Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Oleh :
Tri Wiji Pramono
106115054

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
2018
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896)
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan peredaran
darah tepi dengan tanda dan gejala yang khas.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
a. Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg
b. Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah systole 160-180 mmHg dan diastole 100-110
mmHg
c. Hipertensi Berat
Tekanan systole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110 mmHg

B. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak
menyerang wanita dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-
obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat
dipengaruhi faktor keturunan.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis
yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Bebagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

D. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien
yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia)
atau gangguan ketajaman penglihatan.
E. Pathways
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas

HIPERTENSI

Otak Ginjal Retina Pemblh darah

Resistensi pemb. Suplai O2 otak Vasokonstriksi Spasmus Sistemik


drh otak pemblh. darah arteriole
ginjal
Kesadaran Vasokontriksi
Tek. pemblh drh Diplopia
otak Blood flow
afterload Koroner jantung
Resiko Resiko
Nyeri kepala injuri Respon KAA injuri
invark miokard
COP

Gx. rasa Vasokonstriksi


nyaman ; CVA Suplai darah Nyeri dada
nyeri Ke jaringan
Rangsang Nutrisi
aldosteron

` metabolisme sel
Retensi Na

Oedema Lemah
Gx. Keseimbangan
cairan
Intoleransi aktivitas

F. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi.
3. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium
sekunder penurunan GFR.

G. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa Rasa nyeri berkurang - Teliti keluhan nyeri, catat  Mengident
nyaman : nyeri setelah dilakukan tindakan intensitasnya, lokasinya ifikasi karakteristik
kepala berhubungan keperawatan selama 2 X 24 dan lamanya. nyeri merupakan
dengan peningkatan jam dengan KH : faktor yang penting
tekanan pembuluh - Pasien mengatakan nyeri untuk menentukan
darah otak. berkurang. terapi yang cocok
- Ekspresi wajah klien serta mengevaluasi
rileks. kefektifan dari terapi.
- Pertahankan tirah baring  Meminima
selama fase akut. lkan stimulasi/
meningkatkan
relaksasi.
- Minimalkan aktivitas  Aktivitas
vasokontriksi yang dapat yang meningkatkan
meningkatkan sakit vasokontriksi
kepala. menyebabkan sakit
kepala pada adanya
peningkatan tekanan
vaskuler serebral.

- Kolaborasi pemberian  Menurunk


analgetik. an/ mengontrol nyeri.

Penurunan curah TD dalam rentang normal - Pantau tekanan darah.  Untuk


jantung berhubungan setelah dilakukan tindakan mengetahui derajat
dengan peningkatan keperawatan selama 2 X 24 - Amati warna kulit, hipertensi.
afterload jam. kelembaban dan suhu.  Adanya
vasokontriksi. pucat, dingin, kulit
lembab mungkin
berkaitan dengan
vasokontriksi/
mencerminkan
- Berikan lingkungan penurunan COP.
tenang dan nyaman.  Membantu
menurunkan
rangsang simpatis,
meningkatkan
- Pertahankan pembatasan relaksasi.
aktivitas.  Menurunk
- Anjurkan teknik relaksasi. an stress dan
ketegangan yang
- Kolaborasi pemberian mempengaruhi
obat antihipertensi. tekanan darah.
Resiko injuri Resiko injuri berkurang - Atur posisi pasien agar  Mengontro
berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan aman. l tekanan darah.
kesadaran menurun. keperawatan selama 2 X 24 - Batasi aktivitas.  Menurunk
jam dengan KH: - Bantu dalam ambulasi. an resiko injuri.
Pasien merasa tenang dan
tidak takut jatuh.

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - Kaji respon pasien


berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 terhadap aktivitas,
kelemahan tubuh. jam dapat meningkatakan perhatikan frekuensi nadi  Mengetahu
toleransi aktivitas pasien lebih dari 20 kali per i respon fisiologi
dengan kriteria hasil : menit di atas frekuensi terhadap stress
- Dapat memenuhi istirahat, peningkatan TD aktivitas.
kebutuhan perawatan selama/ sesudah aktivitas,
sendiri. dispnea, diaforesis,
- Menurunnya kelemahan pusing.
dan kelelahan. - Instruksikan klien tentang
- Tanda vital dalam rentang teknik penghematan
normal. energi.
 Menguran
gi penggunaan energi
juga membantu
- Berikan dorongan untuk keseimbangan antara
melakukan aktivitas suplai dan kebutuhan
perawatan diri bertahap. oksigen.
 Kemajuan
aktivitas bertahap
mencegah
Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan - Pantau haluaran urin, peningkatan kerja
cairan berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jumlah dan warna saat jantung tiba-tiba.
dengan retensi jam dengan kriteria hasil : terjadi diuresis
natrium sekunder - cairan dalam keadaan
penurunan GFR. seimbang.  Haluaran
- TTV dalam rentang - Hitung masukan dan urine mungkin sedikit
normal keluaran cairan selama 24 dan pekat karena
- Tidak ada oedem. jam. penurunan perfusi
ginjal.
- Kolaborasi pemberian  Menentuka
diuretik n kehilangan cairan
tiba- tiba /berlebihan.
 Meningkat
kan laju urine dan
menghambat
reabsorbsi natrium
pada tubulus ginjal
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai