Disusun Oleh:
PUPUT IRNA AQDIA
108115049
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
C. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga
dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses
yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik
yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal
dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat
pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
1) Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dan
bagian kiri atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis.
3) Fibrilasi atrium
4) Infarksio kordis akut
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung
miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-sided
circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah
trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi
mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung
kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh
infark miokard dan 85 persen di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah
terjadinya infark miokard.
2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi
yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan
diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik
(contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motoric
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)
atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Hemisfer kiri Hemisfer kanan
· Mengalami hemiparese kanan · Hemiparese sebelah kiri tubuh
· Perilaku lambat dan hati-hati · Penilaian buruk
· Kelainan lapan pandang kanan · Mempunyai kerentanan terhadap sisi
· Disfagia global kontralateral sehingga memungkinkan
· Afasia terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut
· Mudah frustasi
E. Pathways
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu lima
tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai 42%.
2. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai enam
kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama terjadinya
stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi menurut
JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah lebih
tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin
besar karena mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah,
sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.
3. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska
oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering menyebabkan
stroke adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya pengumpulan darah
di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah otak.
4. (DM) Diabetes melitus
Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel
pembuluh darah yang berlangsung secara progresif. Menurut penelitian Siregar F
(2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita
diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan
yang tidak menderita diabetes mellitus.
5. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis
penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma
sehingga lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum,
ikatan ini menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron,
lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL),
dan lipoprotein densitas tinggi (HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang
paling tinggi kadar kolesterolnya, VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya,
kadar protein tertinggi terdapat pada HDL. Hiperlipidemia menyatakan
peningkatan kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi
ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko stroke, merusak
dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kadar
kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL <40mg/dl, trigliserida
>150mg/dl dan trigliserida >150mg/dl akan membentuk plak di dalam pembuluh
darah baik di jantung maupun di otak. Menurut Dedy Kristofer (2010), dari
penelitianya 43 pasien, di dapatkan hiperkolesterolemia 34,9%, hipertrigliserida
4,7%, HDL yang rendah 53,5%, dan LDL yang tinggi 69,8%.
G. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi
Gangguan yang biasanya terjadi yaitu gangguan motorik (hemiparese), sensorik
(anestesia, hiperestesia, parastesia/geringgingan, gerakan yang canggung serta
simpang siur, gangguan nervus kranial, saraf otonom (gangguan miksi, defeksi,
salvias), fungsi luhur (bahasa, orientasi, memori, emosi) yang merupakan sifat khas
manusia, dan gangguan koordinasi (sidrom serebelar) :
1. Disekuilibrium yaitu keseimbangan tubuh yang terganggu yang terlihat seseorang
akan jatuh ke depan, samping atau belakang sewaktu berdiri
2. Diskoordinasi muskular yang diantaranya, asinergia, dismetria dan
seterusnya.Asinergia ialah kesimpangsiuran kontraksi otot-otot dalam
mewujudkan suatu corak gerakan. Dekomposisi gerakan atau gangguan
lokomotorik dimana dalam suatu gerakan urutan kontraksi otot-otot baik secara
volunter atau reflektorik tidak dilaksanakan lagi. Disdiadokokinesis tidak biasa
gerak cepat yang arahnya berlawanan contohnya pronasi dan supinasi. Dismetria,
terganggunya memulai dan menghentikan gerakan.
3. Tremor (gemetar), bisa diawal gerakan dan bisa juga di akhir gerakan
4. Ataksia berjalan dimana kedua tungkai melangkah secara simpangsiur dan kedua
kaki ditelapakkanya secara acak-acakan. Ataksia seluruh badan dalam hal ini
badan yang tidak bersandar tidak dapat memelihara sikap yang mantap sehingga
bergoyang-goyang.
Tabel . Gangguan nervus kranial.
H. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus.
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
J. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
7. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaranPola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan kesadaran.
K. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
b. Pengobatan Pembedahan
2. Keperawatan
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan.
II. Rencana Asuhan Klien dengan SNH
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh lemas pada ekstremitas sebelah kanan, sulit bicara,
dan riwayat jatuh di kamar mandi
b. Riwayat Penyakit sekarang
1) Waktu terjadinya sakit
Setelah magrib waktu hendak mandi tiba-tiba jatuh terpleset.
2) Proses terjadinya sakit
Keluarga pasien mengatakan saat hendak mandi tiba-tiba jatuh
terpleset lalu malam harinya jam 23.20 WIB dibawa ke IGD RSI
Fatimah, dan memutuskan untuk di rawat inap di ruang Al-
Kautsar.
3) Upaya yang telah dilakukan
Setelah jatuh, pasien di coba di urut oleh anggota keluarganya.
Tetapi bagian tangan dan kaki kanan sudah tidak ada respon dan
bicara sudah tidak jelas.
4) Hasil pemeriksaan sementara
Pasien terkena SNH
c. Riwayat Penyakit dahulu
1) Penyakit dahulu : Hipertensi
2) Perlukaan : tidak ada
3) Dirwat di RS : 1x
4) Alergi obat : tidak ada
d. Riwayat Keluarga
SNH, Dan HT
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pasien terlihat lemas, ekstremitas kanan tidak bisa digerakan, dan
terlihat sulit bicara
b. Kesadaran : Composmentis (CM)
c. GCS : 15
d. TTV
TD : 200/110 n : 73x/mnt R: 20X/mnt S: 36
e. Berat Badan : 65 kg TB : 160 cm
f. Skala nyeri :0
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. EKG
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral aliran darah ke otak
terhambat
a. Definisi
Mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang mengganggu
kesehatan
b. Batasan Karakteristik
Kariopulmonal
Subjektif
Nyeri dada
Dispnea
Rasa seperti akan mati
Objektif
Gas darah arteri tidak normal
Perubahan frekuensi pernapasan diluar parameter yang dapat
diterima
Aritmia
Bronkospasme
Pengisian kembali kapiler lebih dari 3 detik
Retraksi dada
Napas cuping hidung
Penggunaan otot bantu pernapasan
Serebral
Perubahan status mental
Perubahan perilaku
Perubahan respon motorik
Perubahan reaksi pupil
Kesulitan menelan
Kelemahan atau paralisis ekstremitas
Paralisis
Ketidaknormalan dalam berbicara
Gastrointestinal
Subjektif
Nyeri atau neri tekan pada abdomen
Mual
Objektif
Distensi abdomen
Bising usus tidak ada atau hipoaktif
Renal
Objektif
Perubahan tekanan darah diluar parameter yang dapat diterima
Peningkatan rasio BUN/kreatinin
Hematuria
Oligouria/anuria
c. Faktor yang berhubungan
1. Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipervolemia
6. Hipoventilasi
7. Hipovolemia
8. Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane
kapiler
9. Gangguan aliran arteri atau vena
10. Ketidak sesuaian antara ventilasi dan alirn darah
2. Diagnosa 2 : Hambatan Komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
a. Definisi
Penurunan, pelambatan, atau ketiadaan kemampuan untukmenerima,
memproses, mengirim, dan atau menggunakan sistem simbol
b. Batasan karakteristik
Tidak ada kontak mata
Tidak dapat bicara
Kesulitan mengekspresikan pikiran secera verbal (mis, afasia,
disfasia, apraksia, disleksia)
Kesulitan menyusun kalimat
Kesulitan menyusun kata-kata (mis : afonia, dislalia, disartria)
Kesulitan memahami pola komunikasi yang biasa
Kesulitan dalam kehadiran tertentu
Kesulitan menggunakan ekspresi wajah
Disorientasi orang
Disorientasi ruang
Disorientasi waktu
Tidak bicara
Dispnea
Ketidakmampuan bicara dalam bahasa pemberi asuhan
Ketidakmampuan menggunakan ekspresi tubuh
Ketidakmampuan menggunakan ekspresi wajah
Ketidaktepatan verbalisasi
Defisit visual parsiaI
Pelo
Sulit bicara
Gagap
Defisit penglihatan total
Bicara dengan kesulitan
Menolak bicara
c. Faktor yang berhubungan
Ketiadaan orang terdekat
Perubahan konsep diri
Perubahan sistem saraf pusat
Defek anatomis (mis : celah palatum, perubahan neuromuskular
pada sistem penglihatan, pendengaran, dan aparatus fonatori)
Tumor otak
Harga diri rendah kronis
Perubahan harga diri
Perbedaan budaya
Penurunan sirkulasi ke otak
Perbedaan yang berhubungan dengan usia perkembangan
Gangguan emosi
Kendala lingkungan
Kurang informasi
Hambatan fisik (mis : trakeostomi, intubasi)
Kondisi psikologi (mis : psikosis, kurang stimulus)
Harga diri rendah situasional
Stress
Efek samping obat (mis : agens farmaseutikal)
Pelemahan sistem muskuloskeletal
3. Diagnosa 3 : Hambatan Mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
a. Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah.
b. Batasan Karakteristik
Penurunan waktu reaksi
Kesulitan membolak-balik posisi
Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
(mis.,meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain,
mengendalikan perilaku, focus pada ketunadayaan/aktivitas
sebelum sakit)
Dispnea setelah beraktivitas
Perubahan cara berjalan
Gerakan bergetar
Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
Keterbatasan rentang pergerakan sendi
Tremor akibat pergerakan
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak terkoordinasi
c. Faktor yang berhubungan
Intoleransi aktivitas
Perubahan metabolisme selular
Ansietas
Indeks masa tubuh diatas perentil ke 75 sesuai usia
Gangguan kognitif
Konstraktur
Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Malnutrisi
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuskular, Nyeri
Agens obat
Penurunan kekuatan otot
Kurang pengetahuan tentang aktvitas fisik
Keadaan mood depresif
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Disuse, Kaku sendi
Kurang dukungan Iingkungan (mis, fisik atau sosiaI
Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
Kerusakan integritas struktur tulang
Program pembatasan gerak
Keengganan memulai pergerakan
Gaya hidup monoton
Gangguan sensori perseptual
B. Perencanaan
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral aliran darah ke otak
terhambat
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
suplai aliran darah ke otak lancar dengan kriteria hasil:
NOC :
- Circulation status
- Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
Tekanan sistol dandiastol dalam rentang yang diharapkan.
Tidak ada ortostatikhipertensi.
Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak
lebih dari 15 mmHg).
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi.
Memproses informasi.
Membuat keputusan dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
b. Intervensi keperawatan dan rasional
NIC :
Monitoring (Monitor tekanan intrakranial)
- Kaji kemampuan mmobilitas fungsi motorik pada ekstremitas
- Ubh posisi tiap 2 jam
- Beri dukunagn moral pada pasien
- Latihan gerak aktif/ pasif pada ekstremitas tubuh setiap 2-4 jam
sekali
- Kolaborasi dengan fisioterapi untuk latihan gerak aktif
Rasional :
- Untuk mengtahui pola perkembangan fungsi motorik
- Untuk memberikan rasa nyaman pada pasien
- Agar psien merasa optimis dapat sembuh
- Dapat menaikan otot untuk berfungsi kembalin sehingga kontraktor
dan atropi dapat dicegah
- Pasien dapat terapi yang tepat untuk memulihkan keadaannya
2. Diagnosa 2 : Hambatan Komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
a. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien mampu untuk berkomunikasi lagi dengan kriteria
hasil:
NOC:
Komunikasi: Mengekspresikan
- Dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat
- Dapat mengerti dan memahami pesan-pesan melalui gambar
- Dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun
nonverbal
b. Intervensi keperawatan dan rasional
NIC : Mendengar Aktif
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami atau memahamkan
informasi dari dan ke klien
- Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian
- Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam komunikasi dengan
klien
- Dorong klien untuk mengulang kata-kata
- Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi dengan
klien
- Programkan speech-language terapi
- Lakukan speech-language terapi setiap interaksi dengan klien
Rasional
- Agar pasien bisa mengekspresikan isyarat dengan baik
- Agar paasien bisa menggunakan isyarat saat berkomunikasi
- Agar pasien terbiasa melakukan kata-kata sederhana
Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). New Jersey: Upper
Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.