Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN. D DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


HIPERTENSI

Disusun Oleh

NAMA : CICIH SUNARTI

NIM : 202207065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA IMC BINTARO

TANGERANG 2022/2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Pengertian Lanjut Usia


Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari.
Menua  atau  menjadi  tua  adalah  suatu  keadaaan  yang  terjadi didalam 
kehidupan  manusia.  Proses  menua  merupakan  proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai  sejak 
permulaan  kehidupan.  Menjadi  tua  merupakan  proses alamiah,  yang 
berarti  seseorang  telah  melalui  tiga  tahap kehidupannya,  yaitu  anak, 
dewasa  dan  tua.  Tiga  tahap  ini  berbeda, baik  secara  biologis 
maupun  psikologis.  Memasuki  usia  tua  berarti mengalami 
kemunduran,  misalnya  kemunduran  fisik  yang  ditandai dengan  kulit 
yang  mengendur,  rambut  memutih,  gigi  mulai  ompong, pendengaran 
kurang  jelas,  pengelihatan  semakin  memburuk,  gerakan lambat dan
figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  1998  tentang kesejahteraan 
lanjut  usia  pada  Bab  1  Pasal  1  Ayat  2  menyebutkan bahwa  usia  60 
tahun  adalah  usia  permulaan  tua.  Menua  bukanlah suatu  penyakit, 
tetapi  merupakan  proses  yang  berangsur-angsur mengakibatkan 
perubahan  kumulatif,  merupakan  proses  menurunya daya  tahan  tubuh 
dalam  menghadapi  rangsangan  dari  dalam  dan  luar tubuh.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia


dikelompokkan menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun
atau 65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang
baru memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun.

3. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual:
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses
menua.
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar, dia akan mati. Manusia mempunyai umur
harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara
teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun
hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan
pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
b. Teori mutasi somatic
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi
terus- menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan
fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau sel
menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
(Suhana, 2000).
c. Teori nongenetik
1) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory),
mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(self recognition). Mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan
penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).
Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus
yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi
kelainan autoimun.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory),
teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di
dalam tubuh, karena adanya proses metabolisme atau
proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil
karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain
yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan
dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994).
Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang
terdapat dilingkungan seperti:
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
3) Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam
berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan
kalori ternyata bias menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori
yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur
(Darmojo, 2000).
4) Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan
bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat,
dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan padamembran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang
elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
5) Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan
ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear
theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal).
2. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini
antara lain:
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosial berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pokok-
pokok sosial exchange theory antara lain:
1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya
mencapai tujuannya masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor
mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan
1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta
dalam kegiatan sosial.
2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan
sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
Pengalaman hidup seseorang suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini
dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang
ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut usia.
d. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory).
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Pokok-pokok disangagement theory:
1) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa
pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam
keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa
dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
2) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini
karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial
berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan
kerja yang lebih baik.
3) Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu
diperhatikan:
- Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
- Proses tersebut tidak dapat dihindari
- Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.

Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (triple loss):

1. Kehilangan peran (loss of role).


2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and
relationship).
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social
mores
and values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari
kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari
penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa
peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses
menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah
mencegah:

1. Meningkatnya radikal bebas.


2. Memanipulasi sistem imun tubuh.
3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses
menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit
dipecahkan.

Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar


(eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan
budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang
memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain
herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan,
pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. Proses
menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena
orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bias
meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos
mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada
negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang
dialaminya (Nugroho, 2000).

4. Masalah psikologik pada lansia


Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama
kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka
hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement
theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya
satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua.
Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang
justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan
sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri
menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan
umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada
usia lanjut ini untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya
(Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-negara industri maju bahkan
didirikan apa yang disebut university of the thrird age. Pemisahan diri
(disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir
kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya yang baru.
Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari
lupa sampai pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul
peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenai hal-
hal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih produktif justru banyak yang
menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun memorinya sendiri.
Biasanya sifat-sifat streotype para lansia ini sesuai dengan pembawaanya
pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut:

1. Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat


menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel
(luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda.
Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami pensiun
dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir.

2. Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di


terima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih
tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya
orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan
biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang
untuk berlibur.

3. Tipe defensif: orang ini biasanya dulunya mempunyai


pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering
kali emosinya tak dapat di kontrol, memegang teguh pada kebiasaanya,
bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi menjadi
tua dan tak menyenangi masa pensiun.

4. Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang


menyebabkan kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.
Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua
dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang
yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif
untuk menghindari masa yang sulit/buruk.

5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini


bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai
ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya
mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai sedikit hobby
merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta
pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa
sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian
sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan.
Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi
persentasenya pada golongan lansia pada golongan lansia ini, apalagi
pada mereka yang hidup sendirian (Darmojo, 2009).

5. Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia


a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun


masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang
perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti
katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran
jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat
lanjut usia.

1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang


dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaitanya
dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya adalah
membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada
pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam
bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai
dengan visipromosi kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-
masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting
seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari,
personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah
sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.

2) Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi


lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan
penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak
muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima
dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah
makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur.

a) Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok


seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung
karbohidrat.
b) Sumber zat pembangun atau protein penting untuk
pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani
seperti telur, ikan dan susu.

c) Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.

d) Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan


mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ tubuh contohnya sayuran dan buah.

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya


penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan
berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat
dilakukan di kelompok lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia.

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila


dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu
lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia
yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas
Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Apabila sakit
yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas
lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif


maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin
mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut
usia.
6. Pengertian Keperawatan Gerontik
Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan
dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut
Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari
tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan
dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

7. Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous (2005), fungsi perawat gerontologi adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process
(Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang
sehat).
2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang
lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan
mendorong kualitas pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (Memerhatikan serta
mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth (Membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya).
8. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat,
dukungan dan harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan
perawatan restoratif dan rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur
perawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic
maner (Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan).
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of
each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial
dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical
concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempatnya bekerja).
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan
dukungan dan kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

8. Lingkup Keperawatan Gerontik


Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan
ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk
pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan
lansia. Sifatnya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi),
humanistik dan holistik.

B. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN DENGAN HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu
peningkatan kronis (yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat
menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suatu pola
yang khas (Wolff, 2006).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg.
Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal
menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular (Price, 2006).

2. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

1) Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
pening-katan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter ter-diagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing


b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut NANDA NIC-NOC klasifikasi dari hipertensi, yaitu :


Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tingkat 4 (sangat berat) ≥210 ≥120

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :


a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya, yaitu : genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis sistem renin, angiotensin, dan peningkatan
Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko adalah
obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia.
a. Hipertensi Sekunder
Penyebab, yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
4. Etiologi dari Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Hipertensi primer (esensial)


Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari


140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari
90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan
a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambah-nya umur
seseorang. Ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding
pembuluh darah mengalami perubahan struktur. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah
sistolik meningkat karena kelenturan pem-buluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sam-pai dekade kelima dan keenam
kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa peruba-han fisiologis. Pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut
sensitivitasnya sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
menurun.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak
sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status
pekerjaan. Sedangkan pria lebih berhubungan dengan kurang nyaman
dengan pekerjaan dan pengangguran.
c. Genetik (Keturunan)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menye-babkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu yang
memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.
Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah.
Adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh
darah hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap niko-tin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan
tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh (Astawan,
2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
patogenesis hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya
hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung,
dan tekanan darah (Basha, 2004). Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormal-kannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengonsumsi garam lebih atau
makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan
tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan
yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam
sama sekali dalan makanan, sebaliknya dengan membatasi jumlah
garam yang dikonsumsi (Wijayakusuma, 2000).
c. Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari
beberapa penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya
lemak pada perut berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab.
Semakin besar massa tubuh maka semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner
dan merupakan faktor risiko independen yang artinya tidak dapat
dipengaruhi oleh faktor risiko lain.
d. Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga
dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika
asupan garam juga bertambah maka akan memu-dahkan terjadinya
hipertensi.
e. Stres Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional benar-benar
meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang sing-kat, reaksi
tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab stres.
Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka
seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres
menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan
tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar
adrenal yang terus-menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi.
7) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

5. Patofisiologi Hipertensi

Umur Jenis Kelamin Gaya hidup


Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah


Perubahan Struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Pembuluh darah Kurangnya informasi

Resistensi Pembuluh darah otak Vasokontriksi tdk tahu


masalahkesehatan

Nyeri akut Defisiensi


(kepala) Afterload pengetahun

Penurunan curah
jantung
Deprivasi Tidur

Intoleransi
aktifitas

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia

2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang

perfusi/fungsi ginjal

3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin


4) Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM

5) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini

penyakit jantung hipertensi

7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu

ginjal, perbaikan ginjal

8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area

katup, pembesaran jantung

7. Komplikasi Hipertensi
a) Miokard infark
b) Stroke
c) Cerebral vaskular accident
d) Penyakit vascular perifer: aterosklerosis, aneurisma.
e) Gagal ginjal
f) Left ventricular failure

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas pe-
nyerta dengan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan temba-
kau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus
dilakukan.
2) Perubahan cara hidup
3) Mengurangi intake garam dan lemak
4) Mengurangi intake alkohol
5) Mengurangi BB untuk yang obesitas
6) Latihan/peningkatan aktivitas fisik
7) Olah raga teratur
8) Menghindari ketegangan
9) Istirahat cukup
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam
risiko tinggi dan apabila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85
atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg.
Golongan/jenis obat anti hipertensinya, yaitu :
1) Golongan Diuretic
 Diuretik Thiazid. Misalnya : klortalidon, hydroklorotiazid.
 Diuretik Loop, Misalnya furosemid.
2) Golongan Penghambat Simpatis
Penghambatan aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vaso-
motor otak seperti metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf
perifer, seperti golongan reserpin dan goanetidin.
3) Golongan Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
curah jantung dan efek penekanan sekresi renin. Misalnya, pindo-
lol, propanolol, timolol.
4) Golongan Vasodilator
Yang termasuk obat ini yaitu, prasosin, hidralasin, minoksidil,
diazoksid dan sodium nitrofusid.
5) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Misalnya : captropil.
6) Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara meng-
hambat kontraktilitas. Misalnya : nifedifin, diltiasem atau verama-
miu.

9. Discharge Planning
a. Berhenti merokok.
b. Pertahankan gaya hidup sehat.
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres.
d. Batasi konsumsi alkohol.
e. Penjelasan mengenai hipertensi.
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya
secara rutin.
g. Batasan diet dan pengendalian berat badan.
h. Diet garam.
i. Periksa tekanan darah secara teratur.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI


1. Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau Adanya Faktor Risiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/Istirahat
1) Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,
keju, telur) gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obs-
truksi.
3) Neurosensori
a) Keluhan pusing.
b) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
b) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d) Riwayat merokok.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubu-
ngan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2) BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi
jaringan.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hiper-
tensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (me-
ningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldo-
steron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-
katkan hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat meng-
indikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokon-
striksi dan hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme pri-
mer (penyebab).
9) Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi gin-
jal dan/atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindi-
kasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam
dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi
hilang timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko
terjadinya hipertensi.
12) Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
13) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area
katup ; deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung.
15) CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan
feokromisitoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peningggian gelombang P ada-
lah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi (Doenges,
2000).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitasi berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan
intra-vaskuler, edema.
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
suplai O2 ke otak menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Lansia
a. Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 60
Jenis Kelamin : Laki- laki
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status Perkawinan : menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : sepatan
b. Identitas keluarga terdekat
Nama : Ny. P
Hubungan : Anak
Alamat : sepatan
Jenis Kelamin : Perempuan

c. Riwayat Keluarga
Genogram :

Keterangan:
:Laki – laki : Perempuan meninggal
:Laki – laki meninggal : Pasien
:Perempuan : Serumah

d. Status Kesehatan
1) Keluhan utama saat ini :
Klien mengatakan nyeri tengkuk dan sakit kepala,nyeri
uluhati

2) Riwayat kesehatan sekarang :


Klien mengatakan mempunyai tekanan darah yang tinggi
dan klien rutin meminum obat amplodipin 10 mg satu kali
sehari sebelum tidur sesuai anjuran dokter. Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 09 MEI 2023, Klien
mengatakan merasa nyeri tengkuk ketika kelelahan dan
banyak pikiran, nyeri hilang timbul seperti ditusuk- tusuk
pada leher belakang dengan skala 5 (sedang), klien juga
mengatakan merasa lemas, sulit tidur . Hasil pemeriksaan
klien tampak meringis, tekanan darah 170/100 mmHg,
respirasi 24x/menit, frekuensi nadi 89x/menit, suhu 36.5oC.

3) Riwayat kesehatan dahulu :


Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi dan maag
sejak 30 tahun yang lalu, klien juga seorang perokok aktif.

4) Riwayat penyakit keluarga :


Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit keturunan
yaitu hipertensi dari ayah klien. Klien tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan
HIV/AIDS.

5) Riwayat pekerjaan
a) Status pekerjaan saat ini : Swasta
b) Pekerjaan sebelumnya : Swasta
c) Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan: klien memiliki proyek pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari
d) Jarak tempat kerja dari rumah : 4 km
e) Alat transportasi : Motor

6) Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi pada obat-obatan,
makanan, dan faktor lingkungan

7) Sumber / sistem pendukung yang digunakan


a) Pelayanan kesehatan : Rumah sakit dan dokter
praktik
b) Tenaga kesehatan : Dokter, perawat, apoteker
c) Jarak tempat pelayanan kesehatan dari rumah / panti : 2
km

8) Obat-obatan
a) Nama : Amlodipin
b) Dosis : 10 mg
c) Bagaimana / kapan menggunakannya : Obat oral yang
diminum 1 kali/hari sebelum tidur

e. Kebiasaan sehari-hari
1) Biologis
a) Pola makan :
Klien mengatakan makan 3x/hari 1 porsi dengan nasi,
lauk dan sayuran. Klien mengatakan mulai belajar untuk
mengurangi makanan yang tidak sehat seperti makanan
yang berlemak, bersantan dan yang digoreng.

b) Pola minum :
Klien mengatakan biasanya setiap pagi minum teh panas
manis dan minum air putih kurang lebih 1.5 L/hari.

c) Pola tidur :
Klien mengatakan pada malam hari tidur jam sekitar jam
11 dan bangun jam setengah 5 subuh. Klien sangat
jarang tidur siang karena klien masih ada pekerjaan dari
pagi sampai sore hari.

d) Pola eliminasi (BAB/BAK) :


Klien mengatakan BAB klien teratur yaitu setiap pagi
dan tidak ada keluhan saat BAB. Klien mengatakan
BAK kurang lebih 6-7x/hari

e) Aktifitas sehari-hari :
Klien mengatakan setiap hari senin- sabtu klien bekerja
karena klien memiliki proyek pekerjaan dari pagi
sampai sore.

f) Rekreasi :
Klien mengatakan ketika hari libur klien selalu
menggunakan waktu luang untuk memancing bersama
teman maupun keluarga.

2) Psikologis
a) Keadaan emosi :
Klien tampak ramah, emosi klien terkontrol

b) Status depresi dan kecemasan :


Klien mengatakan tidak merasa depresi tetapi sedikit
cemas terkait kesehatan klien

c) masalah/ penyakit : hipertensi

3) Sosial
a) Dukungan keluarga :
Klien mengatakan keluarga klien selalu mendukung dan
memberikan semangat. Keluarga selalu berkumpul
ketika merayakan peringatan besar dan komunikasi antar
keluarga tetap terjaga dengan baik

b) Hubungan antar keluarga :


Klien mengatakan hubungan antar keluarga seperti
saudara, istri, anak dan cucu sangat baik dan tidak ada
masalah. Anak, cucu dan saudara klien sering
mengunjungi dan menginap di rumah klien.

c) Hubungan dengan orang lain :


Klien mengatakan hubungan dengan teman kerja dan
tetangga sangat baik dan selalu tolong- menolong.

4) Spiritual/ Kultural
a) Pelaksanaan ibadah :
Klien mengatakan selalu sholat 5 waktu baik di rumah
bersama istri dan anak dan juga berjamaah di masjid.

b) Keyakinan tentang kesehatan :


Klien mengatakan prioritas saat ini adalah kesehatan
klien, karena semakin bertambahnya umur klien
semakin sering sakit.

f. Pemeriksaan fisik
1) Kondisi pasien dan tanda-tanda vital
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Suhu : 36.5 oC
d) Nadi : 89 x/menit
e) Tekanan darah : 170/100 mmHg
f) Pernafasan : 24 x/menit
g) Tinggi badan : 165 cm
h) Berat badan : 64 kg
i) IMT : BB/TB = 64/1.652 = 23.5 (Normal)
2

2) Pengkajian head to toe


a) Kepala
Kebersihan : Kepala klien tampak bersih karena
klien rutin keramas, tidak tampak
ada ketombe
Kerontokan rambut : Klien mengatakan tidak
mengalami kerontokan rambut
Warna : Warna rambut klien hitam pekat
karena disemir
Tekstur rambut : halus
Keluhan : Tidak ada keluhan
b) Mata
Pupil : refleks cahaya ada
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Strabismus : tidak
Penglihatan : mata klien rabun dekat dan dibantu
alat penglihatan yaitu kacamata
Peradangan : daerah mata klien tidak mengalami
peradangan
Riwayat katarak : klien mengatakan tidak memiliki
riwayat katarak
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada
mata
Kacamata : klien menggunakan alat bantu
penglihatan yaitu kacamata karena
memiliki rabun dekat
Keluhan : tidak ada keluhan
c) Hidung
Kondisi hidung : hidung klien tampak bersih
Bentuk : simetris
Peradangan : klien tidak mengalami peradangan
pada daerah hidung
Penciuman : klien mampu mencium bebauan
dengan baik
Pernafasan cuping hidung : tidak
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung
Obstruksi : pada hidung klien tidak terdapat
sumbatan
Keluhan : tidak ada keluhan
d) Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : mulut klien tampak bersih karna
klien rutin menggosok gigi
Mukosa : mukosa tampak kering dan
mengelupas
Peradangan/stomatitis : klien tidak mengalami
peradangan dan stomatitis
Lidah : lidah klien tampak bersih dan
berwarna merah muda
Gigi : gigi klien sudah ada yang ompong
pada gigi geraham dan gigi depan
klien menggunakan gigi palsu
Radang gusi : gusi klien tidak terdapat
peradangan
Karies : tidak ada karies pada gigi klien
Lesi : pada mulut klien tidak terdapat lesi
maupun benjolan
Kesulitan mengunyah : klien dapat mengunyah
dengan nyaman
Kesulitan menelan : klien dapat menelan dengan baik
Keluhan : tidak ada keluhan
e) Telinga
Kebersihan : telinga klien tampak kotor, tampak
adanya serumen
Peradangan : telinga klien tidak mengalami
peradangan
Obstruksi : adanya serumen pada telinga klien
Pendengaran : klien mampu mendengar dengan
baik
Keluhan : tidak ada keluhan
f) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
JVP : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada
Nyeri tekan : pada leher klien tidak terdapat
nyeri tekan
Benjolan/massa : pada leher klien tidak terdapat
benjolan dan massa
Keluhan : sakit tengkuk
g) Dada
Inspeksi : dada klien tampak bersih, bentuk
dada normal chest, perkembangan
dada saat bernapas simetris antara
kanan dan kiri, respirasi 24x/menit
Perkusi : suara paru sonor, suara jantung
redup
Palpasi : tidak terdapat massa maupun
benjolan pada dada, fremitus
kanan dan kiri teraba simetris,
ictus cordis tidak kuat angkat
Auskultasi : suara paru vesikuler, suara jantung
S1 S2 tunggal
Keluhan : tidak ada keluhan
h) Abdomen
Inspeksi : abdomen klien tampak bersih,
tampak membuncit, berwarna
kuning langsat dan lembab, tidak
terdapat lesi, luka maupun bekas
jahitan
Auskultasi : bising usus 10 kali / menit
Palpasi : tidak terdapat massa, asites, dan
distensi. Turgor kulit kembali < 3
detik dan tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
Keluhan : tidak ada keluhan
i) Genetalia
Kebersihan : bersih / tidak, area genetalia klien
bersih
Haemoroid : ada / tidak, klien tidak memiliki
haemoroid
Infeksi : ada /tidak, klien tidak mengalami
infeksi pada bagian genetalia
Keluhan : tidak ada keluhan

j) Ekstremitas
Kekuatan otot : 5555 5555

5555 5555
Postur tubuh : bungkuk
Rentang gerak : maksimal
Deformitas : tulang belakang klien tampak
kifosis
Tremor : ektremitas klien tidak mengalami
tremor
Nyeri : klien mengatakan tidak terdapat
nyeri pada ekstremitas
Pembengkakan sendi : ekstremitas klien tidak terdapat
pembengkakkan sendi
Edema : ekstremitas klien tidak terdapat
edema
Penggunaan alat bantu: klien masih mampu bergerak
sendiri
Refleks
Area Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +
Keterangan:
Refleks (+) : normal
Refleks ( - ) : menurun

k) Integumen
Kebersihan : baik
Warna : pucat
Kelembaban : kering
Lesi : kulit klien tidak terdapat lesi
Turgor : kembali dalam < 3 detik
Akral : hangat
Pruritus : klien tidak mengalami masalah
pruritus pada kulit
Perubahan tekstur : kulit klien bertekstur lembek
Gangguan pada kulit : hiperpigmentasi
g. Pengkajian keseimbangan untuk lansia
Pengkajian posisi dan keseimbangan (sullivan)
No Tes koordinasi Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 4
2 Berdiri dengan postur normal, menutup mata 4
3 Berdiri dengan kaki rapat 4
4 Berdiri dengan satu kaki 3
5 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke posisi netral 4
6 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 4
7 Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki 4
didepan jari kaki yang lain
8 Berjalan sepanjang garis lurus 4
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 4
10 Berjalan menyamping 4
11 Berjalan mundur 4
12 Berjalan mengikuti lingkaran 4
13 Berjalan pada tumit 3
14 Berjalan dengan ujung kaki 3
Jumlah 53

Keterangan
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan

Kesimpulan : 53 (mampu melakukan aktifitas)

h. Pengkajian fungsional lansia


KATZ
Indeks kemandirian Katz untuk menilai aktifitas kehidupan
sehari-hari (ADL)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi V
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu
bagian mandi (seperti
punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu) atau
mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari
satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak
mandi, serta tidak mandi
sendiri
2 Berpakaian V
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian,
melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju
sendiri atau hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil V
Mandiri :
Masuk dan keluar dari
kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk
masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4 Berpindah V
Mandiri :
Berpindah ke dan dari
tempat tidur untuk duduk,
bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau
turun dari tempat tidur atau
kursi, tidak melakukan satu,
atau lebih perpindahan
5 Kontinen V
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya
dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau
total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan
pembalut ( pampers)
6 Makan V
Mandiri :
Mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya
sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal
mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali,
dan makan parenteral ( NGT
)
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien

Analisis hasil/ nilai:


A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian, dan mandi.
B : Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi
tambahan.
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

Kesimpulan: A (Kemandirian dalam hal makan,


kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi)

Modifikasi Barthel Indeks


Barthel Indeks merupakan skala yang digunakan untuk
mengukur kinerja dalam aktifitas sehari-hari.

NILAI
N KETERANG
KRITERIA BANTU MANDI
o AN
AN RI
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi 10
roda ke tempat tidur, 5-10 15
sebaliknya
3 Kebersihan diri, 10
mencuci muka,
0 5
menyisir, mencukur
dan menggosok gigi
4 Aktivitas di toilet 10
(menyemprot, 5 10
mengelap)
5 Mandi 0 5 10
6 Berjalan di jalan 10
yang datar (jika tidak
mampu jalan / 10 15
melakukannya
dengan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian termasuk 10
5 10
mengenakan sepatu
9 Mengontrol BAB 5 10 10
1 Mengontrol BAK 10
5 10
0
Total 100

Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21 – 61 : Ketergantungan berat/ sangat ketergantungan
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

Kesimpulan : 100 (mandiri)

i. Pengkajian masalah emosional


1) Pertanyaan tahap 1
a) Apakah klien mengalami susah tidur? Tidak
b) Apakah klien sering merasa gelisah? Tidak
c) Apakah klien murung atau menangis sendiri? Tidak
d) Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak
Lanjutkan pertanyaan tahap 2
jika jawaban “ya” 1 atau lebih.
2) Pertanyaan tahap 2
a) Keluhan > 3 bulan atau > 1 kali dalam sebulan
b) Ada masalah atau banyak pikiran
c) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
d) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
e) Cenderung mengurung diri
Jika >1 atau = 1 jawaban “ya”,
maka ada masalah gangguan
emosional.

Gangguan emosional

Kesimpulan: Tidak terdapat masalah gangguan


emosional

j. Pengkajian status kognitif dan afektif


1) SPMSQ (short portable mental status quesioner).
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini:

No Item Pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang? V
Jawab:
Jam 8 malam
2 Tahun berapa sekarang? V
Jawab:
2020
3 Kapan bapak/ ibu lahir? V
Jawab:
5 Februari 1960
4 Berapa umur bapak/ ibu V
sekarang?
Jawab:
60 tahun
5 Dimana alamat bapak/ ibu V
sekarang?
Jawab:
Jl. Sungai Miai
6 Berapa jumlah anggota keluarga V
yang tinggal bersama bapak/ ibu?
Jawab:
2 orang
7 Siapa nama anggota keluarga V
yang tinggal bersama bapak/ ibu?
Jawab:
Ibu Endang dan Febry
8 Tahun berapa Hari kemerdekaan V
Indonesia?
Jawab:
17 Agustus 2020
9 Siapa nama Presiden Republik V
Indonesia sekarang?
Jawab:
Bapak Joko Widodo
10 Coba hitung terbalik dari angka V
20 ke 1?
Jawab:
20, 19, 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12,
11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1
Jumlah 10 0

Analisis Hasil
Skor salah (0 – 2) : Fungsi intelektual utuh
Skor salah (3 – 4) : Kerusakan intelektual ringan
Skor salah (5 – 7) : Kerusakan intelektual sedang
Skor salah (8 – 10) : Kerusakan intelektual berat

Kesimpulan: 0 (fungsi intelektual utuh)


2) MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan
dengan benar
Tahun :
Musim :
Tanggal:
Hari :
Bulan :
2 Orientasi 5 5 Dimana
sekarang kita
berada?
Negara :
Propinsi:
Kabupaten/kota:
Panti werda:
Wisma :
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3
nama obyek
(misal: kursi,
meja, kertas),
kemudian
ditanyakan
kepada klien,
menjawab:
1. Objek ........
2. Objek ........
3. Objek ........
4 Perhatian 5 5 Meminta klien
dan berhitung mulai
kalkulasi dari 100
kemudian
kurangi 15
sampai 5
tingkat.
Jawaban:
a. 85
b. 70
c. 40
d. 25
e. 10
5 Mengingat 3 3 Minta klien
untuk
mengulangi
ketiga objek
pada poin ke 2
(tiap poin nilai
1), misal: kursi,
meja, kertas
1. Objek ........
2. Objek ........
3. Objek ........
6 Bahasa 9 9 a. Menanyakan
pada klien
tentang benda
(sambil
menunjukan
benda
tersebut).
Contoh :
Jam tangan,
meja, kursi,
pensil
b. Minta klien
untuk
mengulangi
kata berikut:
tidak ada,
dan, jika/
tetapi

c. Minta klien
untuk
mengikuti
perintah
berikut yang
terdiri 3
langkah:
1. Ambil
kertas
ditangan
anda
2. Lipat dua
3. Taruh di
lantai

d. Perintahkan
pada klien
untuk hal
berikut (bila
aktifitas
sesuai
perintah nilai
satu poin).
“tutup mata
anda”

e. Perintahkan
kepada klien
untuk menulis
kalimat atau
menyalin
gambar.
Klien
menulis/
menggambar
Total nilai 30 30

Interpretasi hasil
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mentak baik
18 – 22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
0 – 17 : terdapat kerusakan fungsi mental berat

Kesimpulan: 30 (aspek kognitif dari fungsi mentak


baik

k. Pengkajian skala jatuh pada lansia


Morse Fall Scale (MFS) digunakan untuk melakukan
pengkajian skala jatuh pada lansia
No Pengkajian Skala Nilai
1 Riwayat jatuh: Apakah lansia Tidak : 0 25
pernah jatuh dalam 3 bulan
Ya : 25
terakhir?
2 Diagnosa sekunder: Apakah Tidak : 0 15
lansia memiliki lebih dari satu
Ya : 15
penyakit?
3 Alat bantu jalan: 0
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-
benda disekitar (kursi, lemari, 30
meja)
4 Terapi intravena : Apakah saat Tidak : 0 0
ini lansia terpasang infus?
Ya : 20
5 Gaya berjalan/ cara berpindah 0
- Normal/ bed rest/ imobilisasi 0
(tidak dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga)
10
- Gangguan/ tidak normal
(pincang, diseret) 20
6 Status mental 0
- Lansia menyadari kondisi 0
dirinya sendiri 15
- Lansia mengalami
keterbatasan daya ingat
TOTAL SKALA 40

Tingkatan risiko jatuh


0 – 24 : Tidak berisiko (tindakan perawatan dasar)
25 – 50 : Risiko rendah (pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh standar)
>51 : Risiko tinggi (pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh risiko)

Kesimpulan: 40 (Risiko rendah)


l. Pengkajian tingkat depresi pada lansia
Geriatric Depression Scale merupakan skala yang digunakan
untuk pengkajian tingkat depresi pada lansia
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan Ya Tidak
kehidupan anda?
2 Apakah anda telah meninggalkan Ya Tidak
banyak kegiatan dan minat atau
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda Ya Tidak
kosong?
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat Ya Tidak
yang baik setiap saat?
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu Ya Tidak
yang buruk akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk Ya Tidak
sebagian besar hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak Ya Tidak
berdaya?
9 Apakah anda lebih senang tinggal di Ya Tidak
rumah daripada pergi ke luar dan
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai Ya Tidak
banyak masalah dengan daya ingat
anda dibandingkan kebanyakan
orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda Ya Tidak
sekarang ini menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga Ya Tidak
seperti perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan Ya Tidak
anda tidak ada harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain Ya Tidak
lebih baik keadaanya dari anda?
SKOR

Keterangan:
Lingkari pilihan jawaban berdasarkan pernyataan klien
Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal
Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1
Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi

Kesimpulan: 1 ( Tidak ada depresi)

m. Penilaian
potensi dekubitus
Skor norton digunakan untuk menilai potensi dekubitus
No Item Penilaian Skor
1 Kondisi fisik:
 Baik 4
 Cukup baik 3
 Buruk 2
 Sangat buruk 1
2 Kondisi mental:
 Waspada/ sadar penuh 4
 Apatis 3
 Bingung 2
1
 Pingsan/ tidak sadar
3 Aktifitas:
 Dapat berpindah sendiri 4
 Berjalan dengan bantuan 3
 Terbatas dikursi 2
 Terbatas ditempat tidur 1
4 Mobilitas:
 Penuh/ bergerak bebas 4
 Sedikit terbatas 3
 Sangat terbatas 2
 Sulit bergerak 1
5 Inkontinensia:
 Tidak ngompol 4
 Kadang-kadang 3
 Sering inkontinensia urin 2
 Inkontinensia alvi dan urin 1
SKOR 20

Keterangan:
Skor < 14 : Resiko tinggi terjadinya ulkus diabetikum
Skor < 12 : Peningkatan risiko 50 kali lebih besar
terjadinya ulkus diabetikum
Skor 12 – 13 : Resiko sedang
Skor > 14 : Resiko kecil

Kesimpulan : 20 (resiko kecil)

n. Informasi Penunjang
1) Diagnosa Medis
Hipertensi
2) Hasil laboratorium
Hb :11,3
Hematokrit : 34
Leukosit : 6,9
Eritrosit : 4,2
Trombosit : 447
Gds : 101
3) Terapi medis
Amplodipin 10 mg
4) Keadaan lingkungan
Pencahayaan ruangan dan kamar cukup terang, kondisi
lantai keramik dilapisi karpet, wc yang digunakan wc
jongkok dan tidak terdapat handrail atau pegangan di
kamar mandi/ toilet.

B. Data Fokus
Data subjektif :
 Klien mengatakan nyeri tengkuk
P : Ketika kelelahan
Q : Ditusuk- tusuk
R : Leher belakang
S : 5 (Sedang)
T : Hilang Timbul
 Klien mengatakan merasa lemas
 Klien mengatakan sulit tidur
 Klien mengatakan sering kesemutan
 Klien mengatakan rutin minum obat amplodipin 10 mg
sebelum tidur
 Klien mengatakan mulai mengurangi kebiasaan merokok
 Klien mengatakan mulai mengurangi makanan yang tidak
sehat seperti makanan yang berlemak, bersantan dan yang
digoreng

Data Objektif :
 Klien tampak lemas
 Klien tampak meringis
 Mukosa bibir tampak kering
 Kulit klien tampak kering
 Kulit klien tampak pucat
 Klien tampak menggunakan kacamata
 Klien tampak memiliki stok obat- obatan
 TTV : tekanan darah 170/100 mmHg, respirasi 24x/menit,
nadi 89x/menit, suhu 36.5oC

C. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS: Nyeri kronis Penekanan saraf
 Klien mengatakan
nyeri tengkuk ± 3
tahun
P : Ketika kelelahan
Q : Ditusuk- tusuk
R : Leher belakang
S : 5 (Sedang)
T : Hilang Timbul
 Klien mengatakan
sulit tidur
DO:
 Klien tampak
meringis
 TTV =
TD 170/100 mmHg,
respirasi 24x/menit,
nadi 89x/menit, suhu
36.5oC
2 DS: Risiko perfusi Faktor risiko
 Klien mengatakan perifer tidak efektif hipertensi dan
sering kesemutan
merokok
DO:
 Klien tampak pucat
 TTV =
TD 170/100 mmHg,
respirasi 24x/menit,
nadi 89x/menit, suhu
36.5oC
3 DS: Kesiapan Keinginan merubah
 Klien mengatakan peningkatan pola hidup yang
mulai mengurangi
manajemen tidak sehat
kebiasaan merokok
 Klien mengatakan kesehatan
rutin minum obat
amplodipin 10 mg
sebelum tidur
 Klien mengatakan
mulai mengurangi
makanan yang tidak
sehat seperti makanan
yang berlemak,
bersantan dan yang
digoreng
DO:
 Klien tampak
memiliki stok obat-
obatan

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan


 Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf
 Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan faktor
risiko hipertensi dan merokok

 Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan dibuktikan dengan
keinginan merubah pola hidup yang tidak sehat

E. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
(SDKI)
1. Nyeri kronis b/d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
penekanan saraf (L.08066) (I.08238)
(D.0078) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1.Identifikasi lokasi,
selama 1 x 24 maka karakteristik, durasi,
masalah nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri dari 2.Identifikasi skala nyeri
skala 3 (sedang) ke 3.Identifikasi respon nyeri
skala 4 (cukup verbal
menurun) 4.Identifikasi faktor yang
2. Meringis dari skala 3 memperberat dan
(sedang) ke skala 5 memperingan nyeri
(menurun)
3. Kesulitan tidur dari Terapeutik
skala 3 (sedang) ke 1.Berikan teknik
skala 4 (cukup nonfarmakologis
menurun) 2.Kontrol lingkungan yang
4. Tekanan darah dari memperberat rasa nyeri
skala 3 (sedang) ke 3.Fasilitasi istirahat dan
skala 4 (cukup tidur
membaik)
Edukasi
1.Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2.Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3.Ajarkan teknik
nonfarmakologis secara
tepat

Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Risiko perfusi Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
perifer tidak (L.02011) (I.02079)
efektif d/d faktor Setelah dilakukan Observasi
risiko hipertensi tindakan keperawatan 1. Periksa sirkulasi perifer
dan merokok selama 1 x 24 maka 2. Identifikasi fakto risiko
(D.0015) risiko perfusi perifer gangguan sirkulasi
tidak efektif tidak (hipertensi)
terjadi dengan kriteria
hasil: Terapeutik
1. Warna kulit pucat 1. Hindari pengukuran
dari skala 3 (sedang) tekanan darah pada
ke skala 4 (cukup ekstremitas dengan
menurun) keterbatasan perfusi
2. Parastesia dari skala 2. Lakukan perawatan kaki
3 (sedang) ke skala 4 dan kuku
(cukup menurun) 3. Lakukan hidrasi
3. Tekanan darah
sistolik dari skala 3 Edukasi
(sedang) ke skala 4 1. Anjurkan berhenti
(cukup membaik) merokok
4. Tekanan darah 2. Anjurkan berolahraga
diastolik dari skala 3 rutin
(sedang) ke skala 4 3. Anjurkan menggunakan
(cukup membaik) obat penurun tekanan
darah
4. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
3. Kesiapan Manajemen Edukasi Kesehatan
Peningkatan Kesehatan (L.12104) (I.12383)
Manajemen Setelah dilakukan Observasi
Kesehatan d/d tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
keinginan selama 1 x 24 maka dan kemampuan
merubah pola manajemen kesehatan menerima informasi
hidup yang tidak meningkat dengan 2. Identifikasi faktor-
sehat (D.0112) kriteria hasil: faktor yang dapat
1. Melakukan tindakan meningkatkan dan
untuk mengurangi menurunkan motivasi
faktor risiko dari perilaku hidup bersih
skala 3 (sedang) ke dan sehat
skala 5 (meningkat)
2. Menerapkan program Terapeutik
perawatan dari skala 1. Sediakan materi dan
3 (sedang) ke skala 4 media pendidikan
(cukup meningkat) kesehatan
3. Aktivitas hidup 2. Jadwalkan pendidikan
sehari- hari efektif kesehatan sesuai
memenuhi tujuan kesepakatan
kesehatan dari skala 3. Berikan kesempatan
3 (sedang) ke skala 4 untuk bertanya
(cukup meningkat)
4. Verbalisasi kesulitan
dalam menjalani
Edukasi
program perawatan
1. Jelaskan faktor risiko
dari skala 3 (sedang)
yang dapat
ke skala 4 (cukup
mempengaruhi
menurun)
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

F. Implementasi dan Evaluasi


No. Tgl/ jam Implementasi Evaluasi
Dx
1. 09 Mei 2023 / 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
11.00 karakteristik, durasi,  Klien mengatakan
frekuensi, kualitas, nyeri tengkuk
intensitas nyeri P : Ketika
2. Mengidentifikasi skala kelelahan
nyeri Q : Ditusuk- tusuk
3. Mengidentifikasi respon R : Leher
nyeri verbal belakang
4. Mengidentifikasi faktor S : 5 (Sedang)
yang memperberat dan T : Hilang Timbul
memperingan nyeri  Klien mengatakan
5. Memberikan teknik sulit tidur
nonfarmakologis O:
6. Menjelaskan strategi  Klien tampak
meredakan nyeri meringis
7. Mengajarkan teknik  TTV = TD 170/100
nonfarmakologis secara mmHg, respirasi
tepat 24x/menit, nadi
89x/menit, suhu
36.5 C
o

A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2. 09 mei 2023 / 1. Mengidentifikasi faktor S:
12.00 risiko gangguan sirkulasi  Klien mengatakan
(hipertensi) sering kesemutan
2. Menghindari pengukuran O:
tekanan darah pada  Klien tampak pucat
ekstremitas dengan  TTV = TD 170/100
keterbatasan perfusi mmHg, respirasi
3. Menganjurkan berhenti 24x/menit, nadi
merokok 89x/menit, suhu
4. Menganjurkan 36.5 C
o

berolahraga rutin A : Masalah belum


5. Menganjurkan terjadi
menggunakan obat P : Lanjutkan Intervensi
penurun tekanan darah
6. Menganjurkan minum
obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
3. 09 Mei 2023 / 1. Mengidentifikasi S:
13.00 kesiapan dan kemampuan
 Klien mengatakan
menerima informasi
mulai mengurangi
2. Mengidentifikasi faktor-
kebiasaan merokok
faktor yang dapat
 Klien mengatakan
meningkatkan dan
rutin minum obat
menurunkan motivasi
amplodipin 10 mg
perilaku hidup bersih dan
sebelum tidur
sehat
 Klien mengatakan
3. Menyediakan materi dan
media pendidikan mulai mengurangi
kesehatan makanan yang
4. Menjadwalkan tidak sehat seperti
pendidikan kesehatan makanan yang
sesuai kesepakatan berlemak,
5. Memberikan kesempatan bersantan dan yang
untuk bertanya digoreng
6. Menjelaskan faktor risiko O :
yang dapat  Klien tampak
mempengaruhi kesehatan memiliki stok obat-
7. Mengajarkan perilaku obatan
hidup bersih dan sehat A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

G. Catatan Perkembangan
No. Tgl/ jam Evaluasi Catatan Perkembangan Paraf
Dx
1. 09 MEI 2023 / S :
13.00  Klien mengatakan masih nyeri
tengkuk
P : Ketika kelelahan
Q : Ditusuk- tusuk
R : Leher belakang
S : 3 (ringan)
T : Hilang Timbul
 Klien mengatakan sulit tidur
O:
 Klien tampak meringis
 TTV = TD 170/100 mmHg, respirasi
24x/menit, nadi 89x/menit, suhu
36.5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2. 09 MEI 2023 / S :
13.00  Klien mengatakan sering kesemutan
O:
 Klien tampak pucat
 TTV = TD 170/100 mmHg, respirasi
24x/menit, nadi 89x/menit, suhu
36.5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3. 09 MEI 2023 / S :
13.00  Klien mengatakan masih sering
merokok
 Klien mengatakan rutin minum obat
amplodipin 10 mg sebelum tidur
 Klien mengatakan mulai mengurangi
makanan yang tidak sehat seperti
makanan yang berlemak, bersantan
dan yang digoreng
 Klien mengatakan rutin cek tekanan
darah setiap hari

O:
 Klien tampak memiliki stok obat-
obatan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

No. Tgl/ jam Evaluasi Catatan Perkembangan Paraf


Dx
1. 10 MEI 2023 / S :
11.00  Klien mengatakan nyeri tengkuk
berkurang
P : Ketika kelelahan
Q : Ditusuk- tusuk
R : Leher belakang
S : 1 (ringan)
T : Hilang Timbul
 Klien mengatakan tidak sulit tidur
O:
 Klien tampak tidak meringis
 TTV = TD 160/90 mmHg, respirasi
24x/menit, nadi 89x/menit, suhu
36.5oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2. 10 MEI 2023 / S :
12.00  Klien mengatakan masih sering
kesemutan
O:
 Klien tampak tidak pucat
 TTV = TD 160/90 mmHg, respirasi
24x/menit, nadi 89x/menit, suhu
36.5oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
3. 10 MEI 2023 / S :
13.00  Klien mengatakan mulai mengurangi
kebiasaan merokok
 Klien mengatakan rutin minum obat
amplodipin 10 mg sebelum tidur
 Klien mengatakan mulai mengurangi
makanan yang tidak sehat seperti
makanan yang berlemak, bersantan
dan yang digoreng
 Klien mengatakan rutin cek tekanan
darah setiap hari
O:
 Klien tampak memiliki stok obat-
obatan
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi

No. Tgl/ jam Evaluasi Catatan Perkembangan Paraf


Dx
11-mei 2023 S:
11.00  Klien mengatakan nyeri tengkuk
sudah berkurang
P : Ketika kelelahan
Q : Ditusuk- tusuk
R : Leher belakang
S : 3 (ringan)
T : Hilang Timbul
 Klien mengatakan sulit tidur
O:
 Klien tampak meringis
 TTV = TD 150/80 mmHg, respirasi
22x/menit, nadi 87x/menit, suhu
36.5oC
A : Masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
11mei 2023 S :
 Klien mengatakan kesemutan sudah
11.00
berkurang
O:
 Klien sudah tidak pucat
 TTV = TD 150/80 mmHg, respirasi
22x/menit, nadi 87x/menit, suhu
36.5oC
A : Masalah teratasi
P : hentikan Intervensi
11mei 2023 S :
11.00  Klien mengatakan mulai mengurangi
kebiasaan merokok
 Klien mengatakan rutin minum obat
amplodipin 10 mg sebelum tidur
 Klien mengatakan mulai mengurangi
makanan yang tidak sehat seperti
makanan yang berlemak, bersantan
dan yang digoreng
 Klien mengatakan rutin cek tekanan
darah setiap hari
O:
 Klien tampak memiliki stok obat-
obatan
A : Masalah teratasi sebagian
P :hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai