Anda di halaman 1dari 4

STROKE

1. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat terhambatnya aliran darah ke otak
karena pendarahan maupun sumbatan pembuluhdarah dengan tanda dan gejala sesuai
bagian otak yang terkena yang terkadang dapat sembuh dengan sempurna, sembuh
dengan kecacatan, atau sampai dengan kematian (Smeltzer, 2010; Price, S.A & Wilson,
2012). Badan organisasi dunia WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan fungsional
otak yang terjadi secara mendadak dengan manisfestasi klinik baik lokal maupun global
yang berlansung lebih dari 24 jam karena adanya gangguan aliran darah ke otak.

Penyakit stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak (cerebrovaskuler) yang


ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan berkurangnya
aliran darah dan oksigen di otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa
disebabkan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah sehingga
mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel – sel
otak (Agromedia, 2009).

Matinya jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan otak tersebut. Apabila tidak ditangani secara tepat, penyakit ini dapat berakibat
fatal dan berujung pada kematian. Meskipun dapat diselamatkan, kadang – kadang si
penderita mengalami kelumpuhan pada 78 anggota badannya, menghilangnya sebagaian
ingatan, atau menghilangnya kemampuan berbicara. Bentuknya dapat berupa lumpuh
sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis),
gangguan bicara, serta gangguan rasa di kulit wajah, lengan, atau tungkai (Agromedia,
2009).

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan
stroke hemorragik. Berikut penjelasan kedua jenis stroke tersebut (Agromedia, 2009) :

1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada sel – sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan
nutrisi yang disebabkan penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah
(ateriosklerosis). Arteriosklerosis terjadi akibat timbunan lemak pada arteri yang
menyebabkan luka pada dinding arteri. Luka ini menimbulkan gumpalan darah
(thrombus) yang mempersempit arteri. Gumpalan ini dapat juga terbawa aliran darah dan
menyangkut di pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebabkan penyumbatan.
Hampir sebagaian besar pasien atau sebesar 83% pasien stroke mengalami stroke
iskemik. Stroke iskemik menyebabkan aliran darah ke sebagaian atau keseluruhan otak
menjadi terhenti.

Berikut jenis – jenis stroke iskemik berdasarkan mekanisme penyebabnya :

a. Stroke trombotik merupakan jenis stroke yang disebabkan terbentuknya thrombus


yang membuat penggumpalan.

b. Stroke embolik merupakan jenis stroke yang disebabkan tertutupnya pembuluh arteri
oleh bekuan darah.

c. Hipoperfusion sistemik merupakan jenis stroke yang disebabkan berkurangnya aliran


darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

2. Stroke Hemorragik
Stroke hemorragik adalah stroke perdarahan yang terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah di otak. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah mengenai dan
merusak sel – sel otak di sekitarnya. Selain itu, sel otak juga mengalami kematian karena
aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi terhenti. Stroke jenis ini terjadi sekitar
20% dari seluruh pasien stroke. Namun, 80% dari orang yang terkena stroke hemorragik
mengalami kematian dan hampir 70% kasus stroke hemorragik terjadi pada penderita
hipertensi.

Menurut letaknya, stroke hemorragik dibagi menjadi dua jenis, sebagai berikut :

a. Hemorragik intraserebral, yakni perdarahan terjadi di dalam jaringan otak.

b. Hemorragik subaraknoid, yakni perdarahan terjadi di ruang subaraknoid (ruang


sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

3. Tanda dan Gejala


1) Face (wajah): wajah mungkin jatuh di satu sisi, orang tersebut mungkin tidak dapat
tersenyum, atau mulut atau matanya mungkin terkulai.
2) Arms (lengan): orang yang diduga terkena stroke mungkin tidak dapat mengangkat
kedua lengan dan menahannya. Hal ini karena stroke sudah menyebabkan kelemahan
atau mati rasa pada salah satu lengan.
3) Speech (cara bicara): ucapan terdengar tidak jelas atau kacau, atau orang tersebut
mungkin tidak dapat berbicara sama sekali meskipun tampak terjaga. Selain itu,
mungkin juga kesulitan memahami apa yang Anda katakan.
4) Mati rasa yang terjadi secara tiba-tiba atau kelemahan di wajah, lengan, atau kaki,
terutama di satu sisi tubuh.
5) Kebingungan, kesulitan berbicara, atau kesulitan memahami pembicaraan.Kesulitan
melihat di satu atau kedua mata secara tiba-tiba.
6) Kesulitan berjalan
7) Kehilangan keseimbangan, atau kurang koordinasi.
8) Pusing dan sakit kepala parah yang tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.

4. Penatalaksanaan
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015) penatalaksanaan umum stroke terbagi atas :

1) Pada Fase akut


a. Terapi cairan, terapi oksigen, peningkatan tekanan intra kranial (TIK), monitor fungsi
pernafasan, analisa gas darah, monitor jantung dan TTV, periksa EKG, evaluasi status
cairan dan elektrolit
b. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri
c. Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi labung dan pemberian
makanan
d. Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
e. Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi
sensorik dan motorik, nervus cranial dan reflex
2) Fase Rehabilitasi
a. Pertahankan nutrisi yang adekuat, program manajemen bladder dan bowel
b. Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
c. Pertahankan integritas kulit , pertahankan komunikasi yang efektif, pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, dan persiapan pasien pulang

3) Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih
dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikuloperitoneal bila ada
hidrosefalus obstrukis akut

4) Terapi Obat-obatan
a. Anti hipertensi : Katropil, antagonis kalsium

b. Diuretic : manitol 20%, furosemid

c. Antikolvusan : fenitoin

5. Diagnosa keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
3) Risiko jatuh
4) Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting, berhubungan dengan
kelemahan neuromuskuler
5) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi
6) Kurangnya pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai