Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

EKLAMSIA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7

1. SELVI SAFITA
2. LIA ASRIAWATI
3. PUTRI REKMIANA
4. WIDA RISTANTY

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KENDARI

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “EKLAMPSIA”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap penulis maupun pembaca.

Kendari, 24 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................2


DAFTAR ISI .............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 4


B. TUJUAN ....................................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ...............................................................................................6
B. ETIOLOGI EKLAMPSIA .............................................................................9
C. PATOFISIOLOGI EKLAMPSIA ..................................................................10
D. DIAGNOSIS EKLAMPSIA ..........................................................................12
E. KOMPLIKASI EKLAMPSIA .......................................................................12
F. PENCEGAHAN .............................................................................................13
G. PENANGANAN ............................................................................................14
H. PENGOBATAN .............................................................................................15
ASKEB EKLAMSIA .......................................................................................... 16-30

BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN ..............................................................................................31
B. SARAN ..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................32

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan


mortalitas maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar
1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eklampsia
berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu akibat
eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP dan
perdarahan otak.
Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering
menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklampsia dan
ensefalopati hipertensif ( Vaughan& Delanty 2000 ). Namun demikian hasil
signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi
perkursor awitan eklampsia tetapi hampir selalu terjadi setelah kejang.
B. Tujuan
1. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan eklampsia.
2. Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data pasien dengan
eklampsia.
3. Mampu menginterpretasikan secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan
data-data pasien dengan eklampsia tersebut.
4. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada
pasien dengan eklampsia.
5. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi
dan rujukan pada pasien dengan eklampsia.

4
6. Mampu merancanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan pasien
dengan eklampsia.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa
dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara
kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.)
Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra &
John 2008 )
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan.
Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
 Nyeri kepala di daerah frontal
 Nyeri epigastrium
 Penglihatan semakin kabur
 Adanya mual muntah
Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi
berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein dalam urine
3. Edema kaki, tangan sampai muka
Terjadinya gejala subjektif :
 Sakit kepala
 Penglihatan kabur
 Nyeri pada epigastrium

6
 Sesak nafas
 Berkurangnya pengeluaran urine
 Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
 Terjadinya kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin,
renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme
dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan
aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1. Eklampsia gravidarum
· Kejadian 50% sampai 60 %
· Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum
· Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
· Saat sedang inpartu
· Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai
inpartu
3. Eklampsia puerperium
· Kejadian jarang 10 %
· Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :


1. Tingkat awal atau aura
a. Berlangsung 30 – 35 detik
b. Tangan dan kelopak mata gemetar
c. Mata terbuka dengan pandangan kosong
d. Kepala di putar ke kanan atau ke kiri

7
2. Tingkat kejang tonik
a. Berlangsung sekitar 30 detik
b. Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti
sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat
tergigit.
3. Tingkat kejang klonik
a. Berlangsung 1 sampai 2 menit
b. Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
c. Konsentrasi otot berlangsung cepat
d. Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
e. Mata melotot
f. Mulut berbuih
g. Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
h. Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4. Tingkat koma
a. Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
b. Diikuti,yang lamanya bervariasi

Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi
bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1. Komplikasi ibu :
a. Dapat menimbulkan sianosis
b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
c. Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan
kegagalan jantung mendadak
d. Lidah dapat tergigit
e. Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
f. Gangguan fungsi ginjal
g. Perdarahan

8
h. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

2. Komplikasi janin dalam rahim :


a. Asfiksia mendadak
b. Solusio plasenta
c. Persalinan prematuritas
3. Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :
a. Jumlah primigravida terutama primigravida muda
b. Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola
hidatosa
c. Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus,
kegemukan
d. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

B. Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau
payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan
penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak
dan protein dapat menimbulkan badan keton
b. Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus
yang menyebabkan :
c. Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi
bradikardi serta irama yang tidak teratur
d. Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya
mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya
neonatus aspirasi.

9
e. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah
gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .

f. Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian
ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi
eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah
sakit.

C. Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam
dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan
antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada
kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi
glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan
retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari

10
normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi
oliguria atau anuria.

Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan
oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan .
Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan.
Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan
keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai
sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.

11
D. Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk
kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat
dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan
hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak
terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada,
kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.
E. Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan
eklampsia :
1. Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat
mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat
menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di
bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara
berkala.
3. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena
ikterus.

4. Perdarahan otak

12
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan
tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru – paru
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan
disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan
kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

G. Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi
kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml
memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre
eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan
sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre
eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )

13
H. Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
o Beri obat anti konvulsan
o Perlengkapan untuk penanganan kejang
o Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
o aspirasi mulut dan tenggorokan
o baringkan pasien pada sisi kiri
o posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
o berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.

I. Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan
di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya :
a. Kejang berulang
b. Mengurangi koma
c. Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
a. Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
b. Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10
sampai 20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
a. Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
b. Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
c. Hindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :

14
1. Kamar isolasi
 Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
 Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
 Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2. Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan
meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
 Sistem stroganof
 Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
 Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi
sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi
iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
 Diazepam atau valium
 Litik koktil
3. Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
 Dapat didahului dengan induksi persalinan
 Bahaya persalinan ringan
 Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban,
mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala
pengeluaran.
 Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
 Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
 Gagal induksi persalinan pervaginam
 Gagal pengobatan konservatif

15
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY.R.D DENGAN EKLAMPSIA DI RUANG BERSALIN BADAN LAYANAN
UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

No. Register : 858730


Tempat praktek : RSUD Prof. Dr.R.D.Kandou Manado
Tgl/jam masuk : 14 Mei 2010 jam : 06.30 WIB
Ruang : Flamboyan

I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


A.IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama Ibu : Ny.R.D Nama Suami : Tn.I
Umur : 25 Thn Umur : 28 Thn
Suku/Kebangsaan : Jawa/ Ind. Suku/Kebangsaan : Jawa/Ind.
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat Rumah : Sutawinangun, Kecamatan Kedawung
B. DATA BIOLOGIS
(14 Mei 2010,
jam 06.35)
1. Keluhan utama: Kejang dan tidak sadarkan diri
2. Riwayat Penyakit Sekarang : G1P0A0 wanita merasa hamil 9 bulan masih
merasa gerakan janin, mengeluh :
Tanggal 14-05-2010

Jam 04.30 ♀ kejang di rumah sebanyak 4 kali, selama kurang lebih 10


menit, kejang seluruh tubuh, setelah kejang pasien tidak sadar.
Merupakan kejang pertama kali dialami oleh os.

16
Jam 05.00 ♀ dibawa ke rumah bidan dan kemudian di rujuk ke rumah
sakit. Selama dalam perjalanan k RS os kejang 1x, selama 5- 7
menit

Jam 05.30 ♀ tiba d UGD os kembali kejang 1x, selama 5 menit,


kemudian kembali tidak sadarkan diri.

Jam 06.30 ♀ tiba ke VK RSUD Gunung Jati

3. Riwayat Penyakit Dahulu


 Tidak ada Riwayat kejang
 Ada Riwayat hipertensi
 Tidak ada Riwayat penyakit ginjal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Ada Riwayat penyakit Hipertensi
 Tidak ada Riwayat kejang
5. Riwayat Perkawinan :
 Menikah 1x dengan suami yang sekarang sudah 2 tahun
6. Riwayat kehamilan :
 Anak 1 : Sekarang
7. Riwayat haid :
 Menarche : 11 thn
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : 5 -7 hari
 Haid teratur ; darah haid sedang ( 2- 3 ganti pembalut)
 HPHT : 15 – 08 – 2009
 HPL : 23– 05 – 2010
8. Riwayat ANC :
 Melakukan pemeriksaan kandungan sebanyak 4x di Puskesmas oleh
Bidan.
9. Riwayat Kontrasepsi :

17
 Wanita belum pernah KB
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
 Keadaan umum : Tampak sakit berat
 Kesadaran : Delirium / Gelisah
 Vital Sign : TD : 160/90 mmhg

N : 90 x/mnt

Rr : 24x/mnt

T : 36,2 oC

 Tinggi Badan : 150 cm


 Berat Badan : 52 kg
 Mata : Conjungtiva tidak anemis
 Sklera : Tidak ikterik
 Thorax : Cor : BJ I-II reguler, Gallops (-), murmur (-)
 Pulmo : Vesikuler, Rhonchi (-), wheezing (-)
 Abdomen : lihat Status obstetric
 Ekstremitas : - akral hangat
- Tangan & Kaki nampak Oedema (+)
2. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
 wajah : tidak tampak cloasma gravidarum
 Leher : Tidak ada pembesaran KGB & Tidak ada bendungan vena
 Dada : Hiperpigmentasi pada papilla mamae dan aerola mamae papila
ka /ki, puting susu menonjol ka/ki
 Perut : tampak cembung, menegang, simetris,terdapat linea nigra (+)
 Vulva : Tidak ada kelainan

18
 Ekstremitas : Varises -/-
Reflek patella (tidak dilakukan, pasien tidak kooperatif)

Edem +/+

3. Palpasi
 Leopold I : pada Fundus uteri, teraba bagian yang lunak, kurang
melenting, kurang bulat
 Leopold II : teraba tahanan yang terbesar di kanan ibu, teraba bagian-
bagian kecil di sebelah kiri nya
 Leopold III : bagian terendah janin,keras,bulat dan melenting. Masih
dapat di goyangkan
 Leopold IV : (tidak dilakukan, krn kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (PAP)

Hasil :

 TFU : 30 cm
 TBJ : ( TFU - 13) x 155 : 30 – 13 x 155

: 17 x 155

: 2635 Gram

 His : 2 x/ 10’ selama 15”


 Auskultasi DJJ : 143 x/menit
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG (tanggal 14-05-2010)
 Hb : 12,2g/dl
 Leukosit : 20.200 /mm3
 Trombosit : 211.000 /mm3
 Protein : +2
 HbsAg : (-)
 HIV : (-)

19
II. INDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
Diagnosa : G1P0A0 ,gravida aterm (38 - 39 mgg) + eklampsi
1. G1P0A0
Data dasar
DS : ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan pertama kalinya dan tidak
pernah keguguran.

Riwayat ANC :Melakukan pemeriksaan kandungan sebanyak 4x di


Puskesmas oleh Bidan.

DO : -

Analisa dan interpretasi data


Dalam kehamilan dilakukan pemeriksaan minimal 4 kali dalam waktu
9 bulan 10 hari.
2. Gravida aterm ( 38-39 minggu)
Data dasar
DS : HPHT : 15 – 08 – 2009

HPL : 23– 05 – 2010

DO : Perut : tampak cembung, menegang, simetris,terdapat linea nigra


(+)

Palpasi

 Leopold I : pada Fundus uteri, teraba bagian yang lunak, kurang


melenting, kurang bulat
 Leopold II : teraba tahanan yang terbesar di kanan ibu, teraba
bagian-bagian kecil di sebelah kiri nya
 Leopold III : bagian terendah janin,keras,bulat dan melenting.
Masih dapat di goyangkan

20
 Leopold IV : (tidak dilakukan, krn kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (PAP)

Hasil :

 TFU : 29cm
 TBJ : ( TFU - 13) x 155 : 29 – 13 x 155

: 16 x 155

: 2480 Gram

 His : 2 x/ 10’ selama 15”


 Auskultasi DJJ : 143 x/menit

Analisa dan iterpretasi data

Linea nigra adalah garis cokelat dan akan semakin gelap seiring
pertambahan usia kehamilan.garis ini biasanya muncul pada bulan ke-lima
kehamilan.

Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara
perabaan untuk merasakan bagian-bagian yang terdapat pada perut
ibu.Biasanya dilakukan saat umur kehamilan 24 minggu dimana bagian-bagia
janin teraba.

TFU adalah suatu metode pengukuran dimana kita dapat mengetahu


umur kehamilan dan juga berat janin.Pada umur kehamilan 38 minggu TFU
28-29 cm di karenakan janin sudah memasuki panggul.

3. Eklampsi
Data dasar

21
DS : ibu mengalami kejang sebanyak 4X,setelah kejang tidak sadarkan
diri.
DO :Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Delirium / Gelisah

TD : 160/90 mmhg

Thorax : Cor : BJ I-II reguler, Gallops (-), murmur (-)


Pulmo : Vesikuler, Rhonchi (-), wheezing (-)
Ekstremitas : Edem +/+
Protein : +2
Analisa dan interpretasi:

Eklampsia adalah masalah serius pada masa kehamilan yang


merupakan akibat yang ditimbulkan oleh pre-eklmapsia.Eklamsia di
tandai dengan kejang,tidak sadarkan diri dan memiliki tekanan darahh
yang tinggi.selain itu juga ibu hamil yang eklamsi memiliki protein 1.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

KJDR ( Kematian Janin dalam Rahim)

Data Dasar

DS : ibu mengalami kejang

DO :Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Delirium / Gelisah

TD : 160/90 mmhg

Thorax : Cor : BJ I-II reguler, Gallops (-), murmur (-)


Pulmo : Vesikuler, Rhonchi (-), wheezing (-)
Ekstremitas : Edem +/+

22
Protein : +2

Analisa dan interpretasi:

Eklampsia adalah masalah serius pada masa kehamilan yang


merupakan akibat yang ditimbulkan oleh pre-eklmapsia.Eklamsia di
tandai dengan kejang,tidak sadarkan diri dan memiliki tekanan darahh
yang tinggi.selain itu juga ibu hamil yang eklamsi memiliki protein 1.

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

Lakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi dan penanganan

V. PERENCANAAN
1. Atasi kejang,bebaskan jalan nafas,menghindarkan tergigitnya lidah,dan
menjaga pasien agar tidak trauma
Rasional : agar ibu dapat terselamatkan dan dapat mengatasi kejang
yang dialaminya
2. Pasang Infus RL
Rasional : agar pemenuhuan keutuhan elektrolit ibu tercukupi
3. Suntikan MgSO4
Rasional : untuk menghetikan kejang
4. Rawat di ICU
Rasiona :karena ibu membutuhkan perawatan khusus
5. Pemantauan Ibu dan janin
Rasional :untuk memastikan keadaan ibu dan janin baik-baik saja.
VI. IMPLEMENTASI
1. Mengatasi kejang :
Bebaskan jalan pernapasan (Bersihkan mulut yang mungkin berisi
bahan-bahan hasil regurgitasi dari lambung, intubasi endotrakeal),
menghindarkan tergigitnya lidah (tong spatel dililit dengan kain, penyumbat

23
mulut), dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma (Kepala pasien
diganjal dengan sesuatu: handuk, sweater), Baringkan pasien pada sisi kiri
(posisi tredelenburg) untuk mengurangi risiko aspirasi.

2. Memasang Infus D5% / RL


3. Menyuntikan MgSO4 40 % 10cc, bokong kanan dan bokong kiri,
kemudian dilakukan hal yang serupa tiap 6 jam pada bokong kanan atau
kiri secara bergantian.
4. Merawat di ruang ICU
5. Bila kejang terlalu sering berikan valium 5 ampul per drip dalam 500cc
D5% dengan tetesan menetap 20-30 tetes per menit.
6. Setelah keadaan stabil rencana terminasi kehamilan. Sikap dasar : Bila
sudah terjadi "stabilisasi"(pemulihan) hemodinamika dan metabolisme
ibu, yaitu 4 -- 8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
- setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
- setelah kejang terakhir.
- setelah pemberian obat-obat antihipertensi
terakhir (jika diberikan)
- pasien mulai sadar (responsif & dapat
berorientasi)
KRONOLOGIS
Tgl 14-05-10

 Jam 06.05, wanita dengan G1P0A0 datang ke RS dengan


keluhan kejang, setelah kejang pasien tidak sadar, KU : tampak
sakit berat, kesadaran : delirium.
Tindakan :

o O2 3 – 4 liter
o Mayo + Suction
o IVFD RL 20 gtt/menit

24
o Pasang DC
o EKG
Dikonsulkan (CITO) ke dr. H. Doddi Sismayadi, Sp.OG(K)
oleh dr. Jaga IGD

Advice :

o Acc untuk Rawat ICU


o Protap Eklampsia
ICU → Penuh, rawat di VK dahulu

Jam 06.30, , wanita dengan G1P0A0 tiba di VK dengan


keluhan kejang, setelah kejang pasien tidak sadar, KU : tampak
sakit berat, kesadaran : delirium, gelisah. DJJ : (143 x/menit),
His : (2x10 menit, lamanya 15 detik), TD : 160/90 mmHg.,
proteinuri : +2. V/V : tak, Portio : tebal lunak, Ostium :
tertutup

Konsul dr. H. Doddi Sismayad ,Sp.OG (K) oleh CoAss

Advice :

o Lakukan NST
 Jam 09.00 konsul dr. Samsudin, Sp.OG
Advice :

o Siapkan Sectio Caesaria (SC) sekarang jam 11.00


WIB
 Jam 09.10 konsul dr. Iranima Sp. An
Advice :

o Acc Operasi, anastesi umum


o Wida Test
 Jam 10.15 konsul dr.Samsudin, Sp.OG

25
Advice :

o Post SC → pindahkan ke Ruang IV


 Jam 11.30 dilakukan operasi SC di OK IGD
 Jam 12.30 selesai operasi SC,
Advice dr. Samsudin ,SpOG:

-Cefotaxime 2x1 gr IV

-Metronidazole 2x1 gr IV

-Tramadol 2x1 gr IV

- Protab PEB lanjutkan

- Observasi di ruangan

 Jam 14.00 ± 1,5 jam post op SC, K/U : delirium, gelisah


Vital sign :

o TD : 140/90 mmHg
o Nadi : 92 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,7 oC
 Jam 14.50 ± 2 jam post op SC, K/U : tenang, Os tertidur
Vital sign :

o TD : 140/100 mmHg
o Nadi : 86 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,6 oC
 Jam 15.10 ± 2 jam10 menit post op SC, K/U : Os kembali
Gelisah, Delirium
Vital sign :

26
o TD : 160/110 mmHg
o Nadi : 96 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,5 oC
 Jam 16.30 Konsul dr. Samsudin Sp.OG
Advice :

o Pindah ICCU
 Jam 17.00 Konsul dr.Jaga ruangan (dr.Rahman)
 Jam 17.10 Os kembali kejang ± 5 menit
Tindakan :

o Valium / Diazepam 1 ampule IV perlahan


o Sulfas Magnesium (SM)
 Jam 17.30 Konsul dr. Suhendiwijaya, Sp.JP
Jawaban : Jika ada 2 bed kosong di ICCU boleh rawat
di ICCU. Acc ICCU

 Jam 18.00 Os pindah rawat ruang ICCU

Tgl. 15-05-10

Di Ruang ICCU

 Follow Up dr. Suhendiwijaya, Sp.JP


Ket : Kejang (-), Orthopnoe (-)

Cor : Gallop (-)

Vital sign :TD = 174/ 110 mmHg

Th/ : Amdixal 1- 0 – 0

ACC pindah ruangan

27
Di Ruang 4

Follow Up ruangan

 Jam 10.00
KU : Kejang (-)

K/U : CM, tampak lemas

Mamae : puting susu tampak mendatar +/+ ; ASI -/-

Abdomen : BU (+), supel NT (+)

Luka Op : baik

TFU : 2 jari bawah pusat

Kontraksi uterus : baik

Lochia : rubra

BAB / BAK / Flatus : -/+terpasang DC/-

 Jam 11.00 Visite dr.


Advice : Terapi Lanjutkan

Tgl. 17-05-10

Follow Up ruangan hari ke – 3 post SC

 Jam 06.30
KU : pusing

K/U : CM/ tampak sakit sedang

Vital sign : TD : 140/90 mmHg

BAB/BAK/flatus : -/+/+

28
 Jam 10.00 Visite dr. H. Doddi Sismayadi, Sp.OG (K)
Advice : Terapi lanjutkan, Konsul ke Sp.JP, Observasi
lanjutkan

 Jam 11.30 Jawaban atas permintaan Konsul


dr. Suhendiwijaya, Sp.JP

Advice : Krn K/U telah stabil

Dx/ Hipertensi Post Partum (Cor Compensated)

Tx/ Amdixal 1 – 0 – 0

ACC pulang

Tgl. 18-05-10

Follow Up ruangan hari ke-4 post SC

 Jam 06.45
KU : pusing ↙

K/U : CM

Vital sign : TD : 140/90 mmHg

BAB/BAK/flatus : -/+/+

 Jam 12.00 visite dr. Dyah A


Advice : Th/ Lanjutkan

Tgl. 19-05-10

Follow Up ruangan hari ke-5 post SC

 Jam 06.45
KU : (-)

29
K/U : CM, tampak sakit sedang

Mata : conjunctiva tidak anemis

Mamae : puting susu tampak mendatar +/+ ; ASI -/-

Abdomen : BU (+), supel NT (+)

Luka Op : baik

TFU : 3 jari bawah pusat

Kontraksi uterus : baik

Lochia : alba

BAB / BAK / Flatus : +/+/+

 Jam 10.00 visite dr.Samsudin, Sp.OG


Advice : ACC pulang

VII. EVALUASI
Tgl. 19-05-10

1. Atasi kejang,bebaskan jalan nafas,menghindarkan tergigitnya lidah,dan


menjaga pasien agar tidak trauma
Hasil : jalan nafas terbuka dan tidak kejang lagi
2. Pasang Infus RL
Hasil :kebutuhan elektrolit ibu terpenuhi
3. Suntikan MgSO4
Hasil :ibu tidak mengalami kejang lagi
4. Rawat di ICU
Hasil :ibu dirawat di ICU dan sekarang baik-baik saja
5. Pemantauan Ibu dan janin
Hasil :kondisi ibu baik dan bayi lahir dengan SC.

30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah
kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan
timbulnya kejang atau koma. Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab
kematian ibu di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Di Negara
negara berkembang, frekuensi PE-E dilaporkan berkisar antara0,3%
0,7% sedangkan di negara-negara maju angka tersebut lebih kecilyaitu 0,05% 0,1%.

B. Saran

1. Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian ibu


benar-benar dijalankan bukan hanya selogan saja.
2. Perlu ditingkatkan promosi dan pendidikan KIA hingga tingkat Rumah Tangga.
3. Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu hendaknya dapat
menjangkau seluruh provinsi yang ada di Indonesia
4. Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjungan antenatal selama periodeant
enatal untuk mencegah komplikasi kehamilan secara dini.

31
DAFTAR ISI

Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk
pendidikan bidan , Jakarta EGC 1998
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike
Budhi Subekti, Jakarta EGC 2009.
Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Tim.

32

Anda mungkin juga menyukai