EKLAMSIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
1. SELVI SAFITA
2. LIA ASRIAWATI
3. PUTRI REKMIANA
4. WIDA RISTANTY
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “EKLAMPSIA”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap penulis maupun pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN ..............................................................................................31
B. SARAN ..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
6. Mampu merancanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan pasien
dengan eklampsia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa
dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara
kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.)
Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra &
John 2008 )
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan.
Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
Nyeri kepala di daerah frontal
Nyeri epigastrium
Penglihatan semakin kabur
Adanya mual muntah
Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi
berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein dalam urine
3. Edema kaki, tangan sampai muka
Terjadinya gejala subjektif :
Sakit kepala
Penglihatan kabur
Nyeri pada epigastrium
6
Sesak nafas
Berkurangnya pengeluaran urine
Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
Terjadinya kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin,
renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme
dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan
aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1. Eklampsia gravidarum
· Kejadian 50% sampai 60 %
· Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum
· Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
· Saat sedang inpartu
· Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai
inpartu
3. Eklampsia puerperium
· Kejadian jarang 10 %
· Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
7
2. Tingkat kejang tonik
a. Berlangsung sekitar 30 detik
b. Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti
sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat
tergigit.
3. Tingkat kejang klonik
a. Berlangsung 1 sampai 2 menit
b. Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
c. Konsentrasi otot berlangsung cepat
d. Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
e. Mata melotot
f. Mulut berbuih
g. Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
h. Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4. Tingkat koma
a. Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
b. Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi
bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1. Komplikasi ibu :
a. Dapat menimbulkan sianosis
b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
c. Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan
kegagalan jantung mendadak
d. Lidah dapat tergigit
e. Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
f. Gangguan fungsi ginjal
g. Perdarahan
8
h. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
B. Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau
payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan
penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak
dan protein dapat menimbulkan badan keton
b. Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus
yang menyebabkan :
c. Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi
bradikardi serta irama yang tidak teratur
d. Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya
mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya
neonatus aspirasi.
9
e. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah
gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .
f. Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian
ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi
eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah
sakit.
C. Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam
dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan
antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada
kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi
glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan
retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
10
normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi
oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan
oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan .
Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan.
Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan
keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai
sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
11
D. Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk
kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat
dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan
hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak
terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada,
kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.
E. Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan
eklampsia :
1. Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat
mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat
menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di
bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara
berkala.
3. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena
ikterus.
4. Perdarahan otak
12
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan
tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru – paru
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan
disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan
kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
G. Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi
kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml
memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre
eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan
sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre
eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )
13
H. Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
o Beri obat anti konvulsan
o Perlengkapan untuk penanganan kejang
o Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
o aspirasi mulut dan tenggorokan
o baringkan pasien pada sisi kiri
o posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
o berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.
I. Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan
di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya :
a. Kejang berulang
b. Mengurangi koma
c. Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
a. Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
b. Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10
sampai 20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
a. Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
b. Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
c. Hindari terjadinya trauma tambahan
14
1. Kamar isolasi
Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2. Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan
meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
Sistem stroganof
Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi
sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi
iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
Diazepam atau valium
Litik koktil
3. Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
Dapat didahului dengan induksi persalinan
Bahaya persalinan ringan
Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban,
mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala
pengeluaran.
Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
Gagal induksi persalinan pervaginam
Gagal pengobatan konservatif
15
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY.R.D DENGAN EKLAMPSIA DI RUANG BERSALIN BADAN LAYANAN
UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO
16
Jam 05.00 ♀ dibawa ke rumah bidan dan kemudian di rujuk ke rumah
sakit. Selama dalam perjalanan k RS os kejang 1x, selama 5- 7
menit
17
Wanita belum pernah KB
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Delirium / Gelisah
Vital Sign : TD : 160/90 mmhg
N : 90 x/mnt
Rr : 24x/mnt
T : 36,2 oC
18
Ekstremitas : Varises -/-
Reflek patella (tidak dilakukan, pasien tidak kooperatif)
Edem +/+
3. Palpasi
Leopold I : pada Fundus uteri, teraba bagian yang lunak, kurang
melenting, kurang bulat
Leopold II : teraba tahanan yang terbesar di kanan ibu, teraba bagian-
bagian kecil di sebelah kiri nya
Leopold III : bagian terendah janin,keras,bulat dan melenting. Masih
dapat di goyangkan
Leopold IV : (tidak dilakukan, krn kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (PAP)
Hasil :
TFU : 30 cm
TBJ : ( TFU - 13) x 155 : 30 – 13 x 155
: 17 x 155
: 2635 Gram
19
II. INDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
Diagnosa : G1P0A0 ,gravida aterm (38 - 39 mgg) + eklampsi
1. G1P0A0
Data dasar
DS : ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan pertama kalinya dan tidak
pernah keguguran.
DO : -
Palpasi
20
Leopold IV : (tidak dilakukan, krn kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (PAP)
Hasil :
TFU : 29cm
TBJ : ( TFU - 13) x 155 : 29 – 13 x 155
: 16 x 155
: 2480 Gram
Linea nigra adalah garis cokelat dan akan semakin gelap seiring
pertambahan usia kehamilan.garis ini biasanya muncul pada bulan ke-lima
kehamilan.
Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara
perabaan untuk merasakan bagian-bagian yang terdapat pada perut
ibu.Biasanya dilakukan saat umur kehamilan 24 minggu dimana bagian-bagia
janin teraba.
3. Eklampsi
Data dasar
21
DS : ibu mengalami kejang sebanyak 4X,setelah kejang tidak sadarkan
diri.
DO :Keadaan umum : Tampak sakit berat
TD : 160/90 mmhg
Data Dasar
TD : 160/90 mmhg
22
Protein : +2
Lakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi dan penanganan
V. PERENCANAAN
1. Atasi kejang,bebaskan jalan nafas,menghindarkan tergigitnya lidah,dan
menjaga pasien agar tidak trauma
Rasional : agar ibu dapat terselamatkan dan dapat mengatasi kejang
yang dialaminya
2. Pasang Infus RL
Rasional : agar pemenuhuan keutuhan elektrolit ibu tercukupi
3. Suntikan MgSO4
Rasional : untuk menghetikan kejang
4. Rawat di ICU
Rasiona :karena ibu membutuhkan perawatan khusus
5. Pemantauan Ibu dan janin
Rasional :untuk memastikan keadaan ibu dan janin baik-baik saja.
VI. IMPLEMENTASI
1. Mengatasi kejang :
Bebaskan jalan pernapasan (Bersihkan mulut yang mungkin berisi
bahan-bahan hasil regurgitasi dari lambung, intubasi endotrakeal),
menghindarkan tergigitnya lidah (tong spatel dililit dengan kain, penyumbat
23
mulut), dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma (Kepala pasien
diganjal dengan sesuatu: handuk, sweater), Baringkan pasien pada sisi kiri
(posisi tredelenburg) untuk mengurangi risiko aspirasi.
o O2 3 – 4 liter
o Mayo + Suction
o IVFD RL 20 gtt/menit
24
o Pasang DC
o EKG
Dikonsulkan (CITO) ke dr. H. Doddi Sismayadi, Sp.OG(K)
oleh dr. Jaga IGD
Advice :
Advice :
o Lakukan NST
Jam 09.00 konsul dr. Samsudin, Sp.OG
Advice :
25
Advice :
-Cefotaxime 2x1 gr IV
-Metronidazole 2x1 gr IV
-Tramadol 2x1 gr IV
- Observasi di ruangan
o TD : 140/90 mmHg
o Nadi : 92 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,7 oC
Jam 14.50 ± 2 jam post op SC, K/U : tenang, Os tertidur
Vital sign :
o TD : 140/100 mmHg
o Nadi : 86 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,6 oC
Jam 15.10 ± 2 jam10 menit post op SC, K/U : Os kembali
Gelisah, Delirium
Vital sign :
26
o TD : 160/110 mmHg
o Nadi : 96 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,5 oC
Jam 16.30 Konsul dr. Samsudin Sp.OG
Advice :
o Pindah ICCU
Jam 17.00 Konsul dr.Jaga ruangan (dr.Rahman)
Jam 17.10 Os kembali kejang ± 5 menit
Tindakan :
Tgl. 15-05-10
Di Ruang ICCU
Th/ : Amdixal 1- 0 – 0
27
Di Ruang 4
Follow Up ruangan
Jam 10.00
KU : Kejang (-)
Luka Op : baik
Lochia : rubra
Tgl. 17-05-10
Jam 06.30
KU : pusing
BAB/BAK/flatus : -/+/+
28
Jam 10.00 Visite dr. H. Doddi Sismayadi, Sp.OG (K)
Advice : Terapi lanjutkan, Konsul ke Sp.JP, Observasi
lanjutkan
Tx/ Amdixal 1 – 0 – 0
ACC pulang
Tgl. 18-05-10
Jam 06.45
KU : pusing ↙
K/U : CM
BAB/BAK/flatus : -/+/+
Tgl. 19-05-10
Jam 06.45
KU : (-)
29
K/U : CM, tampak sakit sedang
Luka Op : baik
Lochia : alba
VII. EVALUASI
Tgl. 19-05-10
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah
kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan
timbulnya kejang atau koma. Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab
kematian ibu di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Di Negara
negara berkembang, frekuensi PE-E dilaporkan berkisar antara0,3%
0,7% sedangkan di negara-negara maju angka tersebut lebih kecilyaitu 0,05% 0,1%.
B. Saran
31
DAFTAR ISI
Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk
pendidikan bidan , Jakarta EGC 1998
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike
Budhi Subekti, Jakarta EGC 2009.
Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Tim.
32