Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir Kritis

Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses
dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengevaluasi
informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan
kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses, sedangkan tujuannya
adalah membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan.
Berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, karena pada saat mengambil
keputusan atau menarik kesimpulan merupakan control aktif yaitu reasonable, reflective,
responsible, dan skillful thinking.
B. Indikator Berfikir Kritis
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1) kegiatan merumuskan pertanyaan,
2) membatasi permasalahan,
3) menguji data-data,
4) menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
8) mentoleransi ambiguitas.
C. Tahapan Berfikir Kritis
1) Keterampilan Menganalisis
2) Keterampilan Mensintesis
3) Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
4) Keterampilan Menyimpulkan
5) Keterampilan Mengevaluasi atau menilai
D. Elemen Berfikir Kritis
1) Menentukan tujuan
2) Menyusun pertanyaan/membuat kerangka masalah
3) Menunjukan bukti
4) Menganalisis konsep
5) Asumsi
Aplikasi Berfikir Kritis dalam Asuhan Persalinan Kala II
Dalam memberikan asuhan persalinan kala II bidan harus berfikir kritis yaitu :
Elemen berpikir kritis antara lain:
Ibu memasuki kala II
1. Menentukan tujuan
Untuk memastikan Ibu benar-benar telah berada dalam kala II.
2. Menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah:
 Apakah Ibu sudah merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi?
 Apakah sudah ada peningkatan tekanan pada rectum dan atau vagina Ibu?
 Apakah perineum sudah menonjol?
 Apakah vulva-vagina dan sfingter ani sudah membuka?
 Apakah terdapat peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah?
 Apakah pembukaan serviks telah lengkap?
 Apakah sudah terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina?
3. Menujukan bukti
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi.
Gejala dan tanda persalinan kala dua adalah:
 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vagina .
 Perineum menonjol.
 Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
 Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah:
 Pembukaan serviks telah lengkap, atau
 Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
4. Menganalisis konsep
Setelah dilakukan pemeriksaan secara inspeksi, ternyata bidan menemukan
adanya tekanan pada rectum dan/atau vagina, perineum Ibu telah menonjol,
Vulva-vagina dan sfingter ani telah membuka, dan terlihat adanya peningkatan
pengeluaran lendir bercampur darah. Dan setelah bidan melakukan periksa dalam,
bidan menemukan pembukaan serviks telah lengkap.
5. Asumsi
Berdasarkan hasil pemeriksaan bidan dan analisis kasus, ternyata Ibu
tersebut benar-benar telah berada dalam persalinan kala dua.
Contoh kasus yang lain:
Ketika bidan memberikan asuhan persalinan kala II, ternyata ia menemukan terjadi
distosia bahu, yaitu setelah kepala bayi lahir, bahu bayi tertahan dan tidak dapat di lahirkan.
Lalu bidan berfikir kritis untuk melahirkan bahu bayi tersebut.
Elemen berpikir kritis antara lain:
1. Menentukan tujuan
Untuk melahirkan bahu yang tertahan tersebut.

2. Menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah


 Apa saja komplikasi distosia bahu pada janin?
 Tindakan apa yang harus segera dilakukan oleh bidan tersebut?

3. Menujukan bukti
Komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang (klavikula dan
humerus), cidera fleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan
permanen di otak. Fraktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa
sekuele apabila didiagnosis dan diterapi dengan .memadai.
Tindakan yang dapat dilakukan segera oleh bidan dalam kondisi seperti itu
adalah diperlukan seorang asisten untuk membantu, seehingga bersegeralah meminta
bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikkan bahwa bahu
posterior sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati PAP akan
semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan
ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut, dapat
dilakukan: Episiotomy yang luas, posisi mc. Robert atau posisi dada-lutut.
Setelah kepala lahir, akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis. Dengan
demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia waktu
antara 4 – 5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi cidera
hipoksik pada otak.

4. Menganalisis konsep
Pada asuhan persalinan kala II terjadi distosia bahu pada janin. Menurut teori,
komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang (klavikula dan humerus),
cidera fleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen
di otak.
Maka hal yang harus dilakukan bidan adalah jangan melakukan tarikan atau
dorongan. sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk ke panggul. Bahu
posterior yang belum melewati PAP akan semakin sulit dilahirkan bila dilakukan
tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu
posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan: Episiotomi yang luas, posisi mc.
Robert atau posisi dada-lutut.
5. Asumsi
Bayi dengan distosia bahu dapat ditolong oleh bidan dengan tindakan
episiotomi dan posisi Mc. Robert serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
SOLUSIO PLASENTA

1. Kasus
Nyonya M datang ke praktik Bidan A bersama suaminya. Klien mengeluh mengalami
perdarahan sejak tadi malam disertai nyeri dan keram perut serta janin yang bergerak
aktif. Gejala ini merupakan ciri-ciri ibu mengalami solusio plasenta
2. Tujuan

Untuk mengatasi kondisi gawat janin pada nonya M

3. Susun pertanyaan/masalah
 apa yang menyebabkan terjadiya solusi plasenta?
 Apa yang harus dilakukan bidan jika mendapatkan pasien yang mengalami
solusio plasenta?
4. Bukti
Solusi plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam
sebelum proses , baik seluruhnya maupun sebagian. Usia kehamilan di atas 6 bulan,
terutama beberapa pekan sebelum persalinan merupakan waktu yang rawan untuk
terjadinya solusio plasenta. Tanda dan gejala solusi plasenta yaitu:
 Nyeri punggung
 Kontraksi yang berlangsung cepat
 Perdarahan pada vagina
 Rahim terasa sakit
 Nyeri perut
 Gerakan bayi dalam kandungan yang kurang aktif
Penyebab dari solusio plasenta belum pasti diketahui namun ada beberapa
faktor yang dapat meningkatan resiko seorang ibu hamil mengalaminya yaitu:
 Merokok atau memakai narkoba
 Berusia di atas 40 tahun
 Memiliki riwayat solusio plasenta
 Pernah melahirkan bayi kembar
 Memiliki tekanan darah tinggi
 Memiliki gangguan pembekuan darah
 Memiliki riwayat tramua pada perut, seperti terjatuh atau pukulan
 Air ketuban pecah lebih awal

Yang dapat dilakukan bidan jika mendapatkan pasien dengan gejala retensio
plasenta adalah

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahawa ada tanda-tanda pelepasan plasenta yang
menyebabkan rasa nyeri pada perut ibu dan akan menyebabkan kematian janin bila
tidak segera dirujuk ke dokter SPOG.
2. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam dari hidung
kemudian dikeluarkan lewat mulut secara perlahan.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktifitas yang
berat.
4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu janin tidak bergerak,
keluarnya darah yang berwarna merah kecoklatan dari jalan lahir, keluarnya air
ketuban sebelum waktunya dari jalan lahir, pusing yang hebat, demam yang tinggi
5. Memberitahu ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung protein
misalnya tahu, tempe, telor dan ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti, jagung,
singkong dan lain-lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran. Mineral
misalnya susu dan sayuran hijau-hijauan.
6. Memberitahu ibu agar tidak makan makanan yang mengganggu kesehatan misalnya
bahan makanan yang banyak mengadung bahan pengawet, minum minuman
berakohol, minum jamu dan merokok.
7. Memantau adanya tanda syok hipovelemik dengan cara melalukan pemeriksaan
tanda-tanda vital sign,KU.
8. Melakukan pemeriksaan/pemantauan DJJ secara periodik setiap 15 menit sekali
9. Melakukan pemeriksaan USG
10. Melakukan rujukan ke dokter SPOG
5. Konsep
Setelah dilakukannya pemeriksaan secara fisik dan USG ternyata bidan menemukan
ibu hamil mengalami perdarahan dan ibu mengeluhkan rasa nyeri yang hebat dan
gerakan janin yang melemah dan pemeriksaan USG juga menunjukan terjadiya solusio
plasenta
6. Asumsi
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis kasus ternyata ibu benar telah mengalami
solusio plasenta sehingga janinnya harus segera dilahirkan

RUPTUR UTERI

1. Kasus
Bidan M sedang membantu persalinan pada nyonya A. Namun pada saat persalinan
kala 2 nyonya A mengalami ruptur uteri.
2. Tujuan
Untuk mengatasi kondisi gawat janin pada ibu dan janinnya
3. Rumusan masalah
 apa yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri?
 Apa yang dilakukan bidan jika mendapati pasien dengan ruptur uteri
4. bukti
Ruptur uteri adalah salah satu komplikasi persalinan dimana dinding rahim robek
sehingga dapat menyebabkan bayi masuk ke rongga perut. Kondisi ini dapat
menyebabkan perdarahan hebat pada ibu dan bayi.
Penyebab ruptur uteri ada beberapa diantaranya panggul ibu yang terlalu sempit,
sudah ada kelaian rahim sebelumnya, adanya tumor di jalan lahir, ibu pernah mengalami
operasi caesar, letak janin yang melintang, bayi terlalu besar.
Pada kehamilan 28 minggu isthmus uteri berubah menjadi segmen bawah rahim, dan
saat kehamilan aterm segmen bawah rahim berada 1-2 cm di atas sumfisis. Saat
persalinan 2 apaila bagian terbawah tidak mengalami kemajuan sementara segmen atas
rahim terus berkontraksi dan makin menebal, maka segmen bawah rahim makin tertarik
ke atas dan menjadi tipis sehingga batas antara segmen bawah dan atas rahim akan naik
ke atas. Apbila batas tersebut sudah melampaui pertengahan antara pusat dan simfisis
maka lingkaran retraksi patologis. Apabila persalinan tetap tidak ada kemajuan, segmen
bawah uterus makin lama makin teregang sehingga pada suatu saat regangan yang terus
ini melampaui batas kekuatan jaringan miometrium sehingga terjadilah ruptur uteri.
Gejala dari ruptur uteri yaitu:
 Perdarahan hebat pada vagina
 Rasa nyeri di antara kontraksi
 Kontraksi menjadi lebih lambat
 Sakit perut yang tidak biasa
 Nyeri yang tiba-tiba pada bekas caesar sebelumnya
 Detak jantung bayi yang abnormal
 Pada beberapa kasus, proses persalinan melambat dan bahkan berhenti sama
sekali

. Sikap bidan kalau menerima kiriman penderita dengan ruptura uteri di pedesaan
adalah melakukan observasi saat menolong persalinan sehingga dapat melakukan
rujukan bila terjadi ruptura uteri mengancam atau membakat. Oleh karena itu, kerja sama
dengan dokter puskesmas atau dokter keluarga sangat penting.
Menghadapi ruptura uteri yang dapat mencapai polindes/puskesmas segera harus
dilakukan :
 Pemasangan infus untuk mengganti cairan dan perdarahan untuk mengatasi
keadaan syok
 Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik. Sehingga infeksi dapat
dikurangi.
 Segera merujuk penderita dengan didampingi petugas agar dapat memberikan
pertolongan
 Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk menghindari
terjadinya perdarahan baru.
Penanganan ruptura uteri :
 Berikan segera cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis) 500 ml
dalam 15-20 menit dan siapkan laparotomi
 Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan
kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan
 Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,
lakukan reparasi uterus
 Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan
lakukan histerektomi
 Antibiotika dan serum anti tetanus.
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila
terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia/luka yang kotor, tanyakan saat terakhir
mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan
terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml IM.
5. Bukti
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pasien mengalami dehidrasi karena partus
yang lama, setiap terjadi his pasien memegang perutnya dan mengeluh kesakitan,
ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang. Pada waktu his korpus
uteri teraba keras sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri saat ditekan. Diantara SBR
dan korpus uteri nampak lingkaran bandl sebagai lekungan melintang.
6. Asumsi
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis kasus ternyata ibu benar telah mengalami
ruptur uteri

Kasus:

Ibu Lina hamil 30 minggu masuk RS dengan gejala sakit kepala hebat,nyeri
epigastrum,sianosis, dan gangguan pengelihatan. TD 180/110 mmHg,protein 4,5
gram,obat:adalat,retard,furosemide. Ibu hamil tsb mengalami preklamsia berat.

Tujuannya

Untuk mengatasi preklamsia .


Rumusan Masalah

1. Gejala preklamsia
2. Penyebab ibu terkena preklamsia
3. Cara mengatasi preklamsia

Menunjukan Bukti

Gejala yang menyebabkan ibu menderita preklamsia

 Sesak napas akibat cairan di paru-paru.


 Sakit kepala parah.
 Berkurangnya volume urine.
 Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang secara sementara, menjadi kabur,
atau sensitif terhadap cahaya.
 Mual dan muntah.
 Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan).
 Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).
 Gangguan fungsi hati.
 Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah, dan tangan.
 Menurunnya jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia).

Penyebab Preklamsia

 Kehamilan pertama.
 Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
 Kekurangan nutrisi.
 Sedang menderita beberapa penyakit tertentu, seperti sindrom antifosfolipid, diabetes,
lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.
 Mengandung lebih dari satu janin.
 Bayi pada kehamilan saat ini memiliki ayah yang berbeda dengan kehamilan
sebelumnya.
 Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya.
 Hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas usia 40 tahun.
 Obesitas saat hamil dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih.
 Memiliki keluarga dengan riwayat preeklamsia.
Cara mengatasi Preklamsia

Apabila seorang wanita hamil memiliki risiko tinggi untuk mengalami preeklamsia, biasanya
bidan akan memberikan aspirin dosis rendah, mulai dari usia kehamilan 12 minggu sampai
bayi lahir, untuk menurunkan risiko terkena preeklamsia.

Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan disarankan
mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklamsia. Meski demikian, wanita
hamil sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa
berkonsultasi terlebih dahulu dengan bidan kandungan.

Pada dasarnya, hanya proses kelahiranlah yang bisa menyembuhkan preeklamsia. Jika
preeklamsia muncul ketika usia janin belum cukup untuk dilahirkan, bidan kandungan akan
memonitor kondisi tubuh penderita dan bayi dengan seksama, hingga usia bayi sudah cukup
untuk dilahirkan. Bidan juga biasanya akan lebih sering melakukan pemeriksaan darah dan
USG terhadap pasien.

Ketika preeklamsia semakin parah, wanita hamil akan disarankan untuk rawat inap di rumah
sakit sampai janin siap dilahirkan. Bidan akan menjalankan pemeriksaan NST secara rutin
guna memantau kesehatan janin.

Jika preeklamsia muncul ketika usia janin sudah cukup untuk dilahirkan, biasanya bidan akan
menyarankan tindakan induksi atau bedah caesar untuk mengeluarkan bayi sesegera
mungkin. Langkah ini diambil agar preeklamsia tidak berkembang menjadi lebih parah.

Obat-obatan yang biasanya diberikan pada wanita hamil yang menderita preeklamsia adalah:

 Antihipertensi. Bidan akan meresepkan obat penurun tekanan darah yang aman bagi
janin dan ibunya.
 Kortikosteroid. Paru-paru janin bisa berkembang lebih cepat dalam waktu singkat
dengan bantuan obat ini. Selain itu, kortikosteroid juga dapat meningkatkan kinerja
liver dan trombosit, sehingga kehamilan dapat dipertahankan lebih lama
 Antikejang. Bidan bisa saja meresepkan obat antikejang jika preeklamsia yang
diderita cukup parah, agar terhindar dari munculnya kejang.

Asumsi
Cara terbaik untuk menyembuhkan preklamsia adalah dengan melahirkan . Jika preeklamsia
muncul ketika usia janin belum cukup untuk dilahirkan, bidan kandungan akan memonitor
kondisi tubuh penderita dan bayi dengan seksama, hingga usia bayi sudah cukup untuk
dilahirkan.

Ketika preeklamsia semakin parah, wanita hamil akan disarankan untuk rawat inap di rumah
sakit sampai janin siap dilahirkan. Bidan akan menjalankan pemeriksaan NST secara rutin
guna memantau kesehatan janin.

Kasus

Ny G 20 tahun G1P0A0 hamil aterm mau melahirkan disertai kejang kurang lebih 10 jam
SMSRS yang diawali dengan sakit kepala,kejang berlangsung selama sekitar 15 menit, 5 kali
sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit ,pasien tidak sadar setelah kejang ,terdapat riwayat
perut mulas yang menjalar ke pinggang,semakin lama semakin sering dan kuat,terdapat
riwayat keluar darah dan lender sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengaku hamil cukup bulan
dan gerakan anak msih dirasakan. Kesadaran delirium , TD: 170/110 mmHg,edema pretibial
pada kedua tungkai,FUT 2 jari dibawah processus xiphodeus (30 cm),memanjang,punggung
kanan,his (+)2x/10’/25”,kepala penurunan 4/5,DJJ 190x /menit, DJJ II : 186x/mnt, DJJ III:
185 x/mnt, TBJ

Tujuannya

Untuk mencegah dan mengatasi preklamsia .

Rumusan Masalah

1. Gejala preklamsia
2. Penyebab ibu terkena preklamsia
3. Cara mengatasi preklamsia

 Hipertensi. Preeklamsia dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi yang dapat merusak
pembuluh darah baik arteri, vena, dan kapiler. Kerusakan pembuluh darah arteri akan
menyebabkan aliran darah terganggu sehingga mengganggu kinerja otak dan dapat
menghambat pertumbuhan bayi.
 Proteinuria. Proteinuria adalah keberadaan protein di dalam urine yang diakibatkan
oleh gangguan fungsi ginjal. Kondisi ini dapat muncul jika glomerulus, bagian ginjal
yang berfungsi menyaring darah, mengalami kerusakan sehingga protein dapat lolos
dari penyaringan. Ditemukannya protein dalam urine merupakan tanda klinis yang
penting dalam mendiagnosis preeklamsia pada ibu hamil, meskipun tidak
menunjukkan gejala.

Penyebab Ibu Terkena Preklamsia

 Hamil pada usia remaja atau diatas usia 40 tahun.


 Memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia pada kehamilan sebelumnya.
 Obesitas.
 Mengalami hipertensi sebelum menjalani kehamilan.
 Menjalani kehamilan yang dilakukan melalui donor sel telur atau inseminasi buatan.
 Mengalami kehamilan berganda.
 Mengalami anemia sel sabit.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah

Cara mengatasi Eklamsia

Untuk mengobati kejang-kejang yang terjadi selama eklamsia pada ibu hamil, bidan
kemungkinan akan memberikan obat seperti:

 Magnesium sulfat. Magnesium sulfat berfungsi untuk menurunkan risiko kembalinya


kejang pada ibu hamil yang mengalami eklamsia, dan biasanya diberikan dalam
bentuk larutan secara intravena. Pemberian magnesium sulfat untuk meredakan
kejang dilakukan selama 24-48 jam.
 Diazepam, phenytoin, dan natrium amobarbital. Ketiga jenis obat ini dapat
diberikan jika kejang-kejang kembali terjadi pada ibu hamil meskipun sudah
diberikan magnesium sulfat.

Setelah kejang-kejang pada ibu hamil dapat diredakan, bidan dapat mempersiapkan
persalinan bayi agar preeklamsia dan eklamsia dapat dihentikan, terutama jika janin sudah
berusia cukup untuk dilakukan persalinan. Persalinan dapat dilakukan melalui operasi caesar
ataupun persalinan normal melalui vagina. Persalinan melalui vagina, dapat dilakukan
terutama pada ibu hamil yang sudah mendekati tanggal perkiraan persalinan. Untuk
membantu persalinan vaginal, dapat diberikan oksitosin yang berfungsi untuk menginduksi
persalinan dengan merangsang kontraksi otot rahim. Jika eklamsia terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu, dianjurkan untuk dilakukan persalinan caesar.
Persalinan caesar juga harus segera dilakukan jika sudah ada tanda-tanda gawat janin pada
eklamsia. Untuk membantu perkembangan paru-paru janin, dapat diberikan obat-obatan jenis
steroid seperti kortikosteroid.

Asumsi

Bidan dalam mengatasi eklamsia terlebih dahulu harus meredakan kejang yang terjadi pada
ibu dengan memberikan obat seperti magnesium sulfat dan obat sejenisnya. Setelah kejang-
kejang pada ibu hamil dapat diredakan, bidan dapat mempersiapkan persalinan bayi agar
eklamsia dapat dihentikan, terutama jika janin sudah berusia cukup untuk dilakukan
persalinan. Persalinan dapat dilakukan melalui operasi caesar ataupun persalinan normal
melalui vagina.

Contoh kasus :

Bidan K memberikan asuhan persalinan kala II pada ibu yang akan melahirkan bayi
kembar.setelah berhasil membantu proses kelahiran bayi pertama dengan persentase kepala
lalu 10-15 menit kemudian bidan K membantu kembali sang ibu untuk melahirkan bayi
keduanya dengan persentase bokong

Berfikir Kritis

1 Tujuan

Untuk melahirkan bayi kedua dengan persentase bokong

2 Rumusan masalah

 Apa yang menyebabkan bayi kedua ibu lahir dengan letak bokong?
 Tindakan apa yang perlu dilakukan bidan untuk melahirkan bayi kedua dengan
letak bokong tersebut?
3 Bukti
Yang menyebabkan bayi kedua lahir dengan letak bokong bisa disebabkan karena
rahim sempit akibat diisi lebih dari satu janin sehingga salah satu janin tidak dapat melakukan
perubahan posisi atau bisa juga disebabkan ketika bayi pertama lahir ruang di dalam rahim
menjadi longgar sehingga menyebabkan bayi kedua mudah berubah posisi sehingga terjadi
posisi letak bokong.

Untuk melahirkan anak kedua dengan letak bokong perlu dilahirkan secara bracht.
Dimana pertolongan dimulai setelah bokong anak lahir, kemudian bokong dipegang dengan
kedua tangan sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari pada permukaan belakang pangkal
paha dan empat jari lainnya pada permukaan bokong, jika kaki sudah lahir, maka bokong
dipegang sedemikian rupa, sehingga kedua ibu jari terletak pada lipat paha dan jari lainnya
menggenggam bokong. bokong dibawah ke atas kearah perut ibu, dan sedikit kekiri dan
kekanan sesuai dengan letak punggung bayi. tidak boleh dilakukan tarikan karena tarikan
lengan dapat menjungkit. bokong terus dibawah keatas kearah perut ibu sampai kepala lahir.

Namun apabila ketika pengeluaran bahu dan tangan dengan cara bracht tidak bisa
lahir maka ketika mengeluarkan bahu dan tangan bidan dapat menggunakan cara klasik(buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan ndeonatal,2002).segera setelah bokong
lahir,bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir, tali pusat dikendorkan,
pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas, dengan tangan kiri
dan menariknya ke arah atas ibu untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang,
dengan tanggan kanan dan menariknya kea rah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan
bayi yang berada di belakang, masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu
belakang) sejajar dengan letak bayi,untuk melahirkan lengan belakang bayi, setelah bahu dan
lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

4 Menganalisis Konsep

pada saat melakukan proses kelahiran anak kedua dengan persentase bokong bidan
tidak boleh melakukan tarikan karena jika dilakukan tarikan lengan bayi dapat menjungkit
(terangkat) dan akan menyebabkan persalinan macet. Apa bila ketika mengeluarkan daerah
lengan terangkat atau menjungkit maka persalinan dengan cara bracht segerah diganti dengan
persalinan cara klasik untuk mengeluarkan lengan dan bahu bayi.

5 Asumsi
Tak hanya dokter Bidan pun dapat menolong persalinan bayi kembar secara
pervaginam. Walaupun persentase anak pertama kepala dan anak kedua juga kepala.ataupun
persentase anak pertama kepala dan anak kedua bokong. Proses persalinan dengan persentase
kepala dapat dilahirkan secara normal selayaknya melahirkan bayi tunggal.namun apabila
proses persalinan dengan persentase kepala dan bokong maka ketika proses melahirkan bayi
dengan persentase bokong dapat dilakukan dengan cara brach.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Berfikir Kritis Kala II”.

Dalam menyusun makalah ini kami sangat terbantu dengan kecanggihan dunia
teknologi utamanya dalam mencari informasi- informasi yang menjadi referensi dan acuan
kami dalam menyelesaikan makalah ini baik melalui internet,buku,artikel & jurnal,sehingga
makalah yang kami buat bisa di selesaikan.

Kami juga menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah


ini.Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Kendari,29 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................1

DAFTRA ISI...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................3

A. Latar Belakang ....................................................................................................3


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................4

A. Pengertian berfikir kritis .....................................................................................4


B. Indikator berfikir kritis ........................................................................................4
C. Tahapan berfikir kritis.........................................................................................4
D. Elemen berfikir kritis ..........................................................................................4
E. Aplikasi berfikir kritis kala II .............................................................................5

BAB III PENUTUP ........................................................................................................16

A. Kesimpulan .........................................................................................................16
B. Saran ...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berfikir merupakan suatu proses yang bejalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pemikiran dan presepsi.Sedangkan berfikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan
dengan proses belajar dan kritis itu sendiri.
Bidan sebagai baian dari pemberi pelayanan kesehatan yaitu memberi asuhan
kebidanan dengan menggunakan proses akan selalu di tuntut untuk berfikir kritis
dalam berbagai situasi yang ada.Penerapan berfikir ritis dalam proses kebidanan
dengan kasus nyata yang akan memberi gambaran kepada bidan tentang pemberian
asuhan kebidanan yang komperehensif dan bermutu.Seorang yang berfikir kritis
dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda
meskipun objeknya sama,sehingga dikatakan,dengan tersedanya pengetahuan baru.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian berfikir kritis
2) Indikator berfikir kritis
3) Elemen berfikir kritis
4) Tahapan berfikir kritis
5) Bagaimana aplikasinya dala persalinan kala II
BAB III
PENUTUP

A. Kesuimpulan
Berfikir kritis adalah suatu pemikiran yang harus di asah oleh bidan karna
pentingnya dalam menolong persalinan.persalinan normal tidak selamanya berjalan
lancar begitu saja akan ada penyulit –penyulit yang dapat menghambat proses
persalinan maka di sinilah pengetahuan dan keterampilan di pakai dengan berfikir
secara cepat dan tepat tentang tindakan yang akan di ambil sehingga dapat
menyelamatkan nyawa ibu dan janinya.
B. Saran
Dalam menyusun makalah ini kami tentunya mendapatkan banyak ide dan
pemikiran namun itu belum menjamin kesempurnaan.oleh karenanya kami sangat
berterima kasih bila ada saran dan kritikikan yang dapat embuat makalah ini lebih
baik.
MAKALAH

“BERFIKIR KRITIS KALA II”

OLEH:

Kelompok 2

 Arsy Noer Islami


 Dewa Ayu Sutra Sari
 Riska Sabrida
 Selvi Safita
 Sitti Rahmah

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN D-IV KEBIDANAN TK.II


2018/2019

Anda mungkin juga menyukai