Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan sudah merupakan industri jasa kesehatan

utama dimana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima

jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan

yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa

pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas

yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat

dipertanggung-jawabkan (Prof. Elly Nurachmah, 2001).

Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk

menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan

klien sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur (“benchmark”)

utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001).

Para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari

hak-haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke

pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak

mereka sebagai penerima jasa tersebut. Oleh karena itu industri jasa

kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan

merupakan upaya kompetentif dalam rangka mempertahankan eksistensi

pelayanan tersebut.

Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak

seorang perawat Muslim pertama yaitu Siti Rufaida pada jaman Nabi

1
Muhammad S.A.W selalu berusahan memberikan pelayanan terbaiknya

bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau

miskin.

Demikian pula Florence Nightingale pada tahun 1858, telah

berupaya memperbaiki kondisi pelayayanan keperawatan yang diberikan

kepada serdadu pada perang Krimen. Dengan terjadinya perubahan

diberbagai aspek kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang

menjadi suatu profesi yang memiliki keilmuan unik yang menghasilkan

peningkatan minat dan perhatian diantara anggotanya dalam

meningkatkan pelayanannya.

Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien

sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini

ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa

merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan

harapan klien.

Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika

pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan

yang dimiliki oleh para perawat dalam memperlihatkan sebagai suatu

kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya

untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan

standar dan etika profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri

dari kegiatan pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, implementasi

dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.

2
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat

melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan

masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat dapat

mendemonstrasikan tanggung jawab pada klien, sehingga kualitas praktik

keperawatan dapat ditingkatkan. 

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu proses keperawatan?

2. Bagaimana tahap pengkajan proses keperawatan?

3. Bagaimana tahap diagnosa proses keperawatan?

4. Bagaimana tahap perencanaan proses keperawatan?

5. Bagaimana tahap implementasi proses keperawatan?

6. Bagaimana tahap evaluasi proses keperawatan?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu proses keperawatan

2. Untuk mengetahui pengkajan proses keperawatan

3. Untuk mengetahui diagnosa proses keperawatan

4. Untuk mengetahui perencanaan proses keperawatan

5. Untuk mengetahui implementasi proses keperawatan

6. Untuk mengetahui evaluasi proses keperawatan

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang

sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada individu, kelompok

dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah

dari respon pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto & Wartonah, 2004).

Proses kaparawatan adalah sebagai berikut Suatu metoda

pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional (Kozier,

1991).

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan

masalah yang membuat perawat dapat merencanakan dan memberikan

asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi: pengkajian diagnosis

keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan),

implementasi, dan evaluasi (Potter dan Perry, 1997).

Proses keperawatan adalah teknik pemecahan masalah yang

meliputi: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

(Carpenito, 2007)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses

keperawatan adalah tahap memberikan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4
B. Langkah-langkah dalam Proses Keperawatan

1. Pengkajiaan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,

kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial

dan lingkungan (Evania, Nadia 2013).

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan pemikiran dasar dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data

sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon

individu.

Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai

status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan

terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi

kesehatan lainnya.

Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau

respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-

hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.

5
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien

yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah,

serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses

keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar

tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar

tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,

merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah-masalah klien.

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit

(initial assessment), rirawat secara terus-menerus (ongoing

assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi

data (re-assessment).

a. Tujuan Pengumpulan Data

1) Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.

2) Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

3) Untuk menilai keadaan kesehatan klien.

4) Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan

langah-langkah berikutnya.

b. Tipe Data

1) Data Subjektif

Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien

sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.

6
Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,

mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status

kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,

ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.

2) Data Objektif

Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan

diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat,

dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya

frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan,

tingkat kesadaran.

c. Karakteristik Data

1) Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu

mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak

mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam

mengenai masalah klien tersebut.

2) Akurat dan Nyata

Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus

berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar

tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur

melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua

data yang mungkin meragukan. Dokumentasikan apa adanya

sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.

7
3) Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya

menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan,

sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi

seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data

komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data

yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan

data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi

khusus.

d. Sumber Data

1) Sumber data primer

Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat

dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah

kesehatan klien.

2) Sumber data sekunder

Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui

orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien

mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau

kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak,

atau klien dalam kondisi tidak sadar.

3) Sumber data lainnya

a) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya. Catatan

kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber

8
informasi yang dapat mendukung rencana tindakan

perawatan.

b) Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik dan catatan

perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh

dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang

difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk

menentukan rencana tindakan medis.

c) Konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis,

khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam

merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi

tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan

diagnosa.

d) Hasil pemeriksaan diagnostic, Seperti hasil pemeriksaan

laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat

sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan

masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik

dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari

tindakan keperawatan.

e) Perawat lain Jika klien adalah rujukan dari pelayanan

kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi

kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal

ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah

diberikan.

9
f) Kepustakaan. Untuk mendapatkan data dasar klien yang

komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang

berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur

sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan yang benar dan tepat.

e. Metoda Pengumpulan Data

1) Wawancara

2) Observasi

3) Pemeriksaan fisik

4) Studi Dokumentasi

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-

masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.

Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan

intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat

perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah

perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi

atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan

pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan

mencerminkan keadaan kesehatan klien.

a. Tipe Diagnosa Keperawatan.

10
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur

diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya.

b. Diagnosa Keperawatan Aktual (Actual Nursing Diagnoses).

Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang

secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor

yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini

mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan

karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan.

c. Diagnosa Keperawatan Risiko dan Risiko Tinggi (Risk and High-

Risk Nursing Diagnoses).

Diagnosa Keperawatan Risiko dan Risiko Tinggi adalah

keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat

rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga

keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau

hampir sama.

d. Diagnosa Keperawatan Kemungkinan (Possible Nursing

Diagnoses).

Diagnosa Keperawatan Kemungkinan adalah pernyataan

tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data

tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan

untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA

tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini.

e. Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses).

11
Diagnosa Keperawatan Sejahtera adalah ketentuan klinis

mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari

tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik.

f. Diagnosa Keperawatan Sindroma

(Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok

diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan

tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah

menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom

trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse”.

g. Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.

Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim

dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa

keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko

tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen

utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem

(masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala)

h. Problem (masalah)

Problem adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan

keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau

penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.

Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab

terjadinya problem (masalah). Sign/symptom (tanda/ gejala),

12
adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat

adanya masalah.

Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat

menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang sangat tergantung

kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat

rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai

berikut:

a. Diagnosa keperawatan aktual

Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan

peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi)

ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala

nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan

umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala

bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).

b. Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi

Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya

luka trauma jaringan (Etiologi) Pada diagnosa risiko, tanda/gejala

sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum

terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak

mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh

perawat.

c. Persyaratan Diagnosa Keperawatan.

Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:

13
1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien

terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.

2) Spesifik dan akurat.

3) Merupakan pernyataan dari : P (Problem) + E (Etiologi) +

(Sign/Simptom) atau P (Problem) + E (Etiologi).

4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.

5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.

d. Prioritas Diagnosa Keperawatan.

Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya

diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien.

e. Berdasarkan tingkat Kegawatan

Keadaan yang mengancam kehidupan. Keadaan yang tidak gawat

dan tidak mengancam kehidupan. Persepsi tentang kesehatan dan

keperawatan.

f. Berdasarkan Kebutuhan Maslow

Berdasarkan Kebutuhan Maslow yaitu Kebutuhan

fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan

mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan

aktualisasi diri

g. Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.

Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan

diagnosa medis dibawah ini:

a) Diagnosa keperawatan

14
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya,

berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-

spiritual, berubah sesuai dengan perubahan respons klien,

mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan

tindakan keperawatan dan evaluasi.

b) Diagnosa Medis

Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan

penyembuhan penyakit. Berorientasi kepada keadaan patologis

dan cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.

mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar

dikolaborasikan kepada perawat.

3. Perencanaan

Menurut Kozier et al. (1995) perencanaan adalah sesuatu yang

telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang sistematis dari

proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan

pemecahan masalah.

Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya

berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa

keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan

asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau

mengeliminasi masalah kesehatan klien.

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan

meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang

15
diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan

pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa

keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan

kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa

keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan

klien (Potter & Perry, 1997).

Penetapan prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan

intervensi keperawatan yang sesuai dengan berbagai masalah klien

(Carpenito, 1997). Penetapan prioritas dilakukan karena tidak semua

masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu

metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki

kebutuhan menurut Maslow. Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga

tingkatan, antara lain high priority, intermediate priority, dan low

priority. Dalam menetapkan prioritas perawat juga harus

memperhatikan nilai dan kepercayaan klien terhadap kesehatan,

prioritas klien, sumber yang tersedia untuk klien dan perawat,

pentingnya masalah kesehatan yang dihadapi, dan rencana pengobatan

medis.

Diagnosa keperawatan klien dan penetapan prioritas membantu

dalam menentukan tujuan keperawatan. Tujuan adalah petunjuk untuk

menyeleksi intervensi keperawatan dan kriteria hasil dalam

mengevaluasi intervensi yang telah diberikan (McCloskey &

Bulechek, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Evaluasi kritis perawat

16
dalam menetapkan tujuan dan ukuran hasil yang diharapkan

ditekankan pada diagnosa, masalah yang mendesak, dan sumber-

sumber klien serta sistem pelayanan keperawatan (Bandman &

Bandman, 1995, dalam Potter & Perry, 1997).

Tujuan penulisan rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil

yang diharapkan adalah:

a. Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan merupakan petunjuk

untuk intervensi keperawatan pada individu.

b. Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan menentukan efektivitas

dari intervensi keperawatan.

Dalam penulisan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan

terdapat beberapa petunjuk, antara lain:

1) Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan,

2) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.

3) Mencakup kriteria hasil yang merupakan dasar untuk melakukan

evaluasi.

4) Berpusat pada klien.

5) Terlihat/ dapat diamati.

6) Dapat diukur.

7) Adanya batasan waktu.

8) Realistik.

Strategi intervensi keperawatan berhubungan dengan diagnosa

keperawatan spesifik yang ditetapkan perawat untuk mencapai tujuan

17
perawatan klien dan kriteria hasil. Intervensi keperawatan yang

spesifik harus berfokus dalam mengeliminasi atau menurunkan

etiologi (penyebab) dari diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan

pernyataan tujuan serta kriteria hasil. Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam menentukan rencana intervensi keperawatan adalah:

a) Mengidentifikasi alternatif tindakan.

b) Menetapkan dan menguasai teknik serta prosedur keperawatan

yang akan dilakukan.

c) Melibatkan klien dan keluarganya.

d) Melibatkan anggota tim kesehatan lainnya.

e) Mengetahui latar belakang budaya dan agama klien.

f) Mempertimbangkan lingkungan, sumber, dan fasilitas yang

tersedia.

g) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. Harus

dapat menjamin rasa aman klien.

h) Mengarah pada tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai.

i) Bersifat realistik dan rasional.

j) Rencana tindakan disusun secara berurutan sesuai prioritas.

Demikian juga dalam tehnik penulisan rencana intervensi

keperawatan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh

perawat antara lain:

18
- Kalimat yang ditulis harus berupa kalimat instruksi, berfungsi

untuk menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Instruksi dibuat

secara ringkas, tegas, tepat dan kalimat mudah dimengerti.

- Dapat dijadikan alat komunikasi antar anggota keperawatan/ tim

kesehatan lain untuk kesinambungan asuhan keperawatan yang

akdiberikan kepada klien.

- Memuat informasi yang selalu baru.

- Didokumentasikan pada tempat/ kolom yang ditentukan sebagai

pertanggung-jawaban dan pertanggunggugatan perawat terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.

Dalam pelaksanaan rencana keperawatan perawat memakai

format yang didalamnya terdapat beberapa kolom. Kolom-kolom

tersebut terdiri dari kolom diagnosa keperawatan, kolom tujuan

dan kriteria hasil, dan kolom rencana intervensi keperawatan

beserta rasionalnya.

Pada tahap ini, dilakukan pelaksanaan dari perencanaan

keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah

pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan.

Petunjuk Umum dalam Menulis Tujuan

1) Tulislah tujuan dalam istilah yang dapat diukur. Hindari kata-

kata : baik, normal, cukup dan perbaikan.

19
2) Tulislah tujuan dalam istilah `yang dapat dicapai oleh klien`,

bukan tindakan keperawatan

3) Tulis tujuan sesingkat mungkin

4) Buat tujuan yang spesifik

5) Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan

6) Rencanakan batas waktu untuk pencapaian setiap tujuan.

Tulis tanggal tujuan dan tanggal evaluasi.

Secara umum : SMART : Specific, Measurable,

Achievable, Reality and Time (singkat, jelas, dapat dimengerti,

spesifik, dapat diukur, dapat dinilai, realistis, berdasarkan

diagnosis keperawatan dan kriteria waktu tertentu).

Menetapkan kriteria hasil asuhan keperawatan

a. Merupakan model atau standar yang digunakan untu

membuat keputusan

b. Dinyatakan sebagai hasil, misalnya merupakan perubahan

status kesehatan

c. Menentukan apakah tujuan dapat dicapai

d. Menentukan kriteria keberhasilan yang ditentukan, yang

mencakup perubahan perilaku, apa yang dilakukan oleh klien

dan bagaimana kemampuan klien sebelum mencapai tujuan

Manifestasi terhadap respon manusia : KAPP (Kognitif,

Afektif, Psikomotor, dan Perubahan fungsi tubuh)

20
 Kognitif : pengetahuan; berdasarkan pengulangan informasi

yang telah diajarkan kepada klien.

 Affektif : mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga

terhadap stress yang dihadapi (status emosional)

 Psikomotor : mengidentifikasi apa yang seharusnya bisa

dilaksanakan oleh klien sebagai hasil dari rencana pengajaran

 Perubahan fungsi tubuh : sejumlah manifestasi yang dapat

diobservasi

Setelah menerapkan prioritas dan tujuan asuhan

keperawatan maka seorang perawat menetapkan intervensi

keperawatan yang akan di berikan kepada klien.

Menuliskan dan mendokumentasikan perencanaan asuhan

keperawatan. Mendokumentasikan perlu di lakukan sebagai bukti

dan juga dapat di gunakan sebagai acuan terhadap proses

selanjutnya atau perencanaan asuhan keperawatan lain di

kemudian hari.

Manfaat membuat perencanaan asuhan keperawatan

adalah sebagai penghubung kebutuhan klien, untuk menjelaskan

intervensi keperawatan yang harus dilaksanakan, untuk

meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan

pengertian yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan,

menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan

keperawatan.

21
Contoh tabel format intervensi

No Hari/tanggal Tujuan Intervensi Ttd


perawat

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam

Potter & Perry, 1997).

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien

terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki

kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk

mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar

sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai

kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan

interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada

kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan

komunikasi. (Kozier et al., 1995).

22
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa

pertimbangan, antara lain:

a. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar

dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.

b. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang

dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-

kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.

c. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.

d. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih

parah serta upaya peningkatan kesehatan.

e. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi

kebutuhannnya.

1) Tipe Implementasi

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga

kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:

a) Cognitive implementations

Meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat

pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari,

membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,

memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan,

mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan

lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.

b) Interpersonal implementations

23
Meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan

pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan

jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan

dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role

model, dan lain lain.

c) Technical implementations

Meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan

aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data

dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal,

melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan

rujukan, dan lain-lain.

2) Tahap Yang Perlu Diperhatikan Dalam Implementasi

Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat

dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah: Menggali

perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional sendiri,

memahami rencana keperawatan secara baik, menguasai

keterampilan teknis keperawatan, memahami rasional ilmiah dari

tindakan yang akan dilakukan, mengetahui sumber daya yang

diperlukan, memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku

dalam pelayanan keperawatan, memahami standar praktik klinik

keperawatan untuk mengukur keberhasilan, memahami efek

samping dan komplikasi yang mungkin muncul dan penampilan

perawat harus menyakinkan.

24
Pada tahap pelaksanaan yaitu, mengkomunikasikan/

menginformasikan kepada klien tentang keputusan tindakan

keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat, beri kesempatan

kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap

penjelasan yang telah diberikan oleh perawat, menerapkan

pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia dan

kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan yang diberikan oleh perawat, hal-hal yang perlu

diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien,

pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy,

kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan.

Pada tahap terminasi yaitu terus memperhatikan respons klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan, tinjau

kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan,

Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi, dan

Lakukan pendokumentasian.

Contoh tabel implementasi

No Hari/tanggal No Jam Tindakan Respon Ttd


DX Pasien perawat

5. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan

25
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan

kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,

untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan

mengukur hasil dari proses keperawatan.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan

sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar

tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku

klien yang tampil.

Tujuan dari evaluasi antara lain:

a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.

b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari

tindakan keperawatan yang telah diberikan.

c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan

d. Mendapatkan umpan balik.

e. Sebagai tanggungjawab dan tanggung jawab dalam pelaksanaan

pelayanan keperawatan.

Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang

harus diikuti oleh perawat, antara lain:

a) Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah

ditetapkan.

b) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang

diharapkan.

c) Mengukur pencapaian tujuan.

26
d) Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.

e) Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan

bila perlu.

Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam

Craven & Hirnle, 2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Evaluasi struktur.

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau

keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek

lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas

fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan

pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang

diinginkan.

b. Evaluasi proses.

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan

apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa

cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi

perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang

didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari

perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal

perawat.

c. Evaluasi hasil.

27
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons

prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan

akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:

 Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

 Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan

sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

 Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan

perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan

tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan

timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak

teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan

tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Subjective adalah

informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan

diberikan. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil

pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat

setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara

informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,

kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi

sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan

lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa

28
Tahap evaluasi

Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan

sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif

(dengan proses dan evaluasi akhir).

Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Evaluasi berjalan (sumatif)

Evaluasi jeni ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format

catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang

dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP. S =

Data Subjektif, Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang

dirasakan sendiri oleh pasien, O = Data Objektif, Tanda-tanda klinik

dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan meliputi

data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat

diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan diagnostic laboratorium. A = Pengkajian (Assesment),

Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah

pasien. P = Perencanaan, Pengembangan rencana segera atau untuk

yang akan dating dari intervensi tindakan untuk mencapai status

kesehatan optimal.

2. Evaluasi akhir (formatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan

antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara

keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu

29
ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang

perlu dimodifikasi.

Contoh tabel format evaluasi

No Hari/tanggal Catatan Perkembangan Ttd Perawat

30
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir

dengan menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan ASKEP

kepada individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah

kesehatan yang dialami.

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: Pengkajian,

Diognasa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap-tahap dalam

proses keperawatan saling berkesinambungan dan tidak dapat di pisahkan

satu sama lain.

B. SARAN

Perawat harus memiliki kemampuan professional dalam

melaksanakan pengkajian, karena pengkajian data merupakan dasar utama

dari pelaksanaan proses keperawatan, Pengkajian keperawatan harus

dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data akurat, Dalam

menentukan diagnose harus disesuaikan dengan kebutuhan klien, Data

yang diperoleh harus akurat dan bukan kesimpulan peraat, Perawat tidak

boleh langsung membuat keputusan tentang kondisi klien.

31
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta:  Salemba Medika.

Evania, Nadia. (2013). Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik. Jogjakarta: D-Medika.

Nurarif, A. H & Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta:  Salemba Medika.

http://contohmakalahproseskeperawatan.blogspot.com/

http://trisakmal1993.blogspot.com/p/kesehatan.html

32

Anda mungkin juga menyukai