Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DI DESA GEWOK KECAMATAN GARAWANGI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu


Stase Keperawatan Gerontik Program Profesi Ners

Oleh:
TRISKA FUJI MAERANI
JNR0220101

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA

A. Pengertian Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter &
Perry, 2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana
diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi
ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam
Psychologymania, 2013).
B. PROSES MENUA
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti akan
dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
C. TEORI PROSES MENUA
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut:
1. Teori Biologis
a) Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan
pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA.
Oleh karena itu, radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan
menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma.
Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran sel;
penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya
mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam
lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin
pada penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan
replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan
produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait dengan radikal bebas.
b) Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan
regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan
senyawa antara melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess, 1994
dalam Potter & Perry, 2005).
c) Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan
sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini diakibatkan
perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T
intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan
terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas
sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.
2. Teori Psikososial
a) Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan
eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk
menghadapi harapan yang belum dicapai.
b) Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang
penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu
komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan
aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan
sepanjang kehidupan.
c) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan
dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang
membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
menurunkan kualitas hidup.
D. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA
Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarga yaitu:
a. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa umurnya.
b. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan
hidupnya, keluarga, dan teman.
c. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan status
kesehatan dan ekonomi.
d. Menyiapkan pendapatan yang memadai.
e. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal.
f. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif.
g. Memelihara kebersihan diri Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan
keluarga dan teman.
h. Memelihara keterlibatan sosial, sipil dan politisi.
i. Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan status
Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan.
j. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit diri dan
pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang disayangi;
menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi.
k. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan kenyamanan dalam
filosofi atau agama.
E. BATASAN LANJUT USIA
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013 batasan
lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
F. PATHWAY

Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 1 transisi Fase 1 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormone sudah
(testosteron, growt hormon, Penurunan hormon 25 % berkurang hingga akhirnya
estrogen) berhenti

Polusi udara diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal bebas


 Hambatan interaksi sosial
 Kerusakan memori
G. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a. Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b. Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
c. Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d. Jumlah lemak meningkat.
e. Penggunaan oksigen menurun.
f. Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g. Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h. Ekskresi hormon menurun.
i. Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j. Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k. Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a. Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel neuroglial.
b. Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c. Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d. Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a. Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler, parkinsonisme
b. Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c. Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d. Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan menekukke
depan
e. Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran
Tanda:
a. Hilangnya neuron auditorius
b. Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c. Peningkatan serumen
d. Angiosklerosis telinga
Gejala
a. Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya, penurunan
kemampuan untuk mendengar konsonan)
b. Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu, atau
bila percakapan cepat.
c. Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda:
a. Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b. Penumpukan pigmen.
c. Penurunan kecepatan gerakan mata.
d. Atrofi otot silier.
e. Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f. Penurunan sekresi air mata.
Gejala:
a. Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan adaptasi terhadap
terang/gelap
b. Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c. Peningkatan insiden glaucoma
d. Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
e. Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f. Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda:
a. Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b. Aterosklerosis pembuluh darah
c. Peningkatan tekanan darah sistolik.
d. Penurunan komplian ventrikel kiri.
e. Penurunan jumlah sel pacemaker
f. Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a. Peningkatan tekanan darah
b. Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar
c. Peningkatan aritmia
d. Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e. Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f. Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a. Penurunan elastisitas jaringan paru.
b. Kalsifikasi dinding dada.
c. Atrofi silia.
d. Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e. Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a. Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c. Peningkatan resiko aspirasi
d. Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e. Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
7. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a. Penurunan ukuran hati.
b. Penurunan tonus otot pada usus.
c. Pengosongan esophagus makin lambat
d. Penurunan sekresi asam lambung.
e. Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a. Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b. Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan melambat
c. Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d. Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit divertikuler
8. Sistem Reproduksi
Tanda:
a. Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b. Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c. Penurunan hormone dan oosit.
d. Involusi jaringan kelenjar mamae.
e. Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala:
a. kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b. penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c. penurunan elevasi testis
d. hipertrofi prostat
e. jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga pemeriksaan
payudara lebih mudah dilakukan
9. Sistem Perkemihan
Tanda:
a. Penurunan masa ginjal
b. Tidak ada glomerulus
c. Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d. Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e. Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a. Penurunan GFR
b. Penurunan kemampuan penghematan natrium
c. Peningkatan BUN
d. Penurunan aliran darah ginjal
e. Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f. Peningkatan urgensi
10. Sistem Endokrin
Tanda:
a. Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron,
hormone tiroid
b. Penurunan termoregulasi
c. Penurunan respons demam
d. Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e. Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a. Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b. Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c. Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d. Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e. Penambahan berat badan
f. Peningkatan insiden penyakit tiroid
11. Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a. Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b. Pendataran papilla
c. Atrofi kelenjar keringat
d. Penurunan vaskularisasi
e. Cross-link kolagen
f. Tidak adanya lemak sub kutan
g. Penurunan melanosit
h. Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a. Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b. Kekeringan dan pruritus
c. Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d. Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e. Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan timbulnya
nyeri
f. Penyembuhan luka makin lama
12. Sistem Muskuloskeletal
Tanda:
a. Penurunan massa otot
b. Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c. Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d. Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a. Penurunan kekuatan otot
b. Penurunan densitas tulang
c. Penurunan tinggi badan
d. Nyeri dan kekakuan pada sendi
e. Peningkatan risiko fraktur
f. Perubahan cara berjalan dan postur
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu
diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang sering
dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu
(penyakit degeneratif) yaitu:
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
I. PENGKAJIAN
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan perilaku
sosial pada lansia.
a. Perubahan fisiologis
 Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji:
Sistem Integumen Warna kulit Temuan Normal
Pigmentasi berbintik/berno da
diarea yang terpajan sinar matahari,
pucat meskipun tidak anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin,
penurunan perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,
kondisi berlipat, kendur
Distribusi Lemak Penurunan jumlah jumlah lemak
pada ekstremitas, peningkatan
jumlah diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan Penurunan laju
pertumbuhan
Kepala dan Leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam, &
angular
Mata Penurunan ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya
Telinga Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang
Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi
papilla ujung lateral lidah
Leher Kelenjar Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs dan Paru-paru Peningkatan diameter antero-
posterior, peningkatan rigitas dada,
peningkatan RR dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan
resistensi jalan nafas
Sistem Jantung & Vascular Peningkatan sistolik, perubahan
perubahan DJJ saat istirahat, nadi
perifer mudah dipalpasi,
ekstremitas bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,
kondisi menggantung dan
mengendur
Sistem Pencernan Penurunan sekresi keljar saliva,
peristatik, enzim digestif,
konstppasi
Sistem Reproduksi Wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus,
atropi vagina
Pria Penurunan testosteron, jumlah
jumlah sperma, sperma, testis
Sistem Perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia,
penurunan kapasitas kandung
kemih, inkontenensia
Wanita Inkontenensia urgensi & stress,
penurunan tonus otot perineal
Pria Sering berkemih berkemih &
retensi urine.
Sistem Muskuloskeletal Penurunan masa & kekuatan otot,
demineralisasi tulang, pemendekan
fosa karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas
sendi, rentang gerak
Siste Neurologi Penurunan laju reflek, penurunan
kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomia, periode
periode tidur singkat

 Pengkajian status fungsional:


Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri.Indeks Katz
adalah alat yang secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan
prognosis pada lansia dan penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat
fungsional klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk
memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6
fungsi : mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
 Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
berpakaian dan mandi
B : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari
fungsi tambahan
C : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
D : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
b. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak
mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole &hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
 SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri
dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan
perawatan diri, memori jauh dan kemam[uan matematis.
 MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dank
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi
adalaha 30, dengan nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan leboh lanjut.
 Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang behubungan
dengan depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk
menandakan intensitas gejala
c. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada
penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa
terjadi pada mayoritas lansia.
 Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh
tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat
digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga.
Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien yang mempunyai hubungan
social lebih intim dengan teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3
menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi keluarga
sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
 Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak
adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor
lingkungan yang harus diperhatikan :
 Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
 Jalan bersih
 Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
 Alas kaki stabil dan anti slip
 Kain anti licin atau keset
 Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson, 2011 (Berdasarkan
NANDA 2011)
1. Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi
2. Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengaran, taktil, olfaktori)
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi,
kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, tidak familier dengan sumber
informasi
4. Resiko cedera
5. Hambatan interaksi sosial

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanandarah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebihdari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI,2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angkakesakitan (morbiditas) dan
angka kematian/mortalitas (Trianto, 2014).
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan
tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress karena lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah (Aspiani,2016).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan;
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita
oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi
penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini:
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih
tinggi dari perempuan),dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebihdari30g), kegemukan atau makan berlebih,
stress, merokok, minum alcohol, minumobat-obatan (efedrin, prednisone,
epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri
renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri
renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor
ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II
secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan
kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut
jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan
volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas
sistem saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui
penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap
sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani,2016).
C. Manifestasi klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang
dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan
kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada
hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis
identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi
kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan
untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan
peningkatan berat badan, faktorgaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita
bepergian dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau
usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar
mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme,
kramotot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan
berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar,
penggunaan obat-obatan atau zatter larang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada
keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).
D. Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut serta menyebabkan peningkatan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Diantaranya adalah faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol, kopi,
obat-obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang.
Sedangkan faktor sekunder adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,
kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme
dan pemakaian obat- obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid (Wijaya & Putri,
2013) .
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor (Nurhidayat,2015).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasonkonstriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua factor tersebut cendrung pencetus keadaan hipertensi (Nurhidayat,2015).
Pada Lansia terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang ada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung ( volume sekuncup )
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Wijaya & Putri,
2013).

E. Pathway Hipertensi
(Sumber : ( WOC ) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan Indonesia dalam
PPNI, 2017)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Albumin uria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
3. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan
gagal ginjal akut.
4. Darah perifer lengkap
5. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
6. EKG
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miocard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
7. Foto Rontgen
a) BentukdanbesarjantungNoothingdariigapadakoarktasiaorta.
b) Pembendungan,lebarparu
c) Hipertrofiparenkimginjal
d) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016).
G. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
1. Penyakit jantung
2. Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
3. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-
unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan
kematian.Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanano smotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
4. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadipada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.
5. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan, hingga kebutaan.
6. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang
sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intra ventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga
memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh
darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy
amyloid. Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai
hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma
intrakranial, thrombosis atau angiomavena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh
berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan
lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa, Saleh,
& Rahardjo, n.d.)
H. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan distolik
dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi
gaya hidup saja, atau dengan obat anti hipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-
farmakologis, antara lain:
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam perhari.
b) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya di mediasi oleh oksida nitrat pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur
d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung (Aspiani, 2016).
I. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
1. Pengkajian keperawatan
a) Identitas klien
Identitas klien meliputi: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnose medik.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
c) Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain:nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
d) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit
kepala , pusing, penglihatan buram, mual, detak jantung tak teratur, nyeri dada.
e) Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji di dalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun
seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain
g) Aktivitas/ istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
h) Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebro vaskuler Episode palpitasi
Tanda:
 Peningkatan tekanan darah
 Nadi denyutan jelas dari karotis, ugularis, radialis, takikardia
 Murmur stenosis vulvular
 Distensi vena jugularis
 Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vaso kontriksi perifer)
 Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
i) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak,
otot tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
j) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu.
k) Makanan/cairan
Gejala: yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol,
Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
l) Riwayat penggunaan diuretic
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
m) Pernapasan
Gejala: Dipsnea yang berkaitan dari aktivitas / kerja, takipnea, ortopnea. Dispnea
Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum
n) Riwayat merokok
Tanda : Distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan, Bunyi napas
tambahan (crakles/mengi), Sianosis, Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
o) Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : Faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus. Faktor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan pil
KB atau hormone lain, penggunaan alkohol/obat.
Rencana pemulangan : Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/perubahan
dalam terapi obat.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKIDPPPPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Hipertensi, antara lain:
1. Hipervolemia berhubungan gangguan aliran balik vena (D.0022).
2. Risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan afterload (D.0011).
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
(D.0009).
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (D.0077).
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055).
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasidan kolaborasi (PPNI, 2018).

Masalah
No Tujuan SLKI SIKI
Keperawatan
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Keseimbangan Perawatan sirkulasi
berhubungan tindakan Cairan (L.03020, (1.02079,
gangguan aliran keperawatan Hal.41) Hal.: 345)
balik vena selama 3x24 jam, 1. Asupan cairan Observasi
(D.0022) diharapkan meningkat 1. Kaji tanda dan gejala
keseimbangan 2. Haluan urin hipervolemia
cairan meningkat meningkat 2. Kaji penyebab
3.Kelembaab hipervolemia
membran mukosa 3. Monitor intake dan
meningkat output
4. Edema menurun Terapeutik
5. Dehidrasi 4. Timbang berat badan
menurun 6. setiap hari
Tekanan darah 5. Batasi asupan cairan
membaik dan garam
7. Tekanan arteri Edukasi
rata-rata membaik 6. Ajarkan cara
8. Denyut nadi mencatat dan mengukur
radial membaik asupan dan
haluaran cairan
7. Ajarkan membatasi
cairan
Kolaborasi
8. Kolaborasikan
pemberian diuretik
Intervensi utama lain:
Pemantauan
cairan(1.09988, Hal.:
242)
2. Resiko Setelah dilakukan Curah Jantung Perawatan Jantung
penurunan tindakan (L.02008, Hal.20) (1.02075, Hal.: 317)
curah jantung keperawatan 1. Kekuatan nadi Observasi 1.
dibuktikan selama 3x24jam, perifer meningkat Menentukan dan
dengan diharapkan curah 2. Ejection memastikan terjadinya
perubahan jantung meningkat fractian (EF) penurunan curah jantung
afterload meningkat 2. Menentukan dan
3. Gambaran EKG memastikan terjadinya
aritmia menurun penurunan curah jantung
4. Edema menurun 3. Melihat tingkat
5. Tekanan darah keparahan nyeri untuk
membaik menentukan intervensi
6. CRT membaik 4. Melihat dan
memastikan hasil EKG
terjadinya aritmia atau
tidak Terapeutik
5. Meningkatkan
kenyamanan
6. Mencegah terjadinya
penumpukan plak yang
disebabkan oleh
makanan tinggi lemak
7. Membantu
mengurangi stress
Edukasi
8. Mengembalikan
kondisi tubuh agar tidak
terasa lemah Kolaborasi
9. Membantu mengatasi
gangguan irama jantung
3. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perfusi Perifer Perawatan sirkulasi
tidak efektif tindakan (L.02011, Hal.84) (1.02079, Hal.: 345)
berhubungan keperawatan 1. Denyut nadi Observasi
dengan selama 3x24 jam, perifer meningkat 1. Kaji sirkulasi perifer
peningkatan diharapkan perfusi 2. Warna kulit (nadi perifer, CRT,
tekanan darah perifer adekuat pucat menurun warna, suhu, akral)
(D.0009) 3. Edema 2. Kaji faktor resiko
perifermenurun gangguan sirkulasi (DM,
4. Pengisian hipertensi, kadarkolestrol
kapiler membaik tinggi) Terapeutik
5. Akral membaik 3. Lakukan hidrasi
6.Turgor kulit Pemantauan hasil
membaik laboratorium (1.09988,
Hal.: 242)
Observasi
4. Kaji pemeriksaan
laboratoriumyang
diperlukan
5. Monitor hasil
laboratoriumyang
diperlukan
6. Periksa kesesuaian
hasillaboratorium
dengan penampilan
klinis pasien Terapeutik
7. Interprestasikan hasil
pemeriksaan
laboratorium Kolaborasi
8. Kolaborasikan dengan
dokter jika hasil
laboratoriummemerlukan
intervensi media
Nyeri akut Setelah dilakukan Tingkat Nyeri Tingkat Nyeri
berhubungan tindakan (L.08066, (L.08066, Hal.145)
dengan agen keperawatan Hal.145) 1. Keluhan nyeri
cedera selama 3x24 jam, 1. Keluhan nyeri menurun
fisiologis diharapkan tingkat menurun 2. Meringis menurun
(D.0077) nyeri menurun 2. Meringis 3.Sikap protektif
menurun 3. Sikap menurun
4.
protektif menurun 4. Gelisah menurun
4. Gelisah 5. Kesulitan tidur
menurun menurun 6. Rekuensi
5. Kesulitan tidur nadi membaik
menurun
6. Rekuensi nadi
membaik
5. Gangguan pola Setelah dilakukan Pola Tidur Dukungan Tidur
tidur tindakan (L.05045, Hal. (SIKI, 1.05174, Hal: 48)
berhubungan keperawatan 96) Observasi
dengan kurang selama 3x24 jam, 1. Keluhan sulit 1. Kaji pola aktivitas dan
kontrol tidur diharapkan pola tidur menurun 2. tidur.
(D.0055) tidur membaik Keluhan sering 2. Kaji faktor penganggu
terjaga menurun tidur (fisik dan atau
3. Keluhan tidak psikologis). Terapeutik
puas tidur 3. Modifikasi lingkungan
menurun 4. Batasi waktu tidur
4. Keluhan pola siang, jika perlu
tidur berubah 5. Tetapkan jadwal tidur
menurun rutin
5. Keluhan 6. Jekaskan pentingnya
istirahat tidak tidur yang cukup
cukup menurun Edukasi
7. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
8. Anjarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur.
9. Ajarkan relaksasi otot
progesif.
6. Intoleransi Setelah dilakukan Toleransi Manajemen Energi
aktivitas tindakan Aktivitas (1.05178, Hal. 176)
berhubungan keperawatan (L.05047, Observasi
dengan ketidak selama 3x24 jam, Hal.149) 1. Menentukan rencana
seimbangan diharapkan 1. Frekuensi nadi tindakan keperawatan
antara suplai toleransi aktivitas meningkat 2. Mengetahui durasi
dan kebutuhan meningkat 2. Saturasi oksigen tidur klien yang menjadi
oksigen meningkat penyebab kelelahan
(D.0056) 3. Keluhan lelah Terapeutik
menurun 3. Memperbaiki kondisi
4. Dipnea saaat tubuh menjadi aktif
aktivitas menurun sedikit demi sedikit
5. Dipnea setelah untuk mengurangi
aktivitas menurun kelelahan fisik
4. Memberikan
kenyamanan Edukasi
5. Mengurangi kelelahan
fisik
6. Melatih tubuh agar
mampu beradaptasi
dengan aktivitas

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Wartonah,
2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi ke perawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti& Muryanti,2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis
implementasi keperawatan, yaitu:
1. IndependentImplementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh
perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan
kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
2. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti
dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin,
naso gastrictube (NGT), dan lain-lain.
3. Dependen tImplementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari
profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya
dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh
ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian
fisioterapi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan
antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari
proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Dinarti&Muryanti, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Adrian,S.J. (2019). Hipertensi Esensial: Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa,46(3),
172–178.
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat
Kesehatan (p.49).
Patricia Gonce Morton et.al. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic ed.8; alih
bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2005. Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik .
PPNI,Tim Pokja SDKIDPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPPPPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKIDPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Psychologymania. 2012. Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Minggu, 07 Desember
2014. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta:
EGC.
Wilkinson, Judith. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi NI C,
Kriteria hasil NOC , ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa Indonesia,
Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai