PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan menjaga agar hidup tetap sehat, kita
memerlukan makanan, terutama makanan yang sehat dan seimbang. Tubuh manusia
dalam aktivitas kehidupannya memerlukan lebih dari 50 macam zat makanan yang
berbeda-beda. Zat-zat makanan tersebut ada yang dibutuhkan dalam jumlah banyak
(makronutrien), ada pula yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien). Salah
satu zat dalam makanan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak adalah protein.
Protein menyimpan kurang lebih 50% berat kering organisme. Protein bukan
hanya sekedar bahan simpanan atau bahan struktural, seperti karbohidrat dan lemak,
tetapi juga berperan penting dalam fungsi keidupan.
B. Tujuan Penulisan
Modul ini disusun untuk:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi semester I tahun akademik 2012/2013.
2. Memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang “Protein” sebagai salah satu zat
gizi.
C. Manfaat Penulisan
Dengan disusunnya modul tentang “Protein” ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengertian protein, struktur protein,
asam-asam amino, dan sifat protein.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menyebutkan jenis-jenis protein, fungsi protein,
dan apa saja sumber-sumber protein.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan proses pencernaan protein serta apa saja akibat
kelebihan dan kekurangan protein.
4. Mahasiswa dapat menerapakan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari.
1
BAB II
ISI
A. Pengertian Protein
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama")
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), dan kadang kala sulfur (S) serta fosfor (P). Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus
(http://id.wikipedia.org/wiki/Protein).
Almatsier. S, 1989
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu
hingga beberapa juta.
Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain dalam
ikatan peptida.
Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen;
beberapa asam amino disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium,
dan cobalt.
Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein
akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak.
Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein.
Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat
molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya.
Sudarmadji, 1989
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.
Tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan
lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi.
Namun apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di
pakai sebagai sumber energi.
2
Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C,
H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe.
B. Struktur Protein
Gaman, P.M, 1992
Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-
asam amino.
Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi
gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino
yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida.
Ikatan pepetida ini merupakan ikatan tingkat primer.
Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara demikian disebut
ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan bila lebih
banyak lagi disebut polypeptida.
Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut
oligopeptida.
Molekul protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah besar asam-asam
aminonya saling dipertautkan dengan ikatan peptida tersebut
C. Asam-asam Amino
Aryulina, S. dkk, 2007
Protein terdiri dari satu atau lebih polimer yang setiap polimernya tersusun atas
monomer yang disebut asam amino.
3
Masing masing asam amino mengandung satu asam karbon (C), yang mengikat satu
atom hidrogen (H), satu gugus amin (−NH2), satu gugus karboksil (−COOH), dan
lain-lain (gugus R).
Ikatan peptida
Sudarmadji. S, 1989
Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil
(−COOH) dan satu atau lebih gugus amino (−NH 2) yang salah satunya terletak pada
atom C tepat disebelah gugus karboksil (atom C alfa).
Asam-asam amino bergabung melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus
karboksil dari asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang
disampingnya.
Poejiadi. A, 1994
4
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik
non polar seperti eter, aseton, dan kloroform.
Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina.
Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon
umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
Demikian amina pula, umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik.
D. Sifat Protein
Sudarmadji. S, 1989
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami
perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis.
Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya: panas,
asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi
radioaktif.
Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan (menjadi
tidak larut) atau pemadatan.
5
Dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau
bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda.
E. Jenis-jenis Protein
Budianto. A.K, 2009: klasifikasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Berdasarkan bentuknya :
a. Protein fibriler (skleroprotein)
Adalah protein yang berbentuk serabut.
Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam
basa ataupun alkohol.
Contoh: kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin
pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah.
b. Protein globuler (steroprotein)
Adalah protein yang berbentuk bola.
Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah
berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa
dibandingkan protein fibriler.
Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah diikuti
dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh
enzim dan hormon.
6
d. Prolamin atau gliadin
Yaitu larut dalam alkohol 70-80% dan tak larut dalam air maupun alkohol
absolut. Contohnya prolamin dalam gandum.
e. Histon
Yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam amoniak encer. Contohnya adalah
histon dalam hemoglobin.
f. Protamin
Yaitu protein paling sederhana dibandingkan protein-protein lainnya, tetapi
lebih kompleks dari pada protein dan peptida, larut dalam air dan tidak
terkoagulasi oleh panas. Contohnya salmin dalam ikan salmon.
7
F. Fungsi Protein
Secara umum protein berfungsi sebagai zat pembangun dan pelindung tubuh.
Fungsi lainnya di dalam tubuh adalah:
1. Mensintesis substansi-substansi penting seperti hormon, enzim, antibodi, dan
kromosom.
2. Mendorong pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan struktur tubuh, mulai dari
sel, jaringan, hingga organ.
3. Memacu dan berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia dan biologis
(biokatalisator).
4. Menyeimbangkan cairan dalam tubuh (asam-basa) karena bersifat amfoter (dapat
bersifat asam atau basa).
5. Berfungsi sebagai sistem buffer (penyangga pH) yang efektif.
6. Menyediakan energi.
7. Membantu mengatur kemampuan tubuh mendetoksifikasi (menawar racun)zat-zat
asing.
(Aryulina, S. dkk, 2007)
G. Sumber Protein
Dalam kualifikasi protein berdasarkan sumbernya, telah kita ketahui protein
hewani dan protein nabati.
1. Sumber protein hewani
Dapat berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti hati, pankreas, ginjal, paru,
jantung , jerohan. Yang terakhir ini terdiri atas babat dan iso (usus halus dan
usus besar).
Susu dan telur termasuk pula sumber protein hewani yang berkualitas tinggi.
Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein
yang baik, karena mengandung sedikit lemak, tetapi ada yang alergis terhadap
beberapa jenis sumber protein hasil laut ini. Jenis kelompok sumber protein
hewani ini mengandung sedikit lemak, sehingga baik bagi komponen susunan
hidangan rendah lemak. Namun kerang-kerangan mengandung banyak
kolesterol, sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet rendah kolesterol.
Ayam dan jenis burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein
hewani yang berkualitas baik. Harus diperhatikan bahwa telur bagian merahnya
8
mengandung banyak kolesterol, sehingga sebaiknya ditinggalkan pada diet
rendah kolesterol.
(Sediaoetama. A.D, 1985)
9
H. Pencernaan Protein
Protein dalam makanan hampir sebagian besar berasal dari daging dan sayur-
sayuran.
Proses pencernaan protein
Protein mula-mula dicerna di lambung oleh enzim pepsin, yang aktif pada pH 2-3
(suasana asam).
Proses pencernaan protein yang dilakukan pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan
protein total.
Pencernaan dilakukan dengan proses hidrolisis yang terjadi pada rantai polipeptida.
Sebagian besar pencernaan protein terutama terjadi di usus.
Ketika protein meninggalkan lambung, protein telah dicerna pepsin dan
menghasilkan proteosa, pepton, dan polipeptida.
Setelah memasuki usus produk-produk tersebut akan bercampur dangan enzim
pankreas di bawah pengaruh enzim tripsin, kimotripsin, dan peptidase.
Tripsin dan kimotripsin memecah molekul protein menjadi polipeptida kecil yang
kemudian dicerna enzim peptidase menjadi asam-asam amino.
Asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan ini kemudian diserap dinding
usus dan diedarkan darah untuk digunakan di dalam jaringan.
(Aryulina, S. dkk, 2007)
10
I. Akibat Kelebihan Protein
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi
protein biasanya tinggi lemak sehingga menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi
yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan
protein dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi.
Jika kelebihan protein akan mengalami deaminase, yaitu unsur N akan dikeluarkan
dari tubuh dan sisa-sisa unsur karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan obesitas.
Kelebihan asam amino pada bayi dapat membertkan kerja hati dan ginjal yang
harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak
darah, kenaikan ureum darah, dan demam.
Ini dilihat pada bayi yang diberi susu skim atau formula dengan kosentrasi tinggi,
sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/Kg berat badan. Batas yang dianjurkan
untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk
protein.
(Almatsier, S, 2004)
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari makalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa, protein merupakan salah
satu zat makanan yang dibutuhkan dalam jumlah besar (makronutrien). Protein terdiri
dari satu atau lebih polimer. Setiap polimer tersusun atas monomer yang disebut asam
amino. Masing masing asam amino mengandung satu asam karbon (C), yang mengikat
satu atom hidrogen (H), satu gugus amin (−NH2), satu gugus karboksil(−COOH), dan
lain-lain (gugus R). Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein
misalnya: panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar
radiasi radioaktif. Berdasarkan hasil hidrolisa total suatu protein dikelompokkan
sebagai asam amino esensial, yaitu asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh,
dan asam amino non esensial, yaitu asam amino yang dapat disintesa oleh tubuh.
Protein bersumber dari hewani dan nabtai. Pencernaan protein terjadi di lambung
dengan bantuan enzim pepsin, dan di usus dengan bantuan enzim tripsin, kemotripsin,
dan peptidase. Kelebihan protein dapat menyebabkan obesitas dan kekurangan protein
dapat menyebabkan kwashiorkor.
B. Saran
Demikian makalah ini telah disusun, semoga dengan ditulisnya makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang protein, utamanya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
13