A.
PENDAHULUAN
B.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
3.
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
4.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu
situasi tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).
C.
TEORI KEPEMIMPINAN
Teori Bakat
Teori bakat ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini di sebutkan bahwa seorang
pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang di perlukan seseorang untuk
menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir. Kemampuan seorang pemimpin di tentukan
oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik
2.
Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi ( situasional theory ). Teori ini
muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut
menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya
situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul
sebagai pemimpin
3.
Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan
banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak
memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori
ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi
pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-bakat tertentu
yang terdapat pada diri seseorang yang di peroleh dari alam.
D.
GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari
suatu bentuk kepemimpinan ( Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996 ). Telah disebutkan
bahwa gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh
pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis
sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak
sama. Bertitik tolak dari pendapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan perilaku tersebut, maka dalam membicarakan gaya kepemimpinan yang untuk
bidang administrasi sering dikaitkan dengan pola manajemen
( pattern of
management ), sering dikaitkan dengan pembicaraan tentang perilaku.
Tegantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang
dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang
pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Ada empat gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu :
1.
berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan
dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
2.
Dapat diartikan sebagai gaya membiarkan bawahan melakukan sendiri apa yang ingin
dilakukannya. Pada gaya kepemimpinan ini peranan pimpinan hampir tidak terlihat
karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi
dapat melakukan kegiatan masing - masing sesuai dengan kehendak masing - masing
pula. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya,meninggalkan bawahan
tanpa arah, supervise atau koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan,
melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.
situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainnya ( Tannenbaum dan Schmit,
1973; dikutip dari Gillies, 1996 ).
Faktor yang menentukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situsional meliputi :
Fkesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi dalam organisai, latar
belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan pegawai dan kepribadian
pemimpin ( Gillies, 1996 )
E.
Seorang
pemimpin
yang efektif adalah
seorang
pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Tidak ada gaya atau
karakteristik kepemimpinan yang dapat dikatakan efektif tanpa mempertimbangkan
situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerjayang terus-menerus berubah dari
waktu ke waktu. Karakteristik kepemimpinan yang efektif dikemukan oleh beberapa ahli
sebagai berikut :
1.
Fiedler (1977), dikutip dari Gilles ( 1996 ) menyatakan bahwa kepemimpinan
dapat berjalan efektif bila :
-
Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari
satu gaya ke gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi
kerja
Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal
situasi kerja dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota
kelompok kerja lainnya.
2.
Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
-
Mengambil tindakan
5.
Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
-
Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
-
Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu
unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
F.
Kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila
pada diri pemimpin terdapat kekuasaan karena jabatan yang di embannya dan
penerimaan atau pengakuan bawahan atas perannya sebagai pemimpin ( Gilles, 1996 )
Kekuasaan seorang pemimpin dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Reward power atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan baik
berupa insentif material,mememenuhi permintaan rotasi tugas atau kesempatan untuk
mengikuti program pengembangan staf. Pimpinan yang menggunakan kekuasaan
legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari
bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila
pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai , misalnya: kenaikan gaji,
pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain - lain.
2.
Coecieve power atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman
secara paksa kepada bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan pangkat,
skorsing maupun pemecatan. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun
kekuasaan paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak
produktif dalam organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
3.
Referent power merupakan kemampuan untuk menjadi panutan bawahan
sehingga dapat menimbulkan kebanggaan dan upaya bawahan untuk
mengidentifikasikan diri sesuai dengan pemimpinnya
4.
Expert power merupakan kemampuan untuk menyakinkan, membimbing dan
mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin
G.
2.
3.
Pemberian bimbingan
4.
5.
Kegiatan koordinasi
6.
H.
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi
manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan
mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini
diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill
yang terkecil.
b.
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi
saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top
Manager , yakni pimpinan puncak ( di atas Middle Manager ) sehingga pimpinan ini
diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual
skill adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep, identifikasi, dan
penggambaran hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan
dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan
ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
c.
Human Relations
Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina lancarnya tim
kerja.
b.
Public Relations
b.
c.
d.
e.
c.
Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan
organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan
mewakilikelompok sebagai pembicara.
d.
Menghimpun kekuatan
e.
f.
g.
Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat
h.
Mempertahankan kegiatan
i.
j.
k.
Mempelajari pengalaman
l.
I.
MANAJEMEN KONFLIK
Spesialisasi
Sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk suatu tugas tertentu atau area
pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari keompok lain. Seringkali berakibat
terjadinya konflik antar kelompok.
b.
Interdependensi peran
Peran perawat pelaksana dalam praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran
perawat dalam tim kesehatan yang multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu
didiskusikan dengan orang lain yang mungkin bersaing untuk area - area tertentu.
d.
Kekaburan tugas
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua dan kegagalan untuk memberikan tanggung
jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atau kelompok.
e.
Perbedaan
Sekelompok orang dapat mengisi peran yang sama tetapi perilaku sikap, emosi, dan
kognitif orang - orang ini terhadap peran mereka bisa berbeda.
f.
Persaingan ekonomi, pasien, jabatan, adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi
dan antar kelompok.
g.
Perubahan
Saat perubahan menjadi lebih tampak, maka kemungkinan tingkat konflik akan
meningkat secara proporsional.
h.
Bila orang mendapat imbalan secara berbeda - beda, maka sering timbul konflik,
kecuali jika mereka terlibat dalam perbuatan sistem imbalan.
i.
Masalah komunikasi
Disiplin
Upaya disiplin digunakan untuk menata atau mencegah konflik, perawat pengelola
harus mengetahui dan memahami ketentuan peraturan organisasi. Jika ketentuan
tersebut belum jelas maka perlu dilakukan klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk
mengoreksi atau memperbaiki staf yang tidak diinginkan.
b.
Konflik dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan sesuai
dengan tahapan kehidupannya, yang meliputi :
1)
2)
3)
c.
Komunikasi
Asertif training
Perawat yang asertif mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pikiran,
perasaan, dan tindakannya. Peningkatan kesadaran, training sensitivitas dan training
asertif dapat meningkatkan kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi
perilaku konflik.
Menetapkan tujuan
Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu memahami
gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang akan diselesaikan.
Tujuan yang ingin dicapai antara lain : meningkatkan alternatif penyelesaian masalah
konflik, bila perlu motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif
penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang terlibat konflik dapat
bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
b.
Memilih strategi
1)
Menghindar
Untuk mencegah konflik yang lebih berat pada situasi yang memuncak, maka strategi
menghindar merupakan alternatif penyelesaian konflik yang bersifat sementara yang
tepat untuk dipilih.
2)
Akomodasi
Mengakomodasikan pihak yang terlibat konflik dengan cara meningkatkan kerja sama
dan keseimbangan serta mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang
tepat dengan cara mengumpulkan data yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan
bersama.
3)
Kompromi
Dilakukan dengan mengambil jalan tengah di antara kedua pihak yang terlibat konflik.
4)
Kompetisi
Sebagai pimpinan, perawat dapat menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas
stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa
persaingan yang sehat.
5)
Kerja sama
Apabila pihak - pihak yang terlibat konflik bekerja sama untuk mengatasi konflik
tersebut, maka konflik dapat diselesaikan secara memuaskan.