Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA TN. S DENGAN CKD


DI RUANG ICU RS. MITRA KELUARGA TEGAL

Disusun Oleh:
SRI HANDAYANI
NIM. D1017070

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2017-2018
TINJAUAN TEORI

GAGAL GINJAL KRONIK / CHRONIC KIDNEY DISEASE

A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik
merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada
masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi klien dan
keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara
berkembang (Syamsiah, 2011). 
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner
(tractus urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan
sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi ginjal secara umum antara
lain yaitu sebagai filtrasi, pada akhirnya ginjal akan menghasilkan urine,
keseimbangan elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam
basa, eritropoiesis dimana fungsi ginjal produksi eritrosit, regulasi kalsium
dan fosfor atau mengatur kalsium serum dan fosfor, regulasi tekanan
darah, ekresi sisa metabolik dan toksin. Akibat dari berbagai penyebab dari
gangguan ginjal dapat menurun fungsinya sehingga tidak berfungsi lagi
yang di sebut dengan gagal ginjal (Yakobus, 2009).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi
ginjal progresif yangirreversibel ketika ginjal tidak mampu
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang
menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal
yang bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan  fungsi
ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan
dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah
penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara
total seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat
disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

1
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang
meyebabkan uremia.
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun
elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah).

B. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim
ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi: pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan: glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif: nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna stenosis arteri renalis
4. Gg. jaringan penyambung: SLE, Poli arteritis nodosa, Sklerosis
sistemik progresif
5. Gg. congenital dan herediter: penyakit ginjal polikistik, Asidosis
tubuler ginjal
6. Penyakit metabolic: DM, Gout, Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
7. Nefropati obstruktif: penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif
Sal. Kemih bagian atas: kalkuli, neoplasma, fibrosis, netroperitoneal
Sal. Kemih bagian bawah: hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

2
C. Patofisiologi
a) Sudut pandang tradisional
Semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium
yang berbeda-beda dan bagian spesifik dari nefron yang berkaitan
dengan fungsi tertentu dapat saja benar- banar rusak atau berubah
struktur
b) Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)
Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur,
namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal”. Uremia
akan timbul bila jumlah nefron sudah sedemikian berkurang sehingga
keseimbangan cairan dan elektrolit yang tidak dapat dipertahankan
lagi.
Kerusakan nefron

Beban kerja ginjal

Hipertensi nefron yang masih utuh reabsorpsi tubulus

Peningkatan kecepatan filtrasi Pe↑ beban solut

Gangguan keseimbangan Glomerulus tubulus

Fleksibilitas proses ekskresi dan konservasi solut dan air


berkurang

Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)


Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun
sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal

3
Jumlah nefron turun secara progresif

Ginjal melakukan adaptasi (kompensasi)
-sisa nefron mengalami hipertropi
-pe↑ kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus dalam tiap
nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron ↓

Kehilangan cairan dan elektrolit dpt dipertahankan

Jk 75% massa nefron hancur maka kecepatan filtrasi dan solute( Zat
terlarut ) bagi tiap nefron ↑

Keseimbangan glomerulus dan tubulus tidak dapat dipertahankan

Fleksibilitas proses ekskresi & konversi solute & air ↓
Sedikit perubahan pada diit mengakibatkan keseimbangan terganggu

Hilangnya kemampuan memekatkan/mengencerkan kemih
BJ 1,010 atau 2,85 mOsml (= konsentrasi plasma)

poliuri, nokturia, nefron tidak dapat lagi mengkompensasi dengan tepat
terhadap kelebihan dan kekurangan Na atau air

4
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
1. Kelainan Hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a) Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa
sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek,
bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah
retikulosit normal.
b) Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H
eritropoetin →Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak

5
mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia
normokrom normositer.
2. Kelainan Saluran cerna
a) Mual, muntah,
Dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) →
iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus
b) Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak
mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c) Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase
3. Kelainan mata
a) visus hilang
b) Kelainan syaraf mata
c) Kelainan retina
d) Keratopati
e) Red Eye sindrome
4. Kelainan kulit
a) Gatal
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
- toksik uremia yang kurang terdialisis
- peningkatan kadar kalium phosphor
- alergi bahan-bahan dalam proses HD
b) Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di
bawah kulit
c) Kulit mudah memar ( Easy bruising )
5. Kelainan selaput serosa
6. Neurologi → Diseguilibrium syndrome : Mual, muntah , kelelahan
dan sakit kepala, kejang otot dan pingsan.
7. Kelainan sistem Kardiopulmonal :

6
a) Gagal jantung kongestif : disebabkan faktor anemia, hipertensi,
aterosklerosis, penyebaran kalsifikasi mengenai sistem vaskuler
b) Hipertensi
c) Kalsifikasi pembuluh darah perifer : kalsifikasi difus yang
berat dapat menyebabkan gangren ekstrimitas.
d) Perikarditis : ditandai dengan eksudatif fibrinosis yang
dinamakan bread atau butter perikardium
e) Paru uremia : dinamakan butterfly atau baturing distribution

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
- ureum kreatinin
- asam urat serum
b) Identifikasi etiologi gagal ginjal
- analisis urin rutin
- mikrobiologi urin
- kimia darah
- elektrolit
- imunodiagnosis
c) Identifikasi perjalanan penyakit
- progresifitas penurunan fungsi ginjal
- ureum kreatinin, klearens kreatinin test
- hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
- elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
- endokrin : PTH dan T3,T4
- pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk
ginjal, misalnya: infark miokard
2. Diagnostik
a) Etiologi GGK dan terminal
- Foto polos abdomen

7
- USG
- Nefrotogram
- Pielografi retrograde
- Pielografi antegrade
- mictuating Cysto Urography (MCU)
b) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
- Pemeriksaan radiologi dan radionuklida ( renogram )
- USG
G. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien gagal
ginjal kronik dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai
tahun.
Tujuan terapi konservatif mencegah memburuknya fungsi ginjal
secara profresif
- meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi
toksi asotemia
- mempertahankan dan memperbaiki metabolisme
secara optimal
- memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit

Alur manajemen terapi pada klien gagal ginjal kronik dan terminal
sebagai berikut :

GGK
Terapi konservatif
Penyakit ginjal terminal

meninggal Dialisis HD di RS, Rumah, CAPD


gagal
Transplantasi ginjal Berhasil

8
Prinsip terapi konservatif :
a) Mencegah memburuknya fungsi ginjal.
- Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik
- Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan
ekstraseluler dan hipotensi
- Hindari gangguan keseimbangan elektrolit
- Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani
- Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi
- Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis
yang kuat
- Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat
tanpa indikasi medis yang kuat
b) Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
- Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular
- Kendalikan terapi ISK
- Diet protein yang proporsional
- Kendalikan hiperfosfatemia
- Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg
%
- Terapi hIperfosfatemia
- Terapi keadaan asidosis metabolik
- Kendalikan keadaan hiperglikemia
c) Terapi alleviative gejala asotemia
- Pembatasan konsumsi protein hewani
- Terapi keluhan gatal-gatal
- Terapi keluhan gastrointestinal
- Terapi keluhan neuromuskuler
- Terapi keluhan tulang dan sendi
- Terapi anemia

9
- Terapi setiap infeksi

2. Terapi simtomatik
a) Asidosis metabolik
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum
K+ ( hiperkalemia ) :
- Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari
- Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama
dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
b) Anemia
- Anemia Normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi hormon
eritropoetin ( ESF : Eritroportic Stimulating Faktor ). Anemia ini
diterapi dengan pemberian Recombinant Human Erythropoetin ( r-
HuEPO ) dengan pemberian30-530 U per kg BB
- Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah
membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau peritoneal
dialisis.
- Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada GGK berhubungan dengan perdarahan saluran
cerna dan kehilangan besi pada dialiser (terapi pengganti
hemodialisis). Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah
merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah dan efektif,
namun harus diberikan secara hati-hati.
Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :
- HCT < atau sama dengan 20 %
- Hb < atau sama dengan 7 mg5
- Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum anemia
dan high output heart failure.

10
Komplikasi tranfusi darah :
- Hemosiderosis
- Supresi sumsum tulang
- Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia
- Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV
- Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah,
penting untuk rencana transplantasi ginjal
c) Kelainan Kulit
̵ Pruritus (uremic itching)
̵ Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus GGK dan terminal,
insiden meningkat pada klien yang mengalami HD Keluhan :
̵ bersifat subyektif
̵ bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis, keratotic papula
dan lichen symply
̵ Beberapa pilihan terapi :
̵ Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme
̵ Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin )
̵ Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6 mg, terapi
ini bisa diulang apabila diperlukan
̵ Pemberian obat Diphenhidramine 25-50 Peroral dan Hidroxyzine
10 mg Peroral
̵ Easy Bruishing
Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa
berhubungan denga retensi toksin asotemia dan gangguan fungsi
trombosit. Terapi yang diperlukan adalah tindakan dialisis.
d) Kelainan Neuromuskular
Terapi pilihannya :
- HD reguler
- Obat-obatan : Diasepam, sedatif
- Operasi sub total paratiroidektomi
e) Hipertensi

11
Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa : volum dependen
hipertensi, tipe vasokonstriksi atau kombinasi keduanya.
Program terapinya meliputi :
- Restriksi garam dapur
- Obat anti hipertensi
- Diuresis dan Ultrafiltrasi
3. Terapi pengganti
Adalah terapi yang menggantikan fungsi ginjal yang telah mengalami
kegagalan fungsi ginjal baik kronik maupun terminal. Pada masa
sekarang ini ada dua jenis terapi :
a) Dialisis yang meliputi :
- Hemodialisa
- Peritoneal dialisis, yang terkenal dengan Continous
Ambulatory Peritoneal Dialisis (CAPD) atau Dialisis Peritoneal
Mandiri Berkesinambungan (DPMB).
b) Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal.

H. Komplikasi
1. Hipertensi
2. Hiperkalemia
3. Anemia
4. Asidosis metabolic
5. Osteodistropi ginjal
6. Sepsis
7. Neuropati perifer
8. Hiperuremia

I. Klasifikasi GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease) :


Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom
klinis yang disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan,
sedang dan tahap akhir (Suhardjono, 2003). Ada beberapa klasifikasi

12
dari gagal ginjal kronik yang dipublikasikan oleh National Kidney
Foundation (NKF) Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
(K/DOQI). Klasifikasi tersebut diantaranya adalah

Stage Gambaran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)


1 Normal atau elevated GFR ≥ 90
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in GFR 30-59
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis ≤ 15

Rumus Menghitung GFR-Rumus Glomerular Filtration Rate berdasarkan


alat Kalkulasi GFR adalah sebagai berikut:
GFR for male: (140 – age) x wt(kg) / [72 x Serum Creatinine]
GFR for female: GFR(females) = GFR(males) x 0.85
Panduan Bahasa Indonesia Menggunakan Kalkulator GFR:
̵ Isilah “Age in Years” dengan umur anda sekarang; misalnya : 36
(jika anda umur 36 tahun).
̵ Pilihlah “PatientGender” anda, “Male” jika
anda Pria dan “Female” jika anda Wanita.
̵ Isilah “Weight” dengan berat badan anda sekarang, misalnya : 60
(jika berat anda 60 kg) dan pilihlah satuan “KG”
̵ Isilah “Serum Creatinine” sesuai dengan jumlah yang anda
dapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium pada kadar kreatinin
anda.
J. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak eanfektif berhubungan dengan edema paru, asidosis
metabolic, pneumonitis, perikarditis
2) Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan supplay O2
3) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan
dan natrium.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia)

13
14
K. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC dan Aktivitas Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas  Respiratory status ventilation’ Airway Management


 Respiratory status:  Airway pate 1. Atur posisi yang nyaman bagi klien yaitu se
ncy mi fowler 
 Vital sign status 2. Kaji faktor penyebab asidosis metabolik
3. Memonitor tanda – tanda vital
Indikator 4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi 
- Tidak sesak napas lagi pengunjung
- Pernafasan kembali normal 16-44 x/m 5. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
enit 6. Pantau laboratorium analisa gas darah  berke
- menunjukkan jalan nafas yang faten lanjutan
- tanda vital dalam rentang normal 7. Berikan terapi O2 tambahan dengan kanula n
asal/ masker sesuai indikasi

2. Gangguan perfusi jaringan  Circulation status Peripheral Sensation Management


perifer  Tissue perfusion : cerebral 1. Kaji  secara konprehensif sirkulasi perifer (
Indikator :  nadi, perifer, edema, kapilary refil)

15
- Tekanan systole dan diastole  2. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
 dalam rentang nomal 3. Evaluasi nadi perifer dan edema
- CRT < dari 2 detik 4. Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam sek
- Suhu kulit hangat ali
- warna kulit normal 5. Monitor status cairan masuk dan keluar
- tidak ada edema perifer 6. Dorong latihan ROM selama bedrest
7. Diskusikan mengenai penyebab perubahan 
sensasi
3 Kelebihan volume cairan  Electrolit and acid base balance Fluid Management
 Fluid balance 1. Kaji adanya edema ekstremitas termasuk 
 hydration kedalaman edema 
Indikator : 2. Istirahatkan / anjurkan klien untuk tirah b
 Edema berkurang aring pada saat edema masih terjadi
 Keseimbangan antara input dan  3. Monitor vital sign
output 4. Ukur intake dan output secara akurat
 Pitting edema tidak ada lagi 5. pasang kateter urine jika diperlukan
6. Berikan oksigen tambahan dengan kanula 
 Produksi urine >600 ml/hari
nasal/masker sesuai indikasi
7. Kolaborasi :
8. Berikan diet tanpa garam
9. Berikan diet rendah protein tinggi kalori
10. Berikan diuretik, Contoh : Furosemide, 

16
 spironolakton.
4 Ketidakseimbangan nutrisi k  Nutritional status Nutritional Management
urang dari kebutuhan tubuh   Nutritional status : food and fl 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh uid intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menent
 Weight Control ukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibut
Indikator : uhkan pasien 
̵ adanya peningkatan berat badan 3. anjurkan pasien untuk meningkatkan prot
̵ tidak ada tanda-tanda mal nutrisi ein dan vitamin c
̵ menunjukkan peningkatan fungsi p 4. yakinkan diet yang dimakan mengandung 
engecapan dari menelan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. berikan makanan terpilih (sudah di konsul
kan dengan ahli gizi)
6. Nutrition monitoring
7. monitoring adanya penurunan berat badan
8. monitoring lingkungan selama makan
9. monitoring turgor kulit
10. monitoring makanan kesukaan 

17
DAFTAR PUSTAKA

Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatment,
first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC,
Jakarta

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification Sixth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Wiley Blackwell: Philadelphia.

Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta

Saduran dari Kristiana Endang dan modifiksi sendiri untuk tinjauan teori, sedangkan untuk
diagnosa keperawatan dan PK modifikasi sendiri

www. Us. Elsevierhealth.com, 2004, Nursing Diagnosis: for guide to Palnning care, fifth
Edition

Doenges E, Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta : Media Action.

LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.  Edisi 5. Alih
bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.

Litbang. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Litbang.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media


Aesculapius.

Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat Inap 3
Bulan Terakhir. Jakarta: tidak di publikasi.

Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik, Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. &  Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2010.

18
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2014.

Sudoyo.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.

Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al., 3rd ed.Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing 2015 : 1035-1040.

Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.

19
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA TN. S DENGAN CKD
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA TEGAL

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 25 Januari 2018
Ruang : ICU
Mahasiswa : Sri Handayani
B. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. S
b. Jenis kelamain : Laki-laki
c. Umur : 52 tahun
d. Agama : islam
e. Status perkawinan : kawin
f. Pendidikan : SMA
g. Alamat : Muara Baru Marliana
h. Pekerjaan : wiraswasta
i. Tanggal masuk : 25-1-2018
j. No. Register : 033567
2. Identitas penanggung jawab
k. Nama : Hartini
l. Alamat : Muara Baru Marliana
m. Pekerjaan : IRT
n. Hubungan dengan pasien : Istri

C. PRIMARY SURVEYSECONDARY SURVEY


1. Airway ( look, listen and feel )
Pasien penurunan kesadaran, sulit bernafas, nampak sesak, ada sedikit secret,
tidak ada muntahan di rongga mulut, terdengar adanya bunyi aliran udara
pernafasan, bunyi auskultasi paru ronkhi, terasa adanya aliran udara pernafasan

20
2. Breathing (look, listen, and feel)
Pasien terlihat sesak, RR 32 x/ menit, Napas menggunakan otot bantu pernapasan,
terdapat retraksi dinding dada. Perkembangan dinding dada terlihat cepat
3. Circulation
Keadaan umum pasien tampak lemah, Nadi 120x /menit teraba kuat irama teratur.
TD 108/70 mmHg. RR; 32x/menit. Akral dingin warna kulit pucat, piting edema
2mm, tidak ada cyanosis
4. Dissability (status neurologis)
A: Kesadaran DPO post pemberian diazepam 10mg (IV).
V : tidak ada respon suara
P : respon nyeri ada
U: Reflek cahaya pupil ada
5. Exposure
Pasien terdapat oedem di kedua ekstrimitas atas, oedem di palpebra, tampak
perdarahan dari anus (melena).

D. SECONDARY SURVEY
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah Sakit Mitra Keluarga tegal dengan keluhan sesek.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Faktor pencetus, lamanya keluhan
Mual muntah, pasien riwayat post op hemoroid, terdapat perdarahan lewat
anus (melena).
2) Timbulnya keluhan (bertahap/mendadak)
Keluhan ini sudah muncul sejak 2 minggu terakhir.
3) Faktor yang memperberat
Meskipun pasien sudah rutin melakukan HD tetapi pasien masih
menjalankan pola tidak sehat seperti minum alkohol.
4) Upaya untuk mengatasi
Pasien melakukan cuci darah (hemodialisa) seminggu 3x.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialaminya
Pasien riwayat hipertensi selama 10 tahun tidak terkontrol.

21
2) Apakah pernah dirawat sebelumnya, kapan
Pasien pernah dirawat sebelumnya tanggal 9 januari 2018 karena operasi
hemoroid.
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit serupa
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
2) Adakah faktor keturunan
Tidak ada faktor keturunan.
3. Pemeriksaa Fisik
a. BB : 62 kg
b. TB : 165 cm
c. IMT : 23.5
d. Kepala
1) Kulit kepala, rambut
Kulit kepala kering, rambut warna hitam tampak beruban, rambut sering
rontok.
2) Mata
Mata tidak ikterik, konjungtiva tampak anemis, mata terlihat sayu, terdapat
oedem palpebra.
3) Hidung
Bersih tidak ada kotoran, tidak ada epistaksis
4) Telinga
Bersih tidak ada serumen.
5) Mulut
bersih, tidak terpasang gigi palsu
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
e. Dada
1) Jantung
Inspeksi : bentuk precordium kedua dada simetris, pergerakan dinding
dada sama dan simetris.
Palpasi : ictus kordis dapat dipalpasi, tidak terdapat pembesaran
Perkusi : ditemukan perkusi redup, batas jantung normal, tidak ada
perluasan
22
Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung tambahan, bunyi normal lupdup
2) Paru
Inspeksi : Tidak terdapat retraksi dada dan tidak terlihat tambahan otot
bantu pernafasan, clavicula dan scapula simetris
Palpasi : vocal vremitus kedua sisi paru sama
Perkusi : perkusi paru sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler
f. Abdomen
Inspeksi : perut terlihat buncit, tidak ada kelainan, dinding perut saat
respirasi terlihat simetris
Auskultasi : bising usus terdengar lambat, sekali setiap satu menit
Perkusi : perkusi abdomen suara timpani
Palpasi : tidak didapatkan pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
pada abdomen
g. Genitalia
Skrotum tidak ada oedem, pada area anus tampak ada luka jahitan post
hemoroidectomy.
h. Ekstrimitas
Atas : terpasang infus di tangan sebelah kanan vena cevalica, rentang gerak
aktif , akral hangat, terdapat oedem di ujung jari.
Bawah : rentang gerak aktif, akral hangat, tidak ada oedem

E. TERSIERY SURVEY
1. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hari /tanggal/ jam : 25-01-2018
No JENIS PEMERIKSAAN NILAI HASIL
NORMAL
1. Hemoglobin 13.2 – 17.3 4,4
2. Leukosit 3800 – 10.600 10.540
3. Hematokrit 40 - 52 14
4. Eritrosit 4,40 – 5,90 1,67
5. Trombosit 4.40 – 5.90 339.000
6. SGOT 0-35 10
7. SGPT 0-45 8
8. Ureum 6-20 164

23
9. Creatinin 0.7-1.2 11
10. Ca Total 8,60 – 10,30 9,40
11. GDS 70-199 147
12. Natrium 135-145 140
13. kalium 3.5-5.0 4,24
14. Chlorida 95-105 104
15. Troponin I <0,1 0,27

b. Hasil Rontgen
Foto CT-Scan tanpa kontras hasil Infark Lakuner pada genue capsula internal
kanan, cavum septum pelusidum.
Foto Rontgen “Pancardiomegaly DD Efusi perikardium, Gambaran pulmonary
edema.
c. Pemeriksaan Penunjang lain
Hasil EKG ST Depresi, LED I, II, V4, V5, V6
d. Therapy
No Nama Obat Jenis Dosis Indikasi Kontra indikasi
1. Prantoprazol Proton 2x40 Iritasi Hipersensitivitas,
pump mg lambung, gangguan fungsi hati,
inhibitor stress ulcer Ibu hamil
2. Citicolin Cerebral 3x1gr Penurunan Hipersensitivitas , syok
aktivator kesadaran
akibat
trauma
serebral,
gangguan
saraf
3. Mecobalami Cerebral 2x500 Neuropati Hipersensitifitas
n aktifitor mcq perifer,
(vit.otak) gangguan
saraf
4. Monecto Anti angina 2x10 Mencegah Hipotensi berat, syok,
mg angina trauma cerebral,
penyebab anemia
CAD
5. Bisoprolol Beta Bloker 1x2,5 Vasodilatasi Hipotensi, Ashma
mg berat, syok
kardiogenik, AV Blok,
Sinus bradikardi
6. Forneuro Multifitami 2x1 Devisiensi Hipersensitifitas
n cap vit

24
B1,B6,B12,
vit E
7. Nocid Suplemen 2x2 Ginjal Hiperkalsemia,ganggu
& therapy tab an metabolisme asam
adjuvant amino,fenilketonuria
herediter
8. Ulsafat Gastro 4x1 c Gastritis Hipersensitifitas
protektor
9. Esozid Proton 7 Iritasi Hipersensitivitas,
40mg pump mg/ja lambung, gangguan fungsi hati,
inhibitor m stress ulcer Ibu hamil
10. Dobutamin Inotropik 5 Hipotensi, Hipertiroidisme ,
250mg mcq/k syok takiaritmia,
g/Bb/j
am
11. Vascon 4mg Vasokonstri 0,3 Syok Kelemahan otot
ktor mcq/k distributif, jantung, hipotensi
g/Bb/j sepsis hipovolemik
am
12. Phenytoin Anti kejang 8cc/ja Kejang Hipersensitifitas , sinus
100mg m bradikardi (pada
pemberian secara
intravena)

2. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Pola makan
Sebelum sakit Selama Sakit
Frekuensi : 3x sehari Frekuensi : 3x sehari
Jenis : nasi, sayur, lauk Jenis : nasi, sayur, lauk
Porsi : 1 porsi habis Porsi : 3-4 sendok
Pantangan : tidak ada Pantangan : Garam, Buah, Purin
Makanan yang disukai : havermut Diit  khusus : RPRGRK

Nafsu makan di RS : Klien mengatakan jika makan mengalami mual


Kesulitan menelan : tidak ada
Gigi palsu : ada
NG tube : tidak ada
Penggunaan obat – obatan sebelum makan:
- Prantoprazol 2x40mg
- Ulsafat 4x1 c

25
Pola minum

Sebelum sakit Selama sakit


Frekuensi : 1 gelas/ hari Frekuensi : ± 1 gelas/ hari
Jenis : air putih Jenis : air putih
Jumlah : ± 500 cc Jumlah : ± 500
Pantangan : tidak ada
Minuman yang disukai :

b. Pola Eliminasi
Buang air besar
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi : sehari sekali Frekuensi : dua hari sekali
Konsistensi : lunak berbentuk Konsistensi : cair
Warna : kuning kecoklatan Warna : hitam
Waktu : pagi hari Waktu : pagi hari dan sore
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

Buang air kecil

Sebelum Sakit Selama Sakit


Frekuensi : - Frekuensi : -
Warna : - Warna : -
Produksi : tidak ada Produksi : tidak ada
Pancaran : - Pancaran : -
Perasaan setelah BAK : tidak lega Perasaan setelah BAK : -
Keluhan : - Keluhan : -
Penggunaan kateter : tidak ada Penggunaan kateter : tidak ada

Balance cairan :
Tanggal Balance
25-01-2018 Intake : infus = 557,6
Oral = 100
Tranfusi = 800
Obat= 120
Total = 1.557,6
Output : BAB = 250
IWL = 516,6
Total = 766,6

Balance cairan = + 791

26
c. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien dapat istirahat tidur dengan baik, namun setelah sakit
klien hanya bisa tidur selama 3jam dalam sehari. Klien susah tidur dan mudah
terganggu tidurnya saat malam setelah sakit.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Pekerjaan : Wiraswasta
2) Olahraga tidak menjalankan olahraga secara teratur
3) Kegiatan waktu luang : Supervisi usaha yang dijalankan
4) Kesulitan pergerakan : aktivitas di batasi karena mudah lelah dan sesak
e. Personal Hygiene
Selama di rumah sakit mandi pagi dan sore dibantu oleh perawat
f. Kebutuhan psikologi
Sebelum sakit
a. Citra tubuh : klien merasa dirinya sehat dan tidak mengalami cacat fisik.
b. Identitas diri: klien seorang laki-laki usia lanjut
c. Ideal diri : klien tidak mengalami masalah dengan anggota tubuhnya.
d. Harga diri : klien tidak mengalami gangguan rendah diri
Saat sakit
a. Citra tubuh : klien merasa minder dengan sakit yang dideritanya sekarang.
b. Identitas diri: klien seorang laki-laki usia lanjut
c. Ideal diri : klien ingin dapat menjalani kewajibannya sebagai kepala
rumah tangga
d. Harga diri : klien ingin segera sembuh agar bisa beraktivitas seperti sedia
kala tanpa harus terus – menerus bergantung pada orang lain.
g. Kebutuhan spiritual
Klien seorang yang beragama muslim yang rajin menjalankan ibadah sholat 5
waktu, dan selama di RS klien minta didoakan oleh orang Ustad.
h. Kebutuhan seksual
Klien seorang yang laki-laki yang menjalani hubungan suami istri setiap
seminggu sekali.

27
F. ANALISA DATA
N Hari/tgl Data fokus Problem Etiologi TTD
o /jam
1. 25/01/2 DS: klien post Kelebihan volume Edema yani
018 penurunan cairan b.d
Jam kesadaran,klien Disfungsi ginjal
14.00 tampak sesak ,terdapat
edema palpebra dan
kedua exstremitas
atas,mual muntah.

DO : ureum : 164 mg/dl

28
creatinin : 11 mg/dl
Balane cairan : +791
Ro.Thorax :
Pancardiomegali DD
Efusi perikardium,
gambaran pulmonari
edema.
TD :107/70mmhg,
N:120x/mnt,
RR:32x/mnt, piting
edema 2mm, tidak ada
sianosis, tampak ada
edema palpebra dan
ekstremitas atas, mual
muntah ada.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelebihan volume cairan b.d Disfungsi ginjal

29
H. INTERVENSI
No Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi
tanggal/ jam
1. Kamis, Kelebihan volume Electrolit  and acid base ba Fluid Management
25-01-2018 cairan b.d Disfungsi lance,Fluid  balance,hydrat 1. Kaji adanya edema ekstremitas termasuk
Jam 14.00 ginjal ion, teratasi dalam waktu kedalaman edema 
3x24 jam dengan kriteria 2. Istirahatkan / anjurkan klien untuk tirah 
hasil: baring pada saat edema masih terjadi.
 Edema berkurang 3. Monitor vital sign
 Keseimbangan antar 4. Ukur intake dan output secara akurat.
a input dan output 5. Pasang kateter urin jika diperlukan.
 Pitting edema tidak a 6. Berikan oksigen tambahan dengan o2
da lagi nasal kanul/masker sesuai indikasi.
 Produksi urine >600  7. Kolaborasi untuk pemberian therapy
ml/hari 8. Berikan diet khusus (RPRGRK)
Fluid Monitoring
1. Monitor berat badan
2. beri obat yang dapat meningkatkan
output urin

30
I. IMPLEMENTASI
NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Respon Tanda
tangan
1. Kamis, 1 -Mengobservasi S: - Yani
25-01-2018 tanda-tanda vital O: Kesadaran CM, E4M6V5
Jam 14.00 TD : 108/70 mmHg
Nadi : 120 kali/mnt
Suhu : 36,5 oC
RR : 32x/mnt
O2 : 100 %

S: -
Jam 15.00 -Memberikan Yani
O: Klien terpasang O2 NRM 8lpm, SPO2 100%,
oksigen sesuai sesuai RR.32x/mnt, klien tampak masih sesak
indikasi

Jam 16.00 -Membantu S: Klien tampak lebih segar setelah mandi


memenuhi O: klien tampak ada edema di kedua palpebra dan kedua Yani
kebutuhan personal ekstremitas atas,
hygien dan Intake : infus = 557,6
Mengukur intake Oral = 100
dan output Tranfusi = 800
Obat = 120
Total intake = 1.557,6

31
Output : BAB= 250
IWL= 516,6
Total output = 766,6
Balance cairan = + 791
-Memberikan diet
Jam 17.25 sesuai khusus S: Klien makan makanan yang disediakan oleh RS Yani
(RPRGRK) O: klien makan 3-4 sendok makan, mual masih

-Menganjurkan klien
Jam 19.00 untuk istirahat S: - Yani
O: klien tampak istirahat, posisi tidur semi fowler, dan
menggunakan 2 bantal, nafas masih tampak sesak.

-Mengobservasi
2. Jum’at, 1
tanda-tanda vital S: -
26-01-2018 Yani
14.00 O: Kesadaran CM, E4M6V5
TD : 122/88 mmHg
Nadi : 130 kali/mnt
Suhu : 36,3 oC
RR : 18x/mnt
O2 : 98 %
-Memberikan
oksigen sesuai sesuai

32
14.45 indikasi S: - Yani
O: Klien terpasang O2 nasal 4 lpm, SPO2 98%, RR.18x/mnt,
klien tampak masih lemah
-Membantu
memenuhi
15.30 kebutuhan personal S: - Yani
hygien dan O: klien tampak lebih segar, tampak edema di kedua
Mengukur intake ekstremitas atas dan edema palpebra,
dan output Intake : infus = 1034,4
Oral = 170
Tranfusi = 750
Obat = 120
Total intake = 2.074,4
Output : UF= 1500
IWL= 620
Total output = 2.120
-Memberikan diet Balance cairan = - 45,6
sesuai khusus
17.00 (RPRGRK) S: Klien makan makanan yang disediakan oleh RS Yani
O: klien makan 1/2 porsi, mual masih
-Memberikan obat
sesuai instruksi
18.00 dokter S: -
O: memberikan therapy injeksi pantoprazole 40mg, Yani
mecobalamin 500mcq, citicolin 1gr obat masuk secara iv

33
pelan, tidak ada tanda-tanda infeksi di daerah insersi
-Menganjurkan klien infus.
untuk istirahat
19.00
S: -
yani
O: klien belum mau istirahat, posisi semi fowler, terpasang
02 nasal 4lpm
-Mengobservasi
tanda-tanda vital
3. Sabtu, 1 S: -
27-01-2018 O: Kesadaran CM, E4M6V5, akral hangat, tidak ada piting Yani
08.00
edema, tidak ada syanosis.
TD : 154/85 mmHg
Nadi : 128 kali/mnt
Suhu : 36,3 oC
RR : 24x/mnt
O2 : 98 %

-Memberikan obat
sesuai instruksi
dokter. S: -
09.00 O: memberikan therapy injeksi Citicolin 1gr obat masuk Yani
secara iv pelan, tidak ada tanda-tanda infeksi di daerah
-Memberikan diet insersi infus dan obat oral Nocid 2tab, Ulsafat 1C,
sesuai khusus Forneuro 1 cap obat masuk per oral tidak ada muntah.
(RPRGRK S: Klien makan makanan yang disediakan oleh RS
O: klien makan snack puding habis 1 porsi

34
10.00 - Mengukur intake Yani
dan output
S: klien tampak sedang menjalani hemodialisa
O: klien tampak lebih segar, tampak edema di kedua
11.00 ekstremitas atas dan edema palpebra berkurang. Yani
Intake : infus = 187
Oral = 70
Tranfusi = 250
Obat = 45
Total intake = 552
Output : UF= 2.500
IWL= 206,7
Total output = 2.706,7
-Mengantar klien Balance cairan = - 2.154,7
pindah ruangan biasa
S: klien tampak lebih segar dari sebelumnya.
O: kesadaran compos mentis, terpasang O2 nasal 3 lpm K/P,
akral hangat, tidak ada piting edema, edema tampak
14.00 Yani
berkurang.
TD : 120/83 mmHg
Nadi : 118 kali/mnt
Suhu : 36,3 oC
RR : 22x/mnt
O2 : 98 %

35
36
J. EVALUASI

No Hari/Tgl/ Diagnosa Evaluasi TTD


Jam
1. Sabtu, Kelebihan volume S : Klien mengatakan sesak berkurang, badan yani
27-01-18 cairan b.d sudah mulai lebih fresh dari sebelumnya.
Jam Disfungsi ginjal O : kesadaran compos mentis, akral hangat,
08.00 sesak berkurang, tidak ada piting edema,
edema pada palpebra dan ekstremitas atas
berkurang, mual muntah berkurang.
Ur : 54 mg/dl
Creatinin : 4,4 mg/dl
TD : 120/83 mmHg
Nadi : 118 kali/mnt
Suhu : 36,3 oC
RR : 22x/mnt
O2 : 98 %

A : Masalah teratasi sebagian


P:
 Lakukan discharge Planning
 Motivasi klien dan keluarga untuk
batasi mimun 500cc/24 jam
 Anjurkan klien untuk batasi aktivitas
 Ukur intak output klien
 Berikan diet khusus (RPRGRK)

37

Anda mungkin juga menyukai