Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

A. KONSEP TENTANG LANSIA


I. DEFINISI LANSIA
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari p r o s e s k e h i d u p a n y a n g t a k d a p a t
d i h i n d a r k a n d a n a k a n d i a l a m i o l e h s e t i a p individu (http://www.scribd.com/doc/54276751/2/Pengertian-
Lansia).Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan
dalam hidup (Isawi, 2002)

II. BATASAN LANSIA


DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:


1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2. Usia Tua : 75 - 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun

Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Muhammad:


1. Masa setengah umur : 45-60 th
2. Masa lansia / senium : 65 th ke atas

Dra. Ny. Josmasdani dengan 4 fase:


1. Fase iuventus : 25-40 th
2. Fase verilitas : 40-50 th
3. Fase frasenium : 55-65 th
4. Fase senium : 65-tutup usia

UU no.13 tahun 1998:


Lansia pada seseorang berusia 60 tahun ke atas

Usia digolongkan atas 3:


1. Usia biologis
Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup

2. Usia psikologis
Menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada situasi yang
dihadapinya

3. Usia sosial
Usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan / diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan
dengan usianya.

III. TEORI PROSES MENUA


1. TEORI BIOLOGI
a. Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini
akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan
berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan
Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek
umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error Castastrophe”
(Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme
yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari
Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia
(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi
menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)

d. Teori “Free Radical”


Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat
berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh.
Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin
banyak akhirnya sel mati.

e. Wear &Tear Teori


Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.

f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya
perbaikan sel jaringan.

2. TEORI SOSIOLOGI
a. Activity theory
Ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan
stress.
c. Disengagement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu
lain.
d. Teori Stratifikasi usia
Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.

3. TEORI PSIKOLOGIS
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai
kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung
Terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
c. Course of Human Life Theory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.
d. Development Task Theory
Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.

4. TEORI PENUAAN PRIMER


Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu
membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat
kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.

5. TEORI PENUAAN SEKUNDER


Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat
mempercepat proses menjadi tua.contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada
kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.

IV. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES MENUA


1. Hereditas atau ketuaan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres

V. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA


1. PERUBAHAN MIKRO
a. Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel
c. Berkurangnya jumlah sel

2. PERUBAHAN MAKRO
a. Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis
c. Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis
e. Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
f. Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi
h. Arterosklerosis
i. Manopause pada wanita
j. Demintia senilis
k. Kulit tidak elastic
l. Rambut memutih

3. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA LANSIA


1. PERUBAHAN FISIK
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,
genito urinaria, endokrin dan integumen.
A. PERUBAHAN SISTEM PERNAFASAN PADA LANSIA
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang,
sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan
yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù
menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin,
sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama
kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas
berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

B. PERUBAHAN SISTEM PERSARAFAN PADA LANSIA


1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih
sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

C. PERUBAHAN PANCA INDERA PADA LANSIA


1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

D. PERUBAHAN SISTEM CARDIOVASKULER PADA LANSIA


1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun.
Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (
mengakibatkan pusing mendadak ).
5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ±
170/95 mmHg ).

E. PERUBAHAN SISTEM GENITOURINARIA PADA LANSIA


1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN
meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan
dan menikmati berjalan terus.

F. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN/METABOLIK PADA LANSIA


1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

G. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN PADA LANSIA


1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±
80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

H. PERUBAHAN SISTEM MUSKULOSKLETAL PADA LANSIA


1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). Gerakan
volunter Ù gerakan berlawanan. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai
reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang
ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

I. PERUBAHAN SISTEM INTEGUMEN PADA LANSIA


1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap
panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel
yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya
akitfitas otot.

J. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI & KEGIATAN SEKSUAL


1) PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI
a) Selaput lendir vagina menurun/kering.
b) Menciutnya ovarium dan uterus.
c) Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
e) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

2) KEGIATAN SEKSUAL
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan
dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ
kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada
orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas
melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan
suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan
dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai
pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat
bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik
dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

K. PERUBAHAN MENTAL/PSIKOLOGIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan
perubahan konsep diri
j. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan
yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-
penyakit.
k. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10
menit), kenangan buruk.
l. Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2)
berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.

L. PERUBAHAN SPRITUAL
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur
dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray
dan Zentner,1970)
YANG BERUBAH DI USIA SENJA
a. PENURUNAN DAYA INGAT
Mereka yang lanjut usia biasanya mengalami gangguan ingatan. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Timothy Salthouse PhD dari University of Virginia, setiap manusia pasti akan
mengalami perubahan ingatan. Penurunan ini mulai dialami pada usia 20 tahun, namun
belum signifikan. "Perubahan signhfikan terjadi ketika menginjak usia 40 tahun," ungkapnya.
Menurut penelitian dari Black Dog Institute, penurunan daya ingat merupakan gejala umum
demensia. Dan pikun itu sendiri juga menjadi indikasi dari demensia. Demensia merupakan
istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh
kelainan yang terjadi pada otak. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan
untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut
menjadi tidak terkendali.

b. AGORAFOBIA
Para orang tua kerap merasakan kecemasan, panik, dan gelisah di sebuah lingkungan, itulah
agorafobia. Manula biasanya merasa ketakutan jika ditinggal sendirian di dalam rumah.

c. TAKUT TERHADAP KEMATIAN


Ketakutan yang tidak normal terhadap kematian atau disebut juga necrophobia sering dialami
lansia. Gejalanya termasuk sesak napas, napas cepat, denyut jantung tidak teratur,
berkeringat, mulut kering dan gemetar, merasa sakit dan gelisah, ketidakstabilan psikologis.
Si penderita mungkin merasa fobia ini sepanjang waktu, atau hanya ketika sesuatu memicu
rasa takut, seperti melihat nisan, pertemuan dekat dengan hewan mati atau pemakaman
teman atau orang yang dicintai.

d. KEINGINANMUDAH BERUBAH
Mereka yang lanjut usia terkadang memiliki banyak kemauan. Mereka terkadang ingin
berpergian, namun juga seketika itu tak ingin ke mana-mana. Jika keinginan tak terpenuhi,
mereka bisa merasa sedih atau marah.

e. SENSITIF & KEKANAK-KANAKAN


Penurunan kemampuan indera yang dimiliki, mulai dari pelihatan, pendengaran, dan lainnya
serta perubahan inteligensia dan kognitif juga berpengaruh pada tingkat sensitivitas pada
emosi. Bagaimanapun, perubahan yang dialami tubuh dapat berdampak terhadap mental.
Karena penurunan-penurunan inilah, terkadang mereka kerap bertingkah seperti anak kecil
yang ingin dimanja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Levenson seperti dilansir dari news center
Berkeley, para manula memiliki tingkat sensitif yang lebih tinggi. Penelitian ini melibatkan 144
orang dewasa sehat pada rentang umur 20, 40, dan 60. Mereka menonton Film 21 Grams
dan The Champ, kemudian dimonitori denyut jantung, tekanan darah, keringat, dan pola
nafas. Mereka yang usia lanjut, lebih mudah peka pada adegan-adegan dalam film yang
menyedihkan ketimbang mereka yang lebih muda. Temuan ini dapat dilihat dalam jurnal yang
bdrjudul Social Cognitive and Aff ective Neuroscience.

B. KONSEP KEPERAWATAN PADA LANSIA


I. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1). Fisik / biologis
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutris kurang adekuat
akibat anoreksia
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan protein
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri
d. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
e. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
f. Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
g. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif, peristaltik lemah.
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
i. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas / adanya sekret pada jalan napas.
j. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis serabut otot.

2) Psikologis-sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan perasaan
secara tepat.
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

3) Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan kematian.
c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara tepat.

II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutris kurang adekuat
akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil : - Meningkatkan masukan oral
- Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi :
a. Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
b. Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat
R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk masukan nutrinya
d. Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)
R/ aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
e. Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain
R/ Dengan makan bersama sama secara psikologis meningkatakan selera makan
f. Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan sesudah mengunyah makanan
R/ dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan .
g. Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering
R/ Mengurangi perasaan tegang pada lambung
h. Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk :Makan-makan kering saat bangun
tidur dan hindari makanan yang terlalu manis, berminyak

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri, merah,gangguan fungsi
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b. Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
R/ Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri yang kurang sehat
c. Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP
R/ meningkatkan kadar protein dalam dalam tubuh sehingga meningkatkan kemampuan kekbalan dalam
tubuh
d. Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat menyebabkan imunosupresi
R/ Menurunkan resiko terjadinya infeksi

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri


Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria Hasil : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Intervensi :
a. Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
R/ tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses inflamasi
b. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
R/ mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
c. Ubah posisi dengan sering dengan personal cukup
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi
d. Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
R/ menghindari cedera.

4. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi


Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : Terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala aktifitas
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat faktor yang mempercepat tanda tanda neri
R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri
b. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat ataupun tidur
R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri
c. Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk kompres sendi
R/ panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.
d. Berikan masase lembut
R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot
e. Kkolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen, naproksin, piroksikam, fenoprofen
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan.

5. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri


Tujuan : Klien terhindar dari cedera
Kriteria Hasil :Klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang nyaman
Intervensi :
a. Kaji tingkat kekuatan otot
R / mengatur tindakan selanjutnya
b. Kaji tingkat pergerakan pasif
c. Beri alat bantu sesuai kebutuhan
d. Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara mandiri
6. Gangguan interaksi sosial
adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami respon negatif, ketidakadekuatan
danketidakpuasan dari interaksi (Carpenito, 1999).
Batasan karakteristik ganguan interaksi sosial (Carpenitto) :
1. Mayor (harus terdapat)
- Melaporkan kektidakmampuan untuk menetapkan dan /atau mempertahankan hubungan supportif yang
stabil, dan ketidak puasan dengan jaringansosial
2. Minor :
- Isolasi sosial
- Hubungan superfisial
- Menyalahi oranglain untuk masalah-masalah interpersonal
- Menghindari orang lain
- Kesulitan interpersonal ditempat kerja
- Orang lain melaporkan tentang pola interaksi yang bermasalah
- Perasaan tentang tidak dimengerti perasaan
- Perasaan tentang penolakan

3. Faktor-faktor yang berhubungan


Kerusakan interaksi sosial dapat diakibatkan dariberbagai situasi danmasalah kesehatan yang dihubungakan
dengan ketidakmampuan menentukan dan mempertahankan hubungan umpan balik.

INTERVENSI RASIONALISASI
o Tetapkan hubungan saling percaya perawat o Dengan adanya saling percaya klien akan
klien dengan cara: mau mengungkapkan perasaan yang
· Dorong individu meng-ungkapkan perasaan. terpendam yang beresiko menimbulkan
Dorong individu bertanya tentang masalah dan stress sehingga dengan proses katarsis
penanganan serta akibat jika masalah stress beban hidup klien akan berkurang sehingga
tidak diatasi harga diri klien akan menjadi semakin baik.
o Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat o Untuk meningkatkan intensitas hubungan
informasi yang telah diberikan sehingga semakin banyak proses katarsis
yang dapat dilakukan dengan klien.
o Perjelas mengenai konsep harga diri, perawatan o Sebagai koping yang dapat meningkatkan
dan pemberi pelayanan perawatan. konsep diri klien.
o Hindari kritik negative o Agar klien dapat menjalani hidup secara
o Berikan privasi atau lingkungan aman. rasional sesuai dengan kondisinya saat ini.

o Tingkatkan interaksi social o Untuk membantu memecahkan masalah


o Hindari perlindungan ber-lebihan dengan mencari berbagai dukungan koping.
Dorong gerakan/latihan
o Gali kekuatan dan sumber - sumber pada o Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien
individu sehingga mampu meningkatkan harga diri
klien menciptakan situasi hubungan yang
saling membantu.
o Diskusikan tentang realitas harapan dan o Untuk mengurangi beban psikologis
alternatif. sehingga dapat merduksi stress.
o Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain
o Beri dorongan terhadap aktivitas posistif dan o Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara
kontak dengan teman yang telah dilakukan. langsung dapat mengurangi kesempatan
o Bantu kien mengepresikan pikiran dan klien menyendiri yang dapat memunculkan
perasaannya. timbulnya stress.
o Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan dan
kejujuran serta berikan bimbingan prilaku sesuai
norma.
III. DAFTAR PUSTAKA

Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I

Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation

Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC

Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai