Anda di halaman 1dari 12

KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

A.

PENDAHULUAN

Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia.


Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan,
pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan
ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta
pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu
secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya.
Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain.
Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat
tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan
akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk melindungi
diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar - benar ancaman terhadap tidak
terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.
Atasan / pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang
efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga
bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan
terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

B.

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan , antara lain :


1.
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia
dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya
( Ordway Tead ).
2.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan ( Stogdill ).

3.
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).

4.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu
situasi tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).

Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan


akan
muncul apabila ada seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya mempunyai
kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat
sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada fungsi
pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi bawahan.
Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam suatu organisasi,
yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi orang lain.
Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan
seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat - perawat lain yang
berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun
ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan.

C.

TEORI KEPEMIMPINAN

Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :


1.

Teori Bakat

Teori bakat ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini di sebutkan bahwa seorang
pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang di perlukan seseorang untuk
menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir. Kemampuan seorang pemimpin di tentukan
oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik
2.

Teori Situasi

Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi ( situasional theory ). Teori ini
muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut
menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya
situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul
sebagai pemimpin
3.

Teori Ekologi

Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan
banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak
memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori
ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi
pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-bakat tertentu
yang terdapat pada diri seseorang yang di peroleh dari alam.

D.

GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari
suatu bentuk kepemimpinan ( Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996 ). Telah disebutkan
bahwa gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh
pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis
sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak
sama. Bertitik tolak dari pendapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan perilaku tersebut, maka dalam membicarakan gaya kepemimpinan yang untuk
bidang administrasi sering dikaitkan dengan pola manajemen
( pattern of
management ), sering dikaitkan dengan pembicaraan tentang perilaku.
Tegantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang
dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang
pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Ada empat gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu :
1.

Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan


kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua
perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara
paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala keputusan

berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan
dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
2.

Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai


karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pada gaya
kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.
Hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik. Pemimpin yang demokratis
menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah
gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Segi
positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan
serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral
yang tinggi. Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang
lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan
suatu keputusan yang terbaik.
3.

Gaya Kepemimpinan Partisipasif

Gaya kepemimpinan partisipasif adalah gabungan bersama antara gaya kepemimpinan


dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan
pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan
mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan
final tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang
ada
4.

Gaya Kepemimpinan Laisses Faire

Dapat diartikan sebagai gaya membiarkan bawahan melakukan sendiri apa yang ingin
dilakukannya. Pada gaya kepemimpinan ini peranan pimpinan hampir tidak terlihat
karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi
dapat melakukan kegiatan masing - masing sesuai dengan kehendak masing - masing
pula. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya,meninggalkan bawahan
tanpa arah, supervise atau koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan,
melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.

Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa keempat gaya kepemimpinan diatas memiliki


kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan biasa efektif dalam

situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainnya ( Tannenbaum dan Schmit,
1973; dikutip dari Gillies, 1996 ).
Faktor yang menentukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situsional meliputi :
Fkesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi dalam organisai, latar
belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan pegawai dan kepribadian
pemimpin ( Gillies, 1996 )

E.

PEMIMPIN YANG EFEKTIF

Seorang
pemimpin
yang efektif adalah
seorang
pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Tidak ada gaya atau
karakteristik kepemimpinan yang dapat dikatakan efektif tanpa mempertimbangkan
situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerjayang terus-menerus berubah dari
waktu ke waktu. Karakteristik kepemimpinan yang efektif dikemukan oleh beberapa ahli
sebagai berikut :
1.
Fiedler (1977), dikutip dari Gilles ( 1996 ) menyatakan bahwa kepemimpinan
dapat berjalan efektif bila :
-

Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari
satu gaya ke gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi
kerja
Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal
situasi kerja dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota
kelompok kerja lainnya.

2.
Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
-

Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia

Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan

Mempunyai kemampuan menjalin hubungan antar manusia

Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk


mengenal orang lain dengan baik
3.
Swanburg (1990) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah
sebagai berikut :

Intelegensi ( pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara )

Kepribadian ( mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas pribadi


yang baik, keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang lain )
-

Kemampuan ( bekerjasama, hubungan antarmanusiadan partisipasi sosial )

Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :


Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan
sendiri serta kebutuhan orang lain.
-

Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.

Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan

Mengambil tindakan

5.

Hellander ( 1974 )

Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
-

Kewaspadaan diri ( self awarness )

Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi


orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi
sebenarnya justru telah menghambatnya.
-

Karakteristik kelompok

Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
-

Karakteristik individu

Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu
unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

F.

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

Kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila
pada diri pemimpin terdapat kekuasaan karena jabatan yang di embannya dan
penerimaan atau pengakuan bawahan atas perannya sebagai pemimpin ( Gilles, 1996 )
Kekuasaan seorang pemimpin dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Reward power atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan baik
berupa insentif material,mememenuhi permintaan rotasi tugas atau kesempatan untuk
mengikuti program pengembangan staf. Pimpinan yang menggunakan kekuasaan
legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari
bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila
pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai , misalnya: kenaikan gaji,
pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain - lain.
2.
Coecieve power atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman
secara paksa kepada bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan pangkat,
skorsing maupun pemecatan. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun
kekuasaan paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak
produktif dalam organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
3.
Referent power merupakan kemampuan untuk menjadi panutan bawahan
sehingga dapat menimbulkan kebanggaan dan upaya bawahan untuk
mengidentifikasikan diri sesuai dengan pemimpinnya
4.
Expert power merupakan kemampuan untuk menyakinkan, membimbing dan
mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin

G.

PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

Menurut Kron (1981), ruang lingkupkegiatan kepemimpinan keperawatan meliputi :


1.

Perencanaan dan pengorganisasian

2.

Membuat penugasan dan memberi pengarahan

3.

Pemberian bimbingan

4.

Mendorong kerjasama dan partisipatif

5.

Kegiatan koordinasi

6.

H.

Evaluasi hasil kerja

PIMPINAN DAN KEPEMIMPINAN

Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi
manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
a.

Pimpinan tingkat pertama ( Lower Manager )

Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan
mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini
diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill
yang terkecil.
b.

Pimpinan tingkat menengah ( Middle Manager )

Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi
saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top
Manager , yakni pimpinan puncak ( di atas Middle Manager ) sehingga pimpinan ini
diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual
skill adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep, identifikasi, dan
penggambaran hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan
dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan
ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
c.

Pimpinan puncak ( Top Manager )

Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi


dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki
proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.

Hubungan antar manusia ada dua jenis :


a.

Human Relations

Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina lancarnya tim
kerja.
b.

Public Relations

Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.

Tugas - tugas pimpinan :


a.

Sebagai pengambil keputusan

b.

Sebagai pemikul tanggung jawab

c.

Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual

d.

Bekerja dengan atau melalui orang lain

e.

Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.

Peranan pemimpin terhadap kelompok :


a.
Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok
dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan
memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan
penghubung jaringan kerja di luar kelompok.
b.

Sebagai inovator atau pembaharu

c.
Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan
organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan
mewakilikelompok sebagai pembicara.
d.

Menghimpun kekuatan

e.

Merangsang perdebatan masyarakat

f.

Membuat kedudukan perawat di media massa

g.

Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat

h.

Mempertahankan kegiatan

i.

Memelihara formaf desentralisasi organisasi

j.

Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik

k.

Mempelajari pengalaman

l.

Jangan menyerah tanpa mencoba.

I.

MANAJEMEN KONFLIK

Konflik, menurut Deutsch ( 1969 ) didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau


perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan
perilaku seseorang yang terancam. Penyebab konflik, Edmund ( 1979 ) menyebutkan
sembilan faktor umum yang berkaitan dengan semua kemungkinan penyebab konflik,
yaitu :
a.

Spesialisasi

Sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk suatu tugas tertentu atau area
pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari keompok lain. Seringkali berakibat
terjadinya konflik antar kelompok.
b.

Peran yang bertugas banyak

Peran keperawatan membutuhkan seseorang untuk dapat menjadi seorang manajer,


seorang pemberi asuhan yang trampil, seorang ahli dalam hubungan antar manusia,
seorang negosiator, penasihat , dan sebagainya. Setiap sub peran dengan tugas tugasnya memerlukan orientasi yang berbeda - beda yang dapat menyebabkan konflik.
c.

Interdependensi peran

Peran perawat pelaksana dalam praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran
perawat dalam tim kesehatan yang multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu
didiskusikan dengan orang lain yang mungkin bersaing untuk area - area tertentu.
d.

Kekaburan tugas

Ini diakibatkan oleh peran yang mendua dan kegagalan untuk memberikan tanggung
jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atau kelompok.
e.

Perbedaan

Sekelompok orang dapat mengisi peran yang sama tetapi perilaku sikap, emosi, dan
kognitif orang - orang ini terhadap peran mereka bisa berbeda.
f.

Kekurangan sumber daya

Persaingan ekonomi, pasien, jabatan, adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi
dan antar kelompok.
g.

Perubahan

Saat perubahan menjadi lebih tampak, maka kemungkinan tingkat konflik akan
meningkat secara proporsional.

h.

Konflik tentang imbalan

Bila orang mendapat imbalan secara berbeda - beda, maka sering timbul konflik,
kecuali jika mereka terlibat dalam perbuatan sistem imbalan.
i.

Masalah komunikasi

Sikap mendua, penyimpangan persepsi, kegagalan bahasa, dan penggunaan saluran


komunikasi secara tidak benar, semuanya akan menyebabkan konfllik.

Manajemen atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya sebagai


berikut:
a.

Disiplin

Upaya disiplin digunakan untuk menata atau mencegah konflik, perawat pengelola
harus mengetahui dan memahami ketentuan peraturan organisasi. Jika ketentuan
tersebut belum jelas maka perlu dilakukan klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk
mengoreksi atau memperbaiki staf yang tidak diinginkan.
b.

Mempertahankan tahap kehidupan

Konflik dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan sesuai
dengan tahapan kehidupannya, yang meliputi :
1)

Tahap dewasa muda

2)

Tahap dewasa menengah

3)

Tahap manusia diatas 55 tahun

c.

Komunikasi

Komunikasi merupakan seni yang penting untuk mempertahankan lingkungan yang


terapeutik. Melalui peningkatan komunikasi yang efektif maka konflik dapat dicegah.
d.

Asertif training

Perawat yang asertif mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pikiran,
perasaan, dan tindakannya. Peningkatan kesadaran, training sensitivitas dan training
asertif dapat meningkatkan kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi
perilaku konflik.

Teknik manajemen konflik :


a.

Menetapkan tujuan

Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu memahami
gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang akan diselesaikan.
Tujuan yang ingin dicapai antara lain : meningkatkan alternatif penyelesaian masalah
konflik, bila perlu motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif
penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang terlibat konflik dapat
bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
b.

Memilih strategi

1)

Menghindar

Untuk mencegah konflik yang lebih berat pada situasi yang memuncak, maka strategi
menghindar merupakan alternatif penyelesaian konflik yang bersifat sementara yang
tepat untuk dipilih.
2)

Akomodasi

Mengakomodasikan pihak yang terlibat konflik dengan cara meningkatkan kerja sama
dan keseimbangan serta mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang
tepat dengan cara mengumpulkan data yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan
bersama.
3)

Kompromi

Dilakukan dengan mengambil jalan tengah di antara kedua pihak yang terlibat konflik.
4)

Kompetisi

Sebagai pimpinan, perawat dapat menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas
stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa
persaingan yang sehat.
5)

Kerja sama

Apabila pihak - pihak yang terlibat konflik bekerja sama untuk mengatasi konflik
tersebut, maka konflik dapat diselesaikan secara memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai