b. Diagnosa : Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular,


kerusakan sentral bicara
Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan komunikasi klien dapat
berjalan dengan baik
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat mengekspresikan perasaan
b. Memahami maksud dan pembicaraan orang lain
c. Pembicaraan pasien dapat dipahami

Intervensi (NIC) :

1. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu
diulang
Rasional : Mencek komunikasi klien apakah benar-benar tidak bisa
melakukan komunikasi
2. Dengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara
Rasional : Mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi klien tersebut
3. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara
Rasional : Mengetahui derajat/tingkatan kemampuan berkomunikasi klien
4. Latih otot bicara secara optimal
Rasional : Menurunkan terjadinya komplikasi lanjutan
5. Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien
Rasional : Keluarga mengetahui & mampu mendemonstrasikan cara
melatih komunikasi verbal pd klien tanpa bantuan perawat
6. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara
Rasional : Mengetahui perkembangan komunikasi verbal klien
c. Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai
oksigen di otak menurun
Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan perfusi jaringan
dapat tercapai secara optimal
Kriteria Hasil :
a) Mampu mempertahankan tingkat kesadaran
b)Fungsi sensori dan motoric membaik
Intervensi (NIC)
1. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya
Rasional : Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan
penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda peningkatan TIK.
Napas tidak teratur menunjukkan adanya peningkatan TIK
2. Kaji respon motoric terhadap perintah sederhana
Rasional : Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien
3. Pantau status neurologis secara teratur
Rasional : Mencegah atau menurunkan atelektasis
4. Dorong latihan kaki aktif atau pasif
Rasional : Menurunkan statis vena
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya komplikasi

d. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot


Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukkan
peningkatan dalam mobilitas
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.
b. Meminta bantuan untuk beraktivitas mobilisasi jika diperlukan.
c. Menyangga BAB
d. Menggunakan kursi roda secara efektif.
Intevensi (NIC) :

1. Terapi aktivitas, ambulasi


2. Terapi aktivitas, mobilitas sendi.
3. Perubahan posisi
Aktivitas Keperawatan :
1. Ajarkan klien tentang dan pantau penggunaan alat
Rasional : Mengajarkan klien tentang dan pantau penggunaan alat
bantu mobilitas klien lebih mudah.
2. Bantu mobilitas.
Rasional : Membantu klien dalam proses perpindahan akan membantu
klien latihan dengan cara tersebut.
3. Ajarkan dan bantu klien dalam proses perpindahan
4. Rasional : Pemberian penguatan positif selama aktivitas akan mem-
bantu klien semangat dalam latihan.
5. Berikan penguatan positif selama beraktivitas
6. Rasional : Mempercepat klien dalam mobilisasi dan mengkendorkan
otot-otot
7. Dukung teknik latihan ROM
Rasional : Mengetahui perkembangan mobilisasi klien sesudah latihan
ROM
8. Kolaborasi dengan tim medis tentang mobilitas klien
Rasional : Kolaborasi dengan tim medis dapat membatu peningkatkan
mobilitas pasien seperti kolaborasi dengan fisioterapis
DAFTAR PUSTAKA

Esti, Amira dan Trimona Rita. 2020. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Askep
Stroke. Padang : Pustaka Galeri Mandiri
Battica, F.B. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika
Arif, M. 2010. Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. Jakarta : Salemba
Madika
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 7. Jakarta : EGC
Hidayat, A.A.A. 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai