Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK


DI UPT PSTW JOMBANG

Disusun oleh :
NOVINDA ADELLA PUTRI
2017.49.050

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOARTHRITIS PADA LANSIA

A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik dimulai dengan
adanya beberapa perubahan dalam hidup.Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkunganya (Darmojo,2013).
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 60-
74 (Nugroho, 2008).
2. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
3. Teori Proses Penuaan
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :
a. Teori biologis
1) Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme
yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi.
Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung,
namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor,
radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen
pada proses penuaan.
2) Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul
kolagen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang
lama meningkatkan regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi
kimia yang menimbulkan senyawa antara melokul-melokul yang
normalnya terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
3) Teori imunolgi
Teori ini berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, system imun akan mengalami penurunan dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh
sehingga akan sangat mudah mengalami infeksi. perubahan sistem imun
ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya
keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan
tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh.
Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh
untuk melawan sistem imun itu sendiri.
4) Teori psikososial
a) Teori disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan lansia dari peran masyarakat dan
tanggung jawab. Lanisa akan dikatakan bahagia apabila kontak social
berkurang dan diambil alih oleh generasi yang lebih muda. Manfaat
dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang
telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.
b) Teori aktivitas
Menurut teori ini lansai yang sukses maka ia harus tetap
beraktivitas. Kesempatan untuk berperan aktif yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya
fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan
aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara
kesehatan sepanjang kehidupan.
c) Teori kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia
dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat
berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan
kualitas hidup.
4. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarg yaitu:
a. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa
umurnya.
b. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan
hidupnya, keluarga, dan teman.
c. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan
status kesehatan dan ekonomi
d. Menyiapkan pendapatan yang memadai
e. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif
f. Memelihara kebersihan diri
g. Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan teman
h. Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi

i. Memulai hobi baru yang meningkatkan status


j. Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
k. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit diri dan
pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang disayangi;
menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi
5. Batasan Lanjut Usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHOdalam Psychologymania, 2013
batasan lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011, yaitu :
a. Perubahan organik
1) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
2) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
3) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
4) Jumlah lemak meningkat.
5) Penggunaan oksigen menurun.
6) Ekskresi hormon menurun.
7) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
8) Lumen arteri menebal
b. Sistem pernafasan
1) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
2) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
3) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
4) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
c. Sistem pendengaran
1) Hilangnya neuron auditorius
2) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
3) Peningkatan serumen
4) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
d. Sistem penglihatan
1) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan adaptasi
terhadap terang/gelap
2) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
3) Peningkatan insiden glaucoma
4) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
5) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
6) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
e. Sistem integument
1) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
2) Kekeringan dan pruritus
3) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
4) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
5) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan
timbulnya nyeri
6) Penyembuhan luka makin lama
f. Sistem musculoskeletal
1) Penurunan kekuatan otot
2) Penurunan densitas tulang
3) Penurunan tinggi badan
4) Nyeri dan kekakuan pada sendi
5) Peningkatan risiko fraktur
6) Perubahan cara berjalan dan postur
g. Sistem endokrin
1) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
2) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
3) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
4) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
5) Penambahan berat badan
6) Peningkatan insiden penyakit tiroid
h. Sistem perkemihan
1) Penurunan GFR
2) Penurunan kemampuan penghematan natrium
3) Peningkatan BUN
4) Penurunan aliran darah ginjal
5) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
6) Peningkatan urgensi
i. Sistem reproduksi
1) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
2) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
3) penurunan elevasi testis
4) hipertrofi prostat
5) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga
pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan
j. sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan tekanan darah
2) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar
3) Peningkatan aritmia
4) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
5) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
6) Penurunan toleransi
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 pemeriksaan lab rutin diperiksa pada pasien
lansia untuk mendeteksi dini gangguan kesehatan yang sering dijumpai lansia.
Pemeriksaannya yaitu :
a. Pemeriksaan hematologi rutin
b. Urin rutin
c. Glukosa
d. Profil lipid
e. Alkalin pospat
f. Fungsi hati
g. Fungsi ginjal
h. Fungsi tiroid
i. Pemeriksaan feses rutin

B. Konsep Osteoarthritis
1. Pengertian
Osteoarthriris adalah penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi, vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling
sering terkena osteoarthritis. (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoarthritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada
usia kanjut, jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering
dijumpai pada usia diatas 60 tahun.

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak


meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung
berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
2. Etiologi
Osteoarthritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari
tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan
halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Beberapa
faktor resiko timbulnya osterathritis yaitu :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat.Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada
umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan
endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih
sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis
lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya
peran hormonal pada patogenesisosteoartritis.
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter
falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali
lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis.
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang
biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang
terkena.
d. Kegemukan (obesitas)
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula).
e. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik
sendi tersebut.
f. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia mudah
g. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
mudah robek.
3. Klasifikasi
Osteoarthritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Osteosrthritis primer / ideopatik : disebabkan karena factor genetic yaitu
adanya aknormalitas kolagen sehingga mudah rusak.
b. Osteoarthritis sekunder : didasari kelainan seperti kelainan endokrin
terutama kegemukan dan inflamasi.
4. Manifestasi klinis
a. Nyeri sendi
b. Hambatan gerak sendi
c. Nyeri bertambah dengan aktivitas
d. Krepitasi (rasa gemertak)
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda peradangan sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan kemerahan)
(Nurarif dkk, 2015)
5. Patobiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi
yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggungberat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi
yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.
6. Pelaksanaan
a. Terapi non farmakologi
1) Edukasi
2) Menurunkan berat badan
3) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit.
4) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
5) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
6) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat
7) Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat
nyeri
8) Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
b. Terapi farmakologi
1) Obat sistematik
a) Analgetik oral : paracetamol, codein, tramadol
b) Antiinfkamasi nonsteroid : acetaminophen 500 mg
c) Chondroprotective (menjaga dan merangsang perbaikan tulang
rawan sendi) : tetrasiklin, glikosaminoglikan, kondroitin sulfat,
vit C, superoxide dismutase.
2) Obat topical
a) Krim rubefacints dan capsaicin
b) Krim NSAIDs

C. Konsep Askep Osteoarthritis pada Lansia


1. Biodata
a. Nama
b. Umur
c. Agama
d. Alamat asal
e. Tanggal dating
f. Penanggung jawab
g. Alamat
2. Perubahan yang terjadi pada lansia dan upaya pemenuhan kebutuhannya
a. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak,
atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2) Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3) Integritas Ego
a) Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
b) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
c) Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas
pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4) Makanan / Cairan
a) Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
b) Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan,
kekeringan pada membran mukosa.
5) Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.

6) Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7) Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi.Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pagi hari).
8) Keamanan
a) Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
b) Lesi kulit, ulkas kaki
c) Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
d) Demam ringan menetap
e) Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9) Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain,
perubahan peran: isolasi.
10) Muskuloskeletal
Ekstremitas sulit digerakkan, terasa tidak nyaman/nyeri saat
digerakkan atau tidak digerakkan
b. Postensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
a. Psikososial : apa yang dirasakan klien, interaksi dengan sesame,
klien menilai dirinya seperti apa, kemampuan mengendalikan
emosi baik atau tidak, serta adaptasi dengan orang lain dan
lingkungan baru
b. Spiritual : bagaimana aktivitas ibadah sehari hari serta hambatan
yang dialaminya
3. Faktor-faktor resiko
a. Kondisi patologis
1) Keluhan utama : nyeri / linu-linu pada lutut, pergelangan tangan
atau anggota tubuh lainnya
2) Riwayat penyakit : perjalanan penyakit yang dikeluhakan
b. Stressor : hal apa yang dapat menyebabkan nyeri terjadi fisiologis
sepertu menggerakkan anggota tubuh atau psikologis
c. Lingkungan : kebersihan, kerapian, fasilitas lingkungan rumah
maupun kamar, halaman, kamar mandi klien
d. Kebiasaan lansia : hobi klien, kebiasaan positif dan negatef yang
dilakukan klien sehari hari
4. Negative functional concequences
Kemampuan aktivitas sehari-hari, aspek kognitif, resiko jatuh,
pemenuhan kebutuhan tidur klien, hal yang membuat kecemasaan klien,
status nutrisi lansia, hasil pemeriksaan diagnostic yang sudah dilakuakan
klien
5. Rencana Keperawatan
a. Nyeri Kronis
1) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
2) Penyebab :
a) Kondoisi musculoskeletal kronis
b) Kerusakan system syaraf
c) Penekanan syaraf
d) Kondisi pasca trauma
e) Tekanan emosional
f) Riwayat penganiayaan
g) Riwayat penyalahgunaan obat/zat
3) Gejala dan tanda mayor
S:- Mengeluh nyeri
- Merasa depresi (tertekan)
O:- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menuntaskan aktivitas
4) Gejala dan tanda minor
S : - Merasa takut mengalami cidera berulang
O:- Bersikap protektif
- Waspada
- Pola tidur berubah
- Anoreksia
- Focus menyempit
- Berfokus pada diri sendiri
5) Luaran : Tingkat Nyeri
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Sikap protektif menurun
d) Gelisah menurun
e) Kesulitan tidur menurun
f) Frekuensi nadi membaik
g) Tekanan darah membaik
6) Intervensi : Manajemen Nyeri
O:
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kulitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri non verbal
d) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
e) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
f) Monitor efek samping penggunaan analgetik
T:
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri _mis. TENS, hypnosis, akupresur, teknok imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c) Fasilitasi istirahat tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
E:
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Anjurkan teknik nonfarmakologi
K:
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Gangguan Mobilitas Fisik
1) Definisi : keterbatasan dalam gerak gerak fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri
2) Penyebab :
a) Kerusakan integritas struktur tulang
b) Perubahan metabolism
c) Penurunan kendali otot
d) Penurunan massa otot
e) Penurunan kekuatan otot
f) Kekakuan sendi
g) Gangguan musculoskeletal
h) Gangguan neuromuscular
i) Nyeri
3) Gejala dan tanda mayor
S : - mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
O: - Kekuatan otot menurun
- ROM menurun
4) Gejala dan tanda minor
S: - Nyeri saat bergerak
- Enggan melakuakn pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak
O:- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemas
5) Luaran : Mobilitas Fisik
a) Pergerakan ekstremitas meningkat
b) Kekuatan otot meningkat
c) ROM meningkat
d) Nyeri menurun
e) Kaku sendi menurun
f) Gerakan terbatas menurun
g) Kelemahan fisik menurn
6) Intervensi : Dukungan Mobilitas
O:
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c) Monitor frekuensi jantung dan TD sebelum memulai
mobilisasi
d) Identifikasi kondisi umum selama melakukan mobilisasi
T:
a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar
tempat tidur)
b) Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
E:
a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b) Anjurkan melakuakn mobilitas fisik
c) Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)
c. Deficit Perawatan Diri
1) Definisi : tidak mampu melakukan atau mnyelesaikan aktivitas
perawtan diri
2) Penyebab :
a) gangguan musculoskeletal
b) Gangguan neuromuscular
c) Kelemahan
d) Gangguan psikologis dan/atau psikotik
e) Penurunan motivasi/minat
3) Gejala dan tanda mayor
S : - Menolak melakukan perawatan diri
O : - Objektif
- Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/ makan/
ketoilet/berhias secara mandiri
- Minat melakukan perawatan diri kurang
4) gejala dan tanda minor
S : tidak tersedia
O : tidak tersedia
5) Luaran : perawatan diri
a) Kemampuan mandi meningkat
b) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
c) Kemampuan makan meningkat
d) Kemampuan ketoileting (BAB/BAK) meningkat
e) Minat melakukan perawatan diri meningkat
6) Intervensi : Dukungan Perawatan Diri
O:
a) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
b) Monitor tingkat kemandirian
c) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian berhias dan makan
T:
a) Sediakan lingkungan yang teapiutik (mis, suasana hangat
rileks, privasi)
b) Siapakan keperluan pribadi (mis, parfum, sikat gigi dan
sabun mandi)
c) Damping dalam melakukan perawatan diri ampai mandiri
d) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
e) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
f) Jadwalkan rutinitas perawatan diri
E:
a) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo.2013. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho.2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik.Jakarta : EGC

Nurarif. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta :


MediAction

Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC

Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare.(2006). Buku Ajar Keperawatan


Gerontik. Jakarta: EGC.

TIM Pokja. 2017. SDKI : Definisi dan Indicator Diagnostik Keperawatan . Jakarta :
DPP PPNI
TIM Pokja. 2019 SLKI : Definisi dan Keriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP
PPNI
TIM Pokja. 2019 SIKI : Definisi dan Tindakan Keperawtan. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai