Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

DISUSUN OLEH:
Alpayana Cecylia Jisarah
NIM 22.0604.0054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MEGELANG
2023
1. KONSEP DASAR
1.1 PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukan suatu
status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan keadaan dimana
masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang berada tidak memenuhi fungsinya
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laborotoris, anemia dijabarkan
sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah
normal (Handayani & dapat menggunakan Haribowo, 2019).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia kriteria WHO pada tahun 2021,
dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & andi, 2008) :
1) Laki-laki dewasa Hb <13gr/dl
2) Perempuan dewasa tidak hamil Hb <12 gr/dl
3) Perempuan dewasa hamil Hb <11 gr/dl
4) Anak usia 6-14 tahun Hb <12 gr/dl
5) Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktek klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani & Haribowo. 2008).
1) Hb < 10 gr/dl
2) Hematokrit < 30%
3) Eritrosit < 2,8 juta/m
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayan & Haribowo. 2008).
1) Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
2) Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
3) Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
4) Berat Hb < 6 gr/dl
1.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI ANEMIA
1.2.1 Tinjauan Anatomi Anemia
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda
dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport
tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal dan
berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap organ tidak sama,
bergantung pada usia, pekerjaan serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri atas 2 kompunen utama, yaitu sebagai berikut (Varney H, 2019).
1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini.
3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± reed blood cell
4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).
5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet

1.2.2 Tinjauan Fisiologi Anemia


Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda
dengan organ lain karena berbentuk cairan. Cairan darah tersusun atas kompunen
sel yang tersupensi dalam plasma darah. Sel darah terbagi menjadi eritrosit (sel
darah merah, normalnya 5 ribu per mm 2 darah) dan leukosit (sel darah putih,
normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm2 darah). Terdapat sekitar 500 sampai
1000 eritrosit tiap satu leukosit. Leukosit dapat berada dalam beberapa bentuk :
eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan limfosit. Selain itu dalam supensi
plasma, ada juga fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit
(normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per mm 2 darah). Komponen
seluler darah ini normalnya menyusun 40% sampai 45% volume darah. Fraksi
darah yang ditempati oleh eritrosit disebut hematokrit. Darah terlihat sebagai
cairan merah, opak dan kental. Warnanya ditentukan oleh hemoglobin yang
terkandung dalam sel darah merah. Volume darah manusia sekitar 7% sampai
10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersikulasi di dalam
sistem veskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh, membawa
oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus
gastroinestinal ke sel tubuh untuk metabolisme sel. Darah juga mengangkut
produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme sel ke paru, kulit, dan ginjal
yang akan di transformasi dan dibuang keluar dari tubuh. Darah juga membawa
hormon dan antibodi ke tempat sasaran atau tujuan. Untuk menjalankan
fungsinya, darah harus tetap berada dalam keadan cairan normal. Karena berupa
cairan, selalu terdapat bahaya kehilangan darah dari sistem vasekuler akibat
trauma. Untuk mencegah bahaya ini, darah memiliki mekanisme pembentukan
yang sangat peka yang diaktifkan setiap saat diperlukan untuk menyumbat
kebocoran pada pembluh darah. Pembekuan yang berlebihan ini juga sama
bahayanya karena potensial menyumbat aliran darah kejaringan vital. Untuk
menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme febrinolitik yang
kemudian akan melarutkan bekuan yang berbentuk dalam pembuluh darah. Darah
dan kompunennya mempunyai fungsi lainnya, yaitu :
1) Transportasi (sari makanan,oksigen, karbondioksida, sisa metabolisme,
dan air)
2) Trasportasi hormon menuju organ terget dan enzim menuju sel tubuh
3) Termogulasi (pengatur suhu tubuh)
4) Imunitas (pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus)
5) Homeostasis (mengatur keseimbangan zat dan pH tubuh) melalui
buffervdan asam amino yang ada di dalam plasma
6) Membantu dalam mencegah tubuh kehilangan cairan yaitu dengan
pembekuan darah

1.3 ETIOLOGI ANEMIA


1.3.1 Anemia mikrostik (penurunan ukuran sel darah merah)
1) Kekurangan zat baru
2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis yang
mengakibatkan tidak ada kuatnya kandungan hemoglobin)
3) Gangguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di
temukan di Asia Tenggara)
4) Keracunan timah
5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)
1.3.2 Anemia normositik (jumlah sel darah merah rendah/kurang)
1) Kehilangan sel darah merah akut/parah
2) Gangguan hemolisis darah
3) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)
4) Gangguan C hemoglobin
5) Penyakit hemolitik
6) Gangguan endokrin
7) Gangguan ginjal dan hepar
8) Sterocitosis
9) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)
10) Anemia hemolitik (efek samping obat)
11) Anemia hemolisis autoimun
1.3.3 Anemia aplastik (berhenti memproduksi sel darah merah baru)
1) Kondisi dimana ketika terjadi kegagalan sumsum tulang belakang untuk memproduksi hormon
tertentu yang biasanya terjadi pada pasien CKD, ketika ginjal lebih sedikit menghasilkan EPO/
eritropoetin atau hormon yang bertugas merangsang sumsung tulang belakang untuk
menghasilkan hemoglobin gagal untuk diproduksi lebih banyak
1.3.4 Anemia hemolitik (sel darah merah dalam kondisi hancur/tidak utuh)
1) Tipe anemia yang terjadi saat sel darah merah hancur/mati lebih cepat daripada waktu biasanya,
biasa terjadi saat pasien mengalami penyakit : ikhterus dan hepatosplenomegali.
1.3.5 Ekspansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan.

1.4 PATOFISIOLOGI ANEMIA


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikulo endotel, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan
dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan masuk aliran darah.
Kapan sel darah merah mengalami terkirim dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma. Kapan konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin
plasma, maka hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam
kencing. Pada dasar gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoreksia organ
targetkarena berkurang jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan
menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia (Handayani, 2008).
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan sum-
sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya. Kegagalan
sum-sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksin, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang
menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses
ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar
diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik pada sklera.
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga
kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):
1) Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat
adanya kelainan sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang
dibutuhkan agar produksi dan kerja eritrosit berjalan normal. Kondisi yang
mengakibatkan anemia ini antara lain sabit sel anemia, gangguan sumsum tulang
dan batang sel anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan folat, serta gangguan
kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk
proses eritropoesis.
2) Anemia akibat sel darah merah
Bila sel darah merah yang berada terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat jadi
menimbulkan anemia hematolik. Penyebab anemia hematolik yang diketahui
antara lain:
(1) Keturunan, seperti sabit sel anemia dan talesemia
(2) Adanya stresor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis
makanan

(3) Toksin dari penyakit hati dan ginjal kronis


(4) Autoimun
(5) Pemasangan korupsi, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis.
3) Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada pendarahan akut yang hebat atau pada pendarahan
yang berlangsung perlahan-lahan namun kronis. Jadi kronis umunya muncul
akibat gangguan pecernaan (misal radang perut, wasir, atau kanker saluran
pencernaan), penggunaan obat-obatan yang mengakibatkan ulkus atau radang
perut, menstruasi, dan proses kelahiran.

1.5 TANDA DAN GEJALA ANEMIA


Tanda dan gejala yang timbul pada anemia menurut (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Lemas dan cepat lelah.
2. Sakit kepala dan pusing.
3. Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan.
4. Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
5. Detak jantung tidak teratur.
6. Napas pendek.
7. Nyeri dada.
8. Dingin di tangan dan kaki.
Manifestasi klinis yang sering muncul
1) Pusing
2) Mudah berkunang-kunang
3) Lesu
4) Aktifitas kurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah berkonsentrasi
7) Mudah lelah
8) Conjungtiva pucat
9) Gelisah
Gejala khas masing-masing anemia

1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi besi


2) Ikterus,urin berwarna kuning tua/coklat
3) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia keganasan
4) Keletihan
5) Kelemahan
6) Malaise umu
7) Kehilangan produktifitas : penurunan semangat bekerja
Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda anemia umum: Pucat, takikardi, pulsus celer, suara pembuluh darah,
spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung.
2) Manifestasi khusu pada anemia :
(1) Defisiensi besi : Spoon nail, glositis
(2) Defisiensi B12 : Paresis, ulkus ditungkai
(3) Hemolitik : Ikterus, spelenomegali

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ANEMIA


1.6.1 Pemeriksaan laboratarium
1) Tes penyaringan, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk marfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada kompunen-kompunen
berikut ini: Kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, dan MCHV), apusan darah
tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia, hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan dihitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai
keadaan sistem hematopoesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: Pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi dengan
diagnosis awal yang memiliki kompunen berikut ini:
(1) Anemia defisiensi besi: Serum ion, TIBC, saturasi, transferin, dan feritin
serum.

(2) Anemia megaloblastik: Asam folat darah/eritrosit, vitamin B12


(3) Anemia hemolitik: Hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
1.6.2 Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
Pemeriksaan laboratarium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat,
faal hati, biakan kuman.

1.6.3 Radiologi: Thorax, bonne survey, USG, atau linfangiografi.

1.6.4 Pemeriksaan sitologenik


1.6.5 Pemeriksaan biologi mokekuler (PCR : polymerase chain raction, FISH:
fluorescense in situ hybridization) (Nanda, Nic, Noc, 2015 : 37).

1.7 PENATALAKSANAAN ANEMIA


Penatalaksaan anemia diajukan untuk mencari penyebab dan menganti darah yang
hilang, penatalaksaan anemia berdasarkan penyebabna, yaitu:
1) Anemia apaplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyle globin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7- 10 hari.
Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan
dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2) Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian zat besi dan asam folat.
Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
3) Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk anemianya. 0engan menanganikelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4) Anemia defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5% gr.
5) Anemia megaloblastik
(1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injek IM.

(2) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak
dapat dikoreksi.
(3) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
(4) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi.
Penanganaanya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.
6) Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan
cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7) Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah mengantikan darah hemolisis
(Nanda, Nic, Noc, 2015:38).

1.8 KOMPLIKASI ANEMIA


Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)
1) Perkembangan otot buruk
2) Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
3) Interaksi sosial menurun
4) Daya konsentrasi menurun.
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian
mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah
merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak
menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung
progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis,
serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena
kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan
infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya
ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007).
1) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif
2) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek
3) SSP : Menyebabkan trombosis serebral
4) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
5) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
6) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer,
pendarahan
7) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput
humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil)
8) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.
2. ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilatif, dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai
dalam hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah
yang mengabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen
yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metodee ilmiah (Doenges,
Moorhouse dan Gaissler, 2014).
Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang
terdiri atas tiga tahap: pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang didasarkan metode
ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data, dan penganalisaan temuan. Kajian
selama bertahun-tahun, penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat dengan
pengembangan proses keperawatan menjadi 5 langkah yang kongkrit (pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yang memberikan metode
efisien tentang pengorganisasian proses berpikir untuk pembuatan keputusan klinis.
Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan memberikan asuhan
pasien secara individual dan kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai situasi (Doenges,
Moorhouse dan Geissler, 2014). Dalam proses keperawatan mencakup pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencaan, implementasi dan evaluasi.
2.1 Pengkajian
Data dasar pengkajian klien dengan anemia menurut Doenges, Moorhouse dan Geissler
(2014) adalah :

2.4.1 Aktivitas/Istirahat
1) Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktifitas, penurunan
semangat untuk bekerja, toleransi terhadap letihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
2) Tanda : Takikardia/takipnea ; dispnea pada bekerja atau istirahat, latergi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan
kekuatan, antaksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,
dan tanda-tanda lainnya yang menunjukan keletihan.
2.4.2 Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis. Perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (defisiensi berat), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan), riwayat
endocarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia kompensasi)
2) Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postular, disritmia : abnormal EKG, misal depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang takikardia, bunyi jantung mur-mur sistolik
(defisiensi besi), ekstremitas (warna) pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. Catatan : pada pasien kulit hitam,
pucat dan tampak sebagai keabu-abuan. Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik) atau
kuning lemon terang, sclera biru atau putih seperti mutiara, pengisian kapiler lambat
(penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi), kuku mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonika) rambut kering, mudah putus,, menipis,
tumbuh uban secara premature.
2.4.3 Integritas ego
1) Gejala : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan ini,
penolakan transfusi darah.
2) Tanda : Depresi
2.4.4 Eliminasi
1) Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom malabsorbsi
(defisiensi besi), hematemesis, fases dengan darah segar, melena, diare, konstipasi,
penurunan haluaran urine.

2) Tanda : Distensi abdomen


2.4.5 Makanan/cairan
1) Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/ masukan
produk sereal tinggi (defisiensi besi), nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus
pada faring), mual/ muntah, dispepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan.
2) Tanda : Lidah tampak merah daging / halus (AP : defisiensi asam folat dan B12),
membran mukosa kering atau pucat, turgorkulit buruk, kering tampak kisut/ hilang
elastisitas (defisiensi besi), stomatitis dan glositis (status defisiensi), bibir selitis misal
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
2.4.6 Hygiene
1) Tanda : kurang bertenaga, penampilan tak rapih
2.4.7 Neurosensori
1) Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata,
kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, parastesia tangan/ kaki, klaudikasi,
sensasi menjadi dingin.
2) Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, mental: tak
mampu berespon lambat dan dangkal, oftalmik: hemoragis retina (aplasti, AP),
epitaksis, pendarahan dari lubang-lubang (aplastik), gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar dan posisi, tanda rombeng positif, paralisis (AP).
2.4.8 Nyeri/ kenyamanan
1) Gejala : Nyeri abdomen sama, sakit kepala (defesiensi besi)
2.4.9 Pernapasan
1) Gejala : Riwayat Turbokulosis paru, abses baru, napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
2) Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
2.4.10 Keamanan
1) Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misak benzene,
insektisida, fenilbutazon, naftalen. Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai
pengobatan atau kecelakaan, riwayat kanker, terapi kanker, tidak toleran

terhadap dingin dan/atau panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan


pengelihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
2) Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum, petekie dan ekimosis (aplastik)
2.4.11 Seksualitas
1) Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misal menoragia atau amenore
(defisiensi besi), hilang libido (pria dan wanita).
2) Serviks dan dinding vagina pucat
2.4.12 Penyuluhan/ pembelajaran
1) Gejala : Kecendrungan keluarga untuk anemia (DB/ AP), penggunaan anti
konvulsan masa lalu/ saat ini, antibiotic, agen kemoterapi (gagal sumsum tulang),
aspirin, obat antiinflamasi atau antikoagulan, penggunaan alcohol kronis, adanya/
berulangnya episode perdarahan aktif (defesiensi besi), riwayat penyakit hati,
ginjal, masalah hematologi, penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain,
enteristik regional, manifestasi cacing pita, poliendokrinopati, masalah autoimun
(misal antibody pada sel parietal, faktor intristik, antibody tiroid dan sel T),
pembedahan sebelumnya misal splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup
prostetik, eksisi bedah duodenum atau reaksi gaster, gastrektomi parsial/ total
(DB/AP), riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau pendarahan,
infeksi kronis, penyakit granulomatous kronis atau kanker (sekunder anemia).
2.2 Pathway Anemia
2.3. ANALISA DATA

No. Tgl/jam Diagnosa keperawatan (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 Pola nafas tidak efektif (D.0005) Pola Nafas (L.01004 hal 95) Managemen Jalan Nafas
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam ( I.01011 hal 186)
yang tidak memberikan ventilasi diharapkan pola nafas pasien membaik
Observasi
adekuat dengan kriteria hasil :
1. Monitor pola nafas (frekuensi,
Penyebab : 1. Kondisi pasien dengan dispnea membaik kedalaman, dan usaha nafas)
Teraupetik
1. Depresi pusat pernapasan 2. Pasien tidak menggunakan otot bantu
2. Hambatan upaya napas (misal nyeri pernafasan 2. Posisikan semi fowler atau fowler
saat bernapas, kelemahan otot
3. Frekuensi nafas pasien dalam batas 3. Berikan oksigen
pernapasan)
normal (60-100 x /menit)
3. Deformitas dinding dada Edukasi
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuskuler 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hr
6. Gangguan neurologis (misal Pemantauan Respirasi
Eletroensefalogram (EEG) positif,
cedera kepala, gangguan kejang) (I.01014 hal 247)
7. Imaturitas neurologis
Observasi
8. Penurunan energi
9. Obesitas 1. Monitor saturasi oksigen
10. Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru 2. Monitor pola nafas
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inservasi diaframa
(kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada medula spinalsi Teraupetik
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan 2. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif Edukasi
1. Dispnea
3. jelaskan prosedur tindakan

Objektif 4. Informasikan hasil pemantauan.


1. Penggunaan otot bantu pernapasan
Fase ekspirasi memanjang
2. Pola nafas abnormal (misal takipnea,
bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
2 Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) Perfusi perifer ( L.02011) Perawatan sirkulasi (I.02079)
Perfusi Perifer Tidak Efektif
(D.0009) Definisi: keadekuatan aliran darah Observasi
Definisi : penurunan sirkulasi darah pembuluh darah distal untuk menunjang
pada level kapiler yang dapat 1. Periksa sirkulasi perifer (nadi
fungsi jaringan perifer, edema, pengisian kapiler)
mengganggu metabolisme tubuh
2. Monitor tanda vital
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Penyebab : selama 2x 24 jam perfusi perifer meningkat
1. Hiperglikemia Terapeutik
dengan kriteria hasil :
2. Penurunan konsentrasi
3. Lakukan hidrasi
haemoglobin 1. Kekuatan nadi perifer cukup 4. Lakukan transfusi darah
3. Peningkatan tekanan darah
meningkat 5. Lakukan pengukuran TTV
4. Kekurangan volume cairan
2. Warna kulit pucat meningkat Edukasi
5. Penurunan aliran arteri dan atau
vena 3. Pengisian kapiler membaik
6. Informasikan tanda dan gejala darurat
6. Kurang terpapar informasi tentang 4. Tekanan darah cukup membaik yang harus dulaporkan (misal: rasa
faktor pemberat (mis. Merokok, sakit yang tidak hilang saat istirahat,
gaya hidup monoton, trauma, luka yang tidak sembuh dan hilangnya
obesitas, asupan garam, rasa)
imobilitas)
7. Kurang terpapar informasi 7. Anjurkan melakukan perawatan
tentang proses penyakit (mis. kulit (melembabkan kulit)
Diabetes melitus,
hiperlipidemia) Kolaborasi
Kurang aktifitas fisik
8. Terapi oksigen
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Pengisian kapiler > 3 detik
2. Nadi perifer menurun atau tidak
teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit menurun

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
1. Parastesia
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi
intermiten)
Objektif :
1. Edema
2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle-brachial < 0,90
4. Bruit femoral

Kondisi Klinis Terkait :


1.Trombositopenia
2.Diabetes melitus
3.Anemia
4.Gagal jantung kongestif
5.Kelainan jantung kongestif
6.Trombosis arteri
7.Varises
8.Trombosis vena dalam
9.Sindrom kompartemen
1. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Pola nafas tidak efektif (D.0005)
2) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
2. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi
Intervensi dibuat dengan rasionalisasinya.
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
4. Evaluasi Keperawatan
Dianalisis sesuai dengan kriteria hasil pada intervensi keperawatan apakah masalah dapat diatasi
atau tidak, dan bagaimana rencana tindak lanjut untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Barasi, (2016). Dampak Anemia pada Remaja Putri. Jayapura: In Media. Doenges,
Moorhouse dan Geissler. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC

Handayani dan Haribowo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, (2016). Gagal Ginjal Pada Pasien Anemia. Diakses dari:


httsp://Jurnal.fk.unand.ac.id

Jitowiyono, S. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


hematologi. Yogyakarta

Smeltzer dan Bare. (2002). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Edisi

8 Volume 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem Pernafasan.


Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Sandra, (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers


ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA NY.P DENGAN
DIAGNOSA ANEMIA DI BANGSAL ANGGREK
RSUD MUNTILAN

DISUSUN OLEH:
Alpayana Cecylia Jisarah
NIM 22.0604.0054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MEGELANG
2023
FORMAT PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa : Alpayana Checylia Jisarah


Semester/Tingkat :2
Tempat Praktek : Anggrek
Tanggal Pengkajian : 22/02/2023

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : Ny. P
2. Umur : 64 Th
3. Alamat : Turen 1/7 Kradenan, Srumbung
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Agama : Islam
6. Status perkawinan : Kawin
7. Tanggal masuk RS : 17 Februari 2023
8. Nomor Rekam Medis : 33365
9. Penanggung jawab : Tn. A 10.Hubungan dg klien : Suami 11.Diagnosa 1
10. Medis : CKD on HD, Anemia

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Kesehatan Umum:
- Keluhan utama: Lemes, sesak nafas
- Penggunaan alat bantu (gigi palsu, lensa kontak, alat dengar, dll): pasien tidak menggunakan gigi palsu,
alat bantu lihat dan dengar.
- Tinggi badan: 150cm
- Berat badan : 50 kg
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 94x/mnt
- Suhu : 36.7
- Respirasi : 24 x/mnt
2. Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien mengatakan lemas, pasien mengalami diare sejak hari Rabu 15/02/2023. Pasien mengatakan BAB
bercampur darah. Setelah di monitor di bangsal pada tanggal 22/02/2023 pasien mengeluh sulit BAB, semakin
sesak nafas
3. Riwayat Kesehatan Dahulu ( penyakit, kecelakaan,dll):
Pasien belum pernah opnam sebelumnya dengan keluhan yang sama
4. Riwayat Kesehatan Keluarga (adakah riwayat penyakit dll)
Dalam keluarga pasien tidak ada penyakit keturunan atau penyakit kronis.
5. Riwayat pengobatan: pasien tidak pernah minum obat sembarangan.
6. Kemampuan mengontrol kesehatan:
- Yang dilakukan bila sakit :
Istirahat dan memeriksakan diri ke faskes terdekat
Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll) : tidak pernah
7. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll): BPJS Kesehatan dibayarkan oleh
pemerintah
8. Pengobatan sekarang:

No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat

1 Infus asering 20 tpm Calcium Chloride Perawatan, kontrol perbaikan penyakit


Anhydrous,
Potassium Chloride,
Sodium Acetate and
Sodium
Chloride
2 Inj. Ranitidine 2x25mg Ranitidin HCL Penghambat histamin merangsang
pelepasan asam lambung
3 Novorapid 3x4 iu Novorapid flexpen 3ml Sebagai obat untuk pengobatan pada
penderita diabetes militus
4 Albumin 20 % 1 kolf/hari Human albumin Sebagai obat darurat penderita
hipoalbumin dengan syok
5 Furosemid 1 x 40mg Furosemid 40mg Sebagai obat anti diuretik/ pengontrol
tekanan darah tubuh
6 Inj. Ondansetron 3x4mg Ondansetron Antiemetik

7 Asam folat 3x1 Vit. B Untuk memenuhi kebutuhan Vit. B


kompleks pada tubuh
8 Sucralfat syrup 3x 1 sth Sulcrafte combiphar Sebagai obat untuk mengatasi tungkak
500mg lambung

9 Panthoprazole 40mg/12 Panthprazole 40mg Digunakan sebagai obat pengambat pompa


jam proton pada pasien GERD

C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION
Pasien memahami sakitnya, sehingga jika sakit, pasien dan keluarga langsung memeriksakan ke faskes
terdekat, rutin HD ke RSUD muntilan sejak 1 tahun yang lalu
2. NUTRITION
a. A (Antropometri)
1) BB biasanya: 50 kg dan BB sekarang: 46.5 kg 2) TB 150 cm IMT: 20.6
3) Berdasarkan nilai IMT tergolong normal
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
Tgl & jam Pemeriksaan hasil satuan Nilai intepretasi
normal
Hb 12.9 g/dl 13.2-17.3 N c.
20/02/2023
Leokosit 25.46 10ᶺ3/ul 3.8-10.6 H c.
19.00 c.
Trombosit 164 10ᶺ3/ul 150-440 L c.
Eosinofil 0.0 % 2-4 L c.
c.
Netrofil 88.0 % 50.0-70.0 H c.
Limfosit 6.0 % 25.0-40.0 L c.
c.
Monosit 5.4 % 2.0-8.0 N
c.
Hematokrit 37.4 % 35-47 N c.
Golongan darah A c.
c.
SGPT 10 U/L 0-35 N c.
SGOT 5 U/L 0-35 N c.
c.
Albumin 2.0 g/dL 3.4-4.8 L c.
Creatinin 1.99 mg/dl 0.60-1.20 H c.
c.
C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva anemis/tidak:
Rambut hitam, distribusi normal tidak rontok, turgor kulit tidak elastis, konjungtiva anemis, seklera ikterik
dan mukosa bibir kering.
d. D (Diet) meliputi jenis makanan, frekuensi makan dan nafsu makan:
Sebelum sakit : makan 3x sehari 1 porsi dengan sayur dan lauk, minum 3-4 gelas perhari
Sesudah sakit : makan 3x sehari porsi RS habis ¼ porsi, minum 2-3 gelas teh
e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:
ADL dibantu sebagian oleh keluarga, klien mampu ke kamar mandi dengan bantuan, untuk mandi dan
memakai baju di bantu oleh kluarga
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan, mengunyah,dll)
Klien mengatakan mual jika makan dan perut terasa sebah sakit jika kemasukan makan, klien mengatakan
terdapat sariawan di lidah
g. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi :
Tidak ada jejas tampak perut membesar
2) Auskultasi (peristaltik,dll): Bising usus normal 38x/mnt
3) Perkusi : timpani
4) Palpasi : supel teraba keras di kuadran kanan atas

D. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Sebelum masuk RS: BAK 5-6x, kuning jernih lebih dari 100cc setiap BAK
Setelah masuk RS BAK 3-4x kuning seperti teh
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Tidak ada kelainan bawaan dan oprasi perkemihan.
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Sebelum masuk RS: 100cc/ BAK, kuning seperti teh, cair bau khas asam amonia
Setelah masuk RS: kuning seperti teh
4) Distensi kandung kemih/retensi urine Tidak ada distensi kandung kemaih
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi BAB hitam lembek, frekuensi jarang dan jumlah
sedikit
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi : -
c. Sistem Integument
Kulit kering, warna sawo matang, turgor kulit tidak elastis.

E. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 20.00 wib
2) Insomnia : 2 hari sulit tidur
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: Pasien di posisikan semi fowler karena
mengeluh sesak nafas
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : IRT
2) Kebiasaan olah raga : tidak ada
3) ADL
a) Makan : mandiri
b) Toileting : ADL dibantu
c) Kebersihan : bersih
d) Berpakaian : sedikit berantakan
4) Bantuan ADL : selama di RS dibantu sebagian oleh keluarga
5) Kekuatan otot : 5 di semua ekstermitas
6) ROM : aktif
7) Resiko untuk cidera : resiko jatuh (+)
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edema esktremitas : tidak ada
3) Tekanan darah dan nadi : 100/60 mmHg
4) Tekanan vena jugularis : tidak ada JVP
5) Capilarry refill : kembali lebih dari 3 detik
6) Perfusi (kecukupan Hb): 7.5 g/dl
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : tidak ada
2) Penggunaan O2 : terpasang O2 dengan NRM 10 lpm
3) Kemampuan bernafas : spontan
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll): pernafasan terganggu/tersenggal
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula sinistra
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : reguler
6) Pemeriksaan paru
Inspeksi : bentuk dada simetris
Perkusi : sonor
Palpasi : fokal fremitus paru kanan kiri sama
Auskultasi : vesikuler

F. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMP
2) Pengetahuan tentang penyakit: pasien tau akan penyakitnya saat ini
3) Adakah hewan peliharaan : tidak ada
4) Orientasi (waktu, tempat, orang): baik
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
2) Sakit kepala : kadang-kadang/ hilang timbul
3) Penggunaan alat bantu : tidak ada
4) Penginderaan : panca indra berfungsi baik
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa jawa, indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada
G. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut :
pasien khawatir jika penyakitnya tidak bisa sembuh
2) Perasaan putus asa/kehilangan : tidak ada
3) Keinginan untuk mencederai : tidak ada
4) Adanya luka/cacat : tidak ada

H. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan :
1) Orang terdekat : suami
2) Perubahan peran : klien ibu dari 2 orang anak
3) Perubahan psikologis : tidak ada
4) Interaksi dengan orang lain : baik
5) Stres/pikiran lain : tidak ada

I. SEXUALITY
a. Masalah/disfungsi seksual : klien jarang berhubungan dengan suaminya karena sudah
menopouse

J. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Rasa sedih/takut/cemas : cemas karena penyakitnya
b. Kemampan untuk mengatasi : berdoa dan tidur
c. Perilaku yang menampakkan cemas : pola tidur terganggu/kesulitan tidur

K. LIFE PRINCIPLES
a. Kegiatan keagamaan yang diikuti : klien aktif mengikuti kegiatan agama di lingkungan
rumah/ pengajian
b. Kemampuan untuk berpartisipasi : aktif
c. Kegiatan kebudayaan : tidak ada
d. Kemampuan memecahkan masalah : jika ada masalah klien selalu bermusyawarah dengan
keluarga

L. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada
b. Imunisasi TT : lengkap
c. Gangguan thermoregulasi : tidak ada
d. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, kondisi hipertensi,pendarahan, hipoglikemia,
gaya hidup yang tetap)
Tidak ada gangguan mobilisasi
e. Ekstremitas
Atas/ bawah: adakah oedema atau kelainan lain: tidak ada

f. Genetalia
- Adakah kelainan: tidak ada
- Anus : adakah hemoroid/ kelainan lain: tidak ada
- Masalah lainnya: tidak ada

M. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Saat istirahat dan aktivitas
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : seperti ditusuk-tusuk dan sebah
3) Regio (dimana letaknya) : di perut kuadran kanan atas
4) Scala (berapa skalanya) :3
5) Time (waktu) : menetap

N. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan : tumbuh kembang sesuai umur tidak ada gangguan

3. Data laboratorium

Tgl & jam Pemeriksaan hasil satuan Nilai intepretasi


1
normal
Hb 12.9 g/dl 13.2-17.3 N
20/02/2023
Leokosit 25.46 10ᶺ3/ul 3.8-10.6 H
19.00
Trombosit 164 10ᶺ3/ul 150-440 L
Eosinofil 0.0 % 2-4 L
Netrofil 88.0 % 50.0-70.0 H
Limfosit 6.0 % 25.0-40.0 L
Monosit 5.4 % 2.0-8.0 N
Hematokrit 37.4 % 35-47 N
Golongan darah A
SGPT 10 U/L 0-35 N
SGOT 5 U/L 0-35 N
Albumin 2.0 g/dL 3.4-4.8 L
Creatinin 1.99 mg/dl 0.60-1.20 H
A. ANALISA DATA

No Tanggal Data Etiologi Problem


dan jam Data Subyektif Data obyektif
1. 22/02/2023 1. Klien mengatakan kesulitan 1. KU: lemah, CM Hiperglikemia Perfusi Perifer
19.00 bernapas 2. TTV : tidak Efektif
2. Klien mengeluh tidak nyaman TD: 225/95 (D.0009)
ketika beristirahat karena kelelahan N: 86x/mnt
saat bernapas S: 36,5
3. Keluarga klien mengatakan klien RR : 25-30x/menit
tiap jam terbangun dan napas SPO: 94% dengan NRM
tersenggal 3. GDS : 246
4. Crt > 3dtk
5. Konjungtiva Tampak anemis Akral dingin
6. Turgor kulit tidak elastis
7. Warna kulit tampak pucat

2. 22/02/2023 1. Klien mengatakan lebih cepat 1. Ku : lemah Kelemahan otot Pola nafas tidak
19.00 2. TTV : pernapasan efektif (D.0005)
lelah setelah aktivitaas
TD: 225/95
2. Klien mengatakan lemes N: 86x/mnt
S: 36,5
3. Klien mengatakan nafas
SPO: 94% dengan NRM
pendek-pendek dan cepat RR: 25-30x mnt
SPO:94%
3. Terpasang NRM 10 lpm
4. Klien tampak kesulitan bernapas
5. Klien tampak kesulitan berkomunikasi
6. Klien tampak gelisah dan berkeringat

2
B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi Perifer tidak Efektif (D.0009) b.d penurunan konsentrasi
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005) b.d kelemahan otot pernapasan

3
C. RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


No.
Dan Jam Keperawatan
1 22/02.2023 Perfusi Perifer tidak Efektif Perfusi perifer ( L.02011) Perawatan sirkulasi (I.02079)
09.30
(D.0009) b.d Hiperglikemia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
2 x 24 jam perfusi perifer meningkat dengan - Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema,
kriteria hasil : pengisian kapiler)
- Monitor tanda vital
1. Kekuatan nadi perifer cukup meningkat
2. Warna kulit pucat meningkat
3. Tekanan darah cukup membaik Terapeutik
- Lakukan hidrasi
- Lakukan pengukuran TTV

Edukasi

Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus


dulaporkan (misal: rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka yang tidak sembuh dan hilangnya rasa)

Kolaborasi

- Terapi pemberian oksigen

4
2. 22/02/2023 Pola nafas tidak efektif (D.0005) Menejemen jalan napas (l.01011)
Pola nafas tidak efektif (D.0005)
09.30 Observasi :
b.d kelemahan otot pernapasan
Setelah dilakukan Tindakan keperatan 2x24 jam - Monitor pola napas (Frekuensi, kedalaman, usaha
diharapkan aktivitas fisik meningkat dengan napas)
kriteria hasil: - Monitor bunyi napas tambahan

1. Dipsnea menurun Terapeutik :


2. Frekuensi napas membaik - Posisikan semi fowler- fowler
3. Kedalaman napas membaik - Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Berikan bantuan O2 (Menggunakan NRM dengan
10 lpm)

Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika perlu

5
G. IMPLEMENTASI

Tanggal & Respon


No Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi (Data Subyektif Dan Obyektif) Paraf

1 22/02/2023 Perfusi Perifer tidak Perawatan sirkulasi (I.02079) Checyl


20.30 DS:
Efektif (D.0009) b.d Observasi
- Klien mengeluh sesak napas dan kesulitan
Hiperglikemia bernapas
- Memeriksa sirkulasi perifer (nadi perifer,
edema, pengisian kapiler)
- Keluarga klien mengatakan klien tidak bisa
- Memonitor tanda vital
tidur
Terapeutik
DO:
- Memonitor TTV secara berkala - TTV :
TD: 90/60, N: 86x/mnt RR: 25x/mnt
Edukasi SPO: 92%
- Menganjurkan melakukan perawatan kulit CRT > 3dtk
(melembabkan kulit) -Tampak
anemis
Kolaborasi - Terpasang HD cath di jugilaris
- Resiko jatuh tinggi
- Memberikan terapi oksigen klien menggunakan - Keluarga memberikan lotion pada kulit
NRM 10 lpm yang kering
-Terpasang O2 NRM 10 lpm
- Klien tampak gelisah dan berkeringat
- Klien tampak pucat dan kesulitan bernapas
- Posisi klien fowler

6
2. 22/02/2023 Menejemen jalan napas (l.01011)
Pola nafas tidak efektif
20.30 Observasi :
(D.0005) b.d kelemahan
- Monitor pola napas (Frekuensi, kedalaman, usaha
otot pernapasan DS: pasien mengatakan perut sebah dan agak
napas)
- Monitor bunyi napas tambahan membesar

Terapeutik : DO: tampak lelah dan nafas tersengal pendek


- Posisikan semi fowler- fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Berikan bantuan O2 (Menggunakan NRM DO: lingkungan aman dan tenang, pasien
dengan 10 lpm) ditunggui oleh keluarga

Pengaman tempat tidur terpasang, dapat untuk


Edukasi :
pegangan pasien.
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu

Kolaborasi : DO: tampak ADL dibantu oleh keluraga


- Kolaborasi dengan pemberian bronkodilator, Mobilisasi ke kamar mandi dengan bantuan
ekspektoran, mukolitik jika perlu

DO: bell berada didekat pasien dan mudah


dijangkau

DO: edukasi makanan yang dapa


meningkatkan HB dan makanan rendah lemak
1. 24/02/2023 Perfusi Perifer tidak Perawatan sirkulasi (I.02079)
15.00 Efektif (D.0009) b.d
Hiperglikemi Observasi

- Memeriksa sirkulasi perifer (nadi perifer, DS: -


edema, pengisian kapiler)
- Memonitor tanda vital

7
Terapeutik
DO: TD: 110/60, N:100x/mnt RR: 28x/mnt
- Melakukan monitor TTV SPO: 98%
CRT < 3dtk
Tampak anemis berkurang

DO:
- Klien tampak lemas dan gelisah
- Klien tampak kesulitan bernapas
- Up infus ganti posisi infus di kaki

2. 24/02/2023 Menejemen jalan napas (l.01011)


Pola nafas tidak efektif
18.00 Observasi :
(D.0005) b.d kelemahan
- Monitor pola napas (Frekuensi, kedalaman, usaha
otot pernapasan DS:
napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
- Klien mengatakan susah BAB
Terapeutik :
- Posisikan semi fowler- fowler DO:
- Berikan minum hangat - Klien tampak kesulitan bernapas
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu - Klien di berikan ekstra obat supositoria
- Berikan bantuan O2 (Menggunakan NRM
dengan 10 lpm)
DO:
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan - Lingkungan aman dan tenang, pasien
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu ditunggui oleh keluarga

Kolaborasi : - Pengaman tempat tidur terpasang, dapat


1. Kolaborasi dengan pemberian bronkodilator, untuk pegangan klien
ekspektoran, mukolitik jika perlu

DO: klien tidak dapat mobilisasi jalan


kekamar mandi, infsu terpasang di kaki

8
DO: Klien kesulitan berkomunikasi

9
H. EVALUASI

Tanggal Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Paraf
Dan Jam (Subjective, Objective, Assessment/Analysis, Plan)
1 24/02/2023 S: -
Perfusi Perifer tidak Efektif (D.0009) b.d
20.00 Hiperglikemia O: TD: 110/60, N:100x/mnt RR: 28x/mnt SPO: 95%
CRT < 3dtk
Tampak anemis berkurang
Monitor pemasangan O2 NRM 10 lpm

A: perfusi jaringan perifer tidak efektif teratasi

P1: lanjutkan intervensi

P2:
Monitor TTV
Monitor kelembapan kulit
Kolaborasi pemberian obat bronkodilator secara berkala

2. 24/02/2023 Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot S:


- Klien mengatakan sudah bisa BAB tapi sedikit dan cair
- Klien mengeluh napas yang belum stabil
20.00
O:

TD: 110/60, N:100x/mnt RR: 28x/mnt SPO: 98%


- Tampak lebih rileks dengan posisi semi fowler
- Lingkungan aman dan tenang, pasien ditunggui oleh keluarga
- Pengaman tempat tidur terpasang

10
- Klien belum dapat mobilisasi jalan kekamar
mandi bell berada didekat pasien dan mudah
dijangkau

A: Pola napas tidak efektif

P1: lanjutkan intervensi

P2:
Menciptakan lingkungan yang tenang
Menganjurkan untuk mobilisasi bertahap
Menganjurkan keluarga untuk membatu ADL secara total karena
klien masih sesak napas

11

Anda mungkin juga menyukai