Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN

A. EPIDEMIOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan


mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan
diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PublicHealth Service) yang sebaik
baiknya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan (HealthNeeds ) dari masyarakat. Namun dalam praktek sehari ermyata tidaklah
mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
maksimal. Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan
yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam
sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam. Untuk
mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan
dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Misalnya; apabila
dalam suatu masyarakat banyak ditemukan masalah kesehatan berupa penyakit menular
(TBC), maka pelayanan kesehatan yang disediakan akan lebih diarahkan kepada upaya untuk
mengatasi masalah penyakit menular tersebut. Apabila hal ini kemudian dikaitkan dengan
upaya untuk mengetahui Frekwensi, Penyebaran dan Faktor factor yang mempengaruhi suatu
masalah kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang Ilmu Khusus yang
disebut dengan Epidemiologi. Dan Epidemiologi ini merupakan inti dari Ilmu Kesehatan
Masyarakat. ( Gordis, 2000).

Adapun penggunaan / aplikasi epidemiologi dalam pelayanan kesehatan khususnya


kebidanan salah satunya adalah dalam penentuan abnormalitas; Misalnya : menentukan batas
seseorang dapat disebut sakit atau mempunyai masalah kesehatan seperti pada ekanan darah
berapakah seorang ibu hamil dapat dikatakan menderita hipertensi...?, pada kadar Hb
berapakah seorang ibu hamil dikatakan anemia dan bagaimana pengaruhnya erhadap janin,
apa penyebab dan factorresikonya ? Dan sebagainya. Jawaban dari pertanyaan pertanyaan
tersebut dapat diketemukan dengan pendekatan epidemiologis. Dengan demikian, secara
umum dapat disebutkan beberapa kemungkinan aplikasi epidemiologi dalam kebidanan yakni
:

a. Untuk membantu menentukan keadaan abnormalitas /penyakit


b. Untuk membantu menetapkan akurasi diagnosis
c. Untuk mengetahui riwayat penyakit
d. Untuk mencari efektifitas suatu tindakan dalam asuhan kebidanan
e. Dipergunakan untuk mencari bentuk -bentuk upaya pencegahan terhadap suatu
penyakit/masalah kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kebidanan.

B. DEFENISI

Kata epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, epi berarti pada/tentang, demos
berarti penduduk, dan logos berarti ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang penduduk.

Epidemiologi adalah suatu metodologi ilmiah yang digunakan untuk mempelajari


epidemi dan temuannya, dan hasil studi epidemiologi kemudian digunakan di bidang
kesehatan masyarakat dan kedokteran untuk mengendalikan kejadian luar biasa
(KLB) penyakit dan mencegah terulangnya kejadian penyakit tersebut di masa
mendatang .

Selain definisi asal kata, banyak definisi epidemiologi yang dibuat oleh ahli
kesehatan. Definisi yang dibuat tersebut terkait dengan keadaan dan waktu, dikenal
ada dua definisi yaitu:

1. Definisi lama (sebelum tahun 1960): Epidemiologi adalah ilmu yang


mempelajari penyebaran dan perluasan suatu penularan penyakit dalam suatu
kelompok penduduk atau masyarakat. Dasarnya adalah sebelum tahun 1960
penyakit menular merupakan penyakit yang paling banyak dialami penduduk
dunia.
2. Definisi baru (setelah tahun 1960): Beberapa tokoh yang terkenal dalam ilmu
penyakit memberi definisi mengenai epidemiologi sebagai berikut.
a.Mag Mahon&Pugh (1970). Epidemiologi adalah ilmu yang
mentransfer penyakit dan faktor-faktor yang menentukan penyebaran
penyakit terhadap manusia.
b. Omran (1974). Epidemiologi adalah suatu studi tentang
kejadian dan distribusi kesehatan, penyakit, dan perubahan pada
populasi
c.Mausner&Kramer (1985). Epidemiologi adalah studi tentang distribusi
dan penentuan penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia
d. Last (1988). Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan
penentuan tentang situasi atau peristiwa yang terkait dengan kesehatan
pada peserta tertentu dan penerapan untuk menanggulangi masalah
kesehatan.
e."Epidemiologi adalah studi tentang faktor yang menentukan frekuensi
dan distribusi penyakit pada peserta manusia". (Lowe C.R.
&Koestrzewski.J., 1973)
f. "Epidemiologi adalah suatu studi tentang distribusi dan penentuan
penyakit pada kontribusi manusia" (Barker, D.J.P., 1982)
g. "Epidemiologi adalah ilmu yang mendistribusikan penyakit
atau fisiologis pada penduduk dan penentuan yang mempengaruhi
distribusi tersebut. (Lilienfeld A.M., & D.E. Lilienfeld 1980).

Dari pembahasan yang ada di atas, hanya ada dua perbedaan yaitu fenomena
tambahan fisiologis (Lilienfeld&Lilienfeld) dan ruda terikat (Mausner&Bhan).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang
mendukung penyakit, ruda memaksa, dan fenotnena fisiologis tentang frekuensi
distribusi dan penentuan pada kelompok manusia.

Epidemiologi adalah studi yang mempelajarai distribusi dan penentu penyakit


kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk mengatasi masalah - masalah
kesehatan (CDC, 2002;last 2001, Gordis 2000)

Epidemiologi dalam layanan kebidanan yaitu epidemiologi yang mengkaji


distribusi serta penentuan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang
terjadi dalam layanan kebidanan

C. Tujuan

Tujuan epidemiologi kebidanan adalah untuk mengetahui faktor risiko terhadap


ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas (42 hari setelah berakhirnya
kehamilan)beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara penanggulangan nya.

Tujuan / kegunaan epidemiologi kebidanan adalah :


1. Untuk mengidentikasi penyebab penyakit dan faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi peyakit yang bisa menyerang ibu selama masa kehamilan, persalinan
dan nifas (42 hari setelah persalinan) dan juga pada bayi dalam kandunga untuk
dipindahkan sampai menjadi balita.
2. Diharapkan akan didapatkan teknik pencegahannya. Tentang kegunaan epidemiologi
yang sesuai dengan tujuan epidemiologi kebidanan dalam praktiknya sebagai berikut:
a. Menguraikan distribusi dan memecahkan masalah penyakit dalam masyarakat.
b. Terkait data untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program-
pertanggungan, pemberantasan dan pengobatan penyakit, serta untuk
menentukan urutan prioritas program-program di atas.
3. Mengenal faktor-faktor penyebab penyakit (patogenesis).
4. membantu pekerjaan administrasi kesehatan.
5. Untuk membahas dan mengevalasi program pemberantasan penyakit dan masalah
dalam kesehatan.
6. Untuk mendapatkan data dalam upaya mengklasifikasikan penyakit.
7. Untuk menyusun program mengatasi penyakit.

Kegunaan epidemiologi atas dapat diringkas menjadi 3 hal, yaitu:

1. Mendiskripsikan fenomena kesehatan masyarakat.


2. Mengkaji hubungan-hubungan sebab-akibat.
3. melakukan evaluasi program kesehatan dan intervensi program.

Pada umumnya tujuan atau kegunaan epidemiologi kebidanan adalah untuk


mempelajari faktor risiko pada ibu selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas, hasil
pencarian konsepsinya, dan mempelajari tekhnik-tekhnik yang terkait dengan program
kesehatan dan program intervensinya.

D. Manfaat
1. Untuk Memperbaiki Penyebab penyakit dalam pelayanan kebidanan.
2. untuk pengambil kebijakan berkaitan dengan perencanaan sumber daya kesehatan
(tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan) khususnya berkaitan dengan pelayanan
kebidanan.

E. Terjadinya Penyakit Atau Masalah Kesehatan


1. Kaitan dengan Teori Segitiga Epidemi Kaitan dengan teori terjadinya penyakit yang
dicontohkan dalam segitiga Gordon, yakni hubungan antara agen, penjamu, dan
lingkungan hidup, ketiganya harus berada dalam keseimbangan agar kondisi
seseorang akan menjado sehat. Artinya bibit penyakit (agen) tidak berkembang biak
dengan menginfeksi manusia bila kondisi bibit penyakit ditekan oleh lingkungan
hidup yang sehat, penjamu dalam kondisi sehat jasmani dan sosial, sehingga daya
tahan tubuh dalam kondisi optimal dapat menghalau terjadinya infeksi. Pada KIA
penjamunya adalah ibu, bayi, dan anak balita. Maka kondisi ibu, termasuk ibu hamil,
bayi dan balita harus sehat jasmani rohani dan sosialnya. Hal itu bisa dicapai dengan
pemenuhan gizi, dan berbagai perilaku sehat lainnya seperti olahraga, perilaku hidup
bersih dan sehat, dll. Lingkungan hidup akan sangat berkaitan dengan lingkungan
dalam rumah tangga secara fisik, biotik, sosial dan psikologis dari ibu, ayah, anak,
tetangga, dan lainnya.
2. Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita. Angka kematian Ibu Indonesia 50/hari. Meski
telah mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, namun hingga saat ini
Angka Kematian Ibu (Maternal mortality Rate) di Indonesia masih tertinggi di Asia
Tenggara yakni 307/100.000 kelahiran hidup yang berarti 50 ibu meninggal setiap
hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan, itu menurut data tahun 2003.
Namun pada tahun 2005 angka tersebut mengalami penurunan menjadi 290,8/100.000
kelahiran hidup. Tapi kondisi itu tetap tidak merubah status indonesia sebagai negara
dengan Angka kematian Ibu tertinggi di Asia Tenggara.
Menteri kesehatan mengatakan guna menurunkan angka kematian ibu menjadi
226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 Departemen Kesehatan telah menyiapkan 4
strategi pokok yakni penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
Mendekatkan akses keluarga miskin da rentan terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas, serta meningkatkan surve dan pembiayaan dibidang kesehatan.
Terkait dengan pendanaan pemerintah mengalokasikan dana Rp 80 milyar anak.
untukmenukngkatkan kesehatan ibu dan USAID atau United States Agencynfor
International Development i Indonesia a dan pendampingan teknis dalam program
kesehatan ibu, bayi dan anak melalui Health Services Program (HSP). atakan pada
agustus 2004 bahwa pemerintah dan USAID menandatangani perjanjian jasama selama 5
tahun dibidang kesehetan. "Kami menyediakan dana sebesar 311 juta dolar AS untuk
bidang kesehatan, utamanya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak" katanya.
Adrian menjelaskan sebagai langkah awal percontohan implementasi HSP melalui
peningkatan pelayanan kesehatan ibu, bayi dan anak dari tingkat rumah sakit hingga
puskesmas dilakukan di 30 kabupaten di 6 propinsi di Indonesia yakni memberikan
bantuan untuk menurunkan angka kematian ibu d berupa bantuan dan Direktur Bidang
Kesehatan USAID Lynn Krueger Adrian meng Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera
Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.
"Angka kematian ibu di ke 6 provinsi itu memang bukan yang terendah, kami
memilihnya karena itu adalah provinsi terbesar di Indonesia yang dihuni oleh hampir 70
persen penduduk Indonesia sehingga akan ada signifikasi dalam penerapan program ini
terhadap populasi," ujar Adrian. Berkenaan dengan hal itu,Menteri Kesehatan dan Adrian
mengatakan bahwa pemerintah dan USAID secara berkala akan memantau pengaruh
penerapan program ini terhadap penurunan angka kematian ibu,bayi dan anak. Tiap tahun
akan dievaluasi dan dilihat melalui indicator yang jelas apakah benar-benar Keduanya
mengatakan bahwa jika program itu berhasil dilakukan di 6 provinsi tersebut maka
program itu selanjutnya akan dilakukan didaerah- program bermanfaat,"katanya. ini
daerah yang lainnya. Selain yang tersebut diatas, the voice the Amerika memberitakan
tentang.

Negara-negara miskin didunia sebagai berikut:


Laporan terkini dari LSM save the children menggambarkan gabungan potret
usaha global untuk melindungi nyawa ibu dan anak balita (bawah 5 tahun), walaupun
beberapa Negara di Afrika telah membuat banyak kemajuan dalam tahun-tahun terakhir,
namun ternyata beberapa Negara Afrika lainnya berada hampir pada tingkat terbawah
diantara 140 negara yang disurvey. Dari Washington, AS wartawan VOA William Eagle
melaporkan.
Dibagian bawah indeks adalah Negara sub sahara yang tertinggi didunia dalam
angaka kematian ibu dan bayi - Etiopia, Eritrea, Angola, guinea- bissau, chad, sierra
leone, Yaman dan Djibouti. Nigeria adalah yang terakhir.
Untuk beberapa Negara, seperti Nigeria, Angola dan republic Demokratik kongo,
angka yang tinggi juga mencermin kan jumlah penduduk mereka yang tinggi. Mereka
bergabung degan 10 negara besar lain, termasuk china dan India, yang bila digabungkan
mempunyai lebih dari separuh kematian ibu dan anak.
Perang juga bertanggung jawab terhadap angka kematian yang tinggi dinegara
lain, termasuk sierra leonne, pantai gading dan Liberia. Delapan puluh persen kematian
anak balita di Afrika disebab kan oleh malaria, diare, pneumonia dan kelainan sejak lahir.
Disebagian besar Negara di Afrika termasuk Botswana, Zimbabwe dan Swaziland,
ternyata AIDS juga menjadi pembunuh utama pada anak balita dan inilah yang menjadi
alasan utama mengapa Negara-negara ini belum mampu menurunkan angka kematian
anak.
Diantara Negara-negara yang tingkat kematian ibu dan bayinya ditemukan lebih
buruk dibandingkan 15 tahun yang lalu adalah Botswana, zimbabawe dan Swaziland.
Untuk Negara-negara ini, penyakit adalah faktor yang bermakna terhadap buruk nya
tingkat hidup mereka. Mieke Kiernan, direktur komunikasi save the children di
Washington, AS berbicara tentang Zimbabwe.
"Angka kematian telah meningkat sebanyak 65 persen sejak 1990," dia
mengatakan" sebagian besar terkena HIV/AIDS. Kita mempunyai 1 diantara delapan anak
yang meninggal sebelum mereka mencapai ulang tahunnya yang ke 5 dizimbabwe, lebih
dari 40 persen dari kematian ini diakibat kan oleh AIDS. Zimbabwe, Afrika selatan,
Botswana dan Swaziland adalah Negara dimana kita melihat HIV/ADIS melwebihi
kemampuan prasarana untuk mendukung anak balita. Hal semacam ini sudah biasa
diseluruh Afrika.
Kinerja ekonomi tidak selalu menunjukan layanan kesehatan terganggu oleh
pandemi AIDS yang menyebar dibanyak tempat diAfrika bagian selatan. Demikian
halnya, angka kematian ibu dan bayi tetap tinggi dinegara penghasil minyak, termasuk
Nigeria, Angola, dan guinea ekuatorial. Tetapi Kiernan mengatakan bahwa keinginan
politis akan berdampak besar terhadap adalah cerita keberhasilan yang luar biasa dari
Negara yang terbatas sumber Negara termiskin, termasuk Malawi. Dia mengatakan
Malawi daya nya, yaitu sebuah Negara yang sudah berfokus untuk ikut berperan
didalamnya. Pendapatan perkapita (GNP) dimalawi kira-kira 650 dolar AS perorang,
namun merekan telah melihat 43 persen penurunan angka kematian anak balita dalam 15
tahun terakhir ini.
Melawi telah mengambil beberapa langkah dia melanjutkan untuk menjadikan
kesehatan ibu dan bayi sebagai prioritas utama mulai dari presiden sehingga jajaran
dibawah. Mereka melakukan hal yang paling mendasar yang dapat ditiru oleh banyak
Negara.
Diantara langkah yang mendasar ini adalah membagikan kelambu untuk
melindungi ibu dan anak yang terinfeksi malaria, menyediakan perawatan kesehatan
untuk ibu sebelum melahirkan dan memastikan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses
pada suplemen gizi seperti vitamin A yang membantu menjaga melawan kekurangan gizi
dan zink atau ZN serta oralit untuk menghentikan diare. Mereka juga dapat memastikan
agar anak diimunisasi terhadap cacar dan penyakit- penyakit anak lainnya. Kiernan
mengatakan bahwa Tanzania adalah contoh Negara miskin lain yang sudah membuat
banyak kemajuan melalui kekuatan politik:

Faktor-faktor risiko untuk ibu hamil diklasifikasi:

1. Faktor-faktor reproduks
a. Umur
b. Paritas
c. Kehamilan yang tidak diinginkan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komplikasi kehamilan
a. Perdarahan pada abortus spontan
b. Kehamilan ektopik
c. Perdarahan pada trimester 3 kehamilan
d. Perdarahan postpartum
e. Infeksi pada saat nifas
f. Gestosis
g. Distosia
h. Abortus propokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan
a. Kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan ibu
b. Asuhan Medis yang kurang baik
c. Kekurangan tenaga kerja dan obat-obatan esensial
d. Faktor-faktor sosial budaya
e. Kemisikinansehinnga tidak mampu membayar pelayanan yang baik
4. Ketidaktahuan
5. Kesuliatan transportasi
a. Status wanita yang rendah dan rendah diri saya.
b. Pantang makan saat hamil
6. Faktor-faktor risiko untuk balita adalah: 1.Peranan nutrisi yang kurang sehat karena:
a. Kemisikinan
b. Ketidaktahuan
7. kebiasaan tidak sehat misalnya:
a. Tempat dan bahan permainan yang kotor dan berbahaya contoh:
b. Mandi di sungai yang kotor
c. Bermain di atas tanah tanpa alas kaki serta bermain di tanah kotor atau di tempat
yang kotor
d. Bahan permainan yang tajam atau berbahaya, miisalnya permainan kendaraan,
kapal mainan, dan lain-lain tradisional dengan bahan yang tajam
e. Bermain tanpa memperhatikan waktu dan kondisi udara yang panas terik
f. Membeli makanan dan kue dijalanan yang tidak higinis dan memakan bahan
berbahaya dan menantang, (B-3) seperti dawet dan air mentah, minuman dengan
pewarna yang mengandung bahan berbahaya dan lain-lain.
g. Membersihkan gigi tidak memperdulikan waktu dan cara bersikat gigi yang benar.
F. FAKTOR-FAKTOR RISIKO DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Faktor risiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan mengenai penyakit yang
diderita induvidu yang mana berdasarkan statistik yang sesuai dengan masing-masing
kasus, sesuai dengan situasi yang ada, seperti halnya dengan Simbong SW dalam
epidemiologi penyakit tidak menular, yang di tulis kembali oleh MN Bustam, 2000.
Bapak MN. Bustam adalah dosen penulis kompilasi di FKM-UNHAS

Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu
dan ditemukan juga pada induvidu-induvidu yang lain, bisa dirubah, ada juga yang
tidak bisa dirubah atau dicari:

1. Factor dapat dirubah misalnya berumur dan genetik

2. Faktor risiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau latihan olah
raga.

Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan pada penyakit yang diderita pada
induvidu dan ditemukan juga tidak stabil pada individu-induvidu yang terdapat pada
beberapa kelompok masyarakat yaitu
1. Faktor yang menyebabkan tersangka adalah faktor-faktor yang belum
mendapatkan dukungan dari hasil-hasil penelitian sebagai faktor yang mengeluarkan
merokok sebagai penyebab kangker rahim

2. Faktor risiko yang telah ditegakkan yaitu faktor risiko yang telah diperoleh
mendapat dukungan ilmiah / penelitian dalam perannya sebagai faktor yang berperan
dalam kejadian sutau penyakit. Misalnya merokok sebagai faktor risiko
terjandinyakangker paru.

Faktor risiko juga dapat dilihat dari Karakteristik, tanda atau kumpulan risiko
pada penyakit yang diderita pada induvidu dan induvidu-induvidu lainnya sebagai
faktor risiko dalam kaitannya dengan frekwensi yang kuat dan lemah. Atau dapat
didokumentasikan dengan baik dan didokumentasikan dengan kurang baik.

Kegunaannya dari faktor risiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui proses penyakit
dalam hal ini penyakit tidak menular. Misalnya:

1. Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat harus


dikeluarkan 10 kali untuk kanker paru bukan perokok.

2. Untuk memperjelas penyebab kejatuhan atau faktor beratnya faktor dapat


menyebabkannya menjadi faktor penyebab, mempertimbangkan setelah mengurangi
pengaruh dan faktor pengganggu Untuk mendiagnosa berarti membantu proses
diagnosa sehingga faktor tersebut merupakan faktor penyebab.

3. Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose.

Kapan suatu faktor risiko dapat ditegakkan sebagai faktor risiko? Dalam
epidemiologi dapat dilakukan dengan memakai konsep kausalitas musebab (hubungan
kausa), menurut para ahli kausalitas ada 8 kriteria (Hill 1965) yaitu

1. Kekuatan yang dapat dilihat dari sebab-sebab yang relatif tinggi

2. Temporal atau sesuai dengan waktu, selalunya sebab -musebab mendahului


konsekuensi.

3. Respon terhadap paparan yang dapat menyebabkan penyakit

4. Reversibilitasdimana paparan yang menurun akan mengakibatkan penurunan


insiden
5. Konsistensi yang diartikan kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat
dan penelitian yang lain

6. Biologis atau yang terkait dengan fisiologis tubuh

7. Spesifitas yang dilihat dari satu penyebab menyebabkan satu akibat

8. Analogi yang diartikan adanya kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.

Menentukan faktor besar yang dapat dilakukan dengan menghitung rasio


relatif atau odds rasio. Penilaian berdasarkan perbedaan antara populasi yang terpapar
(Paparan) dengan yang tidak terpapar (Bukan Paparan) pada kelompok yang sakit
(kasus) dan tidak sakit (kontrol). Metode penelitian epidemiologi dan bisa juga
dengan melihat frekwensi penyakitnya.

Secara umum dapat disetujui bahwa prognosis menunjukkan jumlah besar


kematian dari kondisi sakit. Sedangkan faktor risiko adalah seberapa besar masalah
kesehatan dari seorang yang sehat Untuk mencoba membantah, sebenarnya mencoba
menentang pada penyakit tidak menular praktisnya hanya membahas tentang faktor
yang harus dipertanyakan. Misalnya pada penyakit stroke di mana hipertensi dianggap
sebagai faktor utama yang dipertanyakan, dipertanyakan kemungkinannya adalah
penurunan tekanan darah yang tinggi (hipertensi). Selaian itu ada perbincangan yang
membahas 3 bentuk utama yang mempengaruhi perbantahan:

1. Gaya hidup (gaya hidup)

2. Lingkungan (lingkungan)

3. Biologis

4. Pelayanan kesehatan (kesehatan persalinan) Sebagai Faktor Resiko atas maka


dilakukan intervensi terhadap "gaya hidup" dengan melakukan reduksi stres, makan
makanan rendah garam, lemak dan kalori, olah raga, tidak merokok dan lain-lain.
Untuk "Lingkungan" dengan stres akibat kerja. Untuk "biologis" dapat dilihat dari
jenis kelamin. Dan yang terakhir "pelayanan kesehatan" dengan memberikan
pendidikan atau penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan tensi

Untuk upaya pencegahan dengan menggunakan Prinsip upaya pencegahan


penyakit lebih baik dari mengobati tetap juga berlaku untuk penyakit tidak menular,
upaya obat-obatan, atau infeksi. Atau gangguan dapat terjadi. Beberapa gangguar
terkait dengan adalah kehamilan Gangguan-gangguan tertentu mungkin terjadi selama
kehamilan karena banyak perubahan kehamilan terjadi di dalam tubuh wanita.
Misalnya penyakit tromboemboli, anemia, dan infeksi saluran kemih.

1. Demam masalah yang menyebabkan suhu lebih besar dari 103 ° F (39,5 ° C)
selama trimester pertama meningkatkan risiko dari keguguran dan kerusakan otak
atau sumsum tulang belakang pada bayi. Demam pada akhir kehamilan meningkatkan
risiko persalinan sebelum tiba

2. Infeksi beberap infeksi yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan cacat
sejak lahir. Campak jerman (rubella) dapat menyebabkan cacat sejak lahir, lebih dulu
pada jantung dan bagian dalam mata. Infeksi sitomegalovirus dapat melewati plasenta
dan merusak hati dan otak janin. Virus infeksi lain yang dapat membahayakan janin
atau menyebabkan kerusakan kelahiran adalah herpes simpleks, dan cacar air
(varicella). Toksoplasma, infeksi protozoa, bisa menyebabkan keguguran, kematian
janin, dan cacat sejak lahir serius. Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa melindungi
janin. Infeksi bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan dapat
menyebabkan persalinan sebelum dapat atau membran yang mengandung janin
sebelum terpilih.

Tolak penyakit tidak menular yang diarahkan ke faktor-faktor yang


diharapkan untuk didelifikasi. Ada 4 tingkat pencegahan dalam epidemiologi yang
dimaksud dengan

1. Pencegahan primordial yang diperlukan untuk menyediakan kondisi pada


masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari lingkungan,
gaya hidup dan faktor yang me mengaruhi lainnya. Upaya ini sangat komplek, tidak
hanya merupakan upaya dari kesehatan tetapi multimitra.

2. Pencegahan tingkat pertama, diterbitkan Promosi kesehatan masyarakat, misalnya:


kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan
masyarakat. Yang lainnya adalah Pencegahan khusus, misalnya penolakan
keterlibatan, pemberian kemopreventif

3.Pencegahan tingkat kedua melengkapi Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan


penyaringan. Pencegahan tingkat dua lainya adalah Pengobatan, kemoterapi atau
tindakan bedah
4. Pencegahan tingkat tiga prioritas rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo,
perawatan rumah sakit. Faktor Resiko Yang Berkembang Selama Kehamilan Selama
kehamilan, suatu masalah dapat terjadi atau suatu kondisi dapat terbentuk membuat
kehamilan beresiko tinggi. Contohnya, wanita hamil bisa mengeluarkan sesuatu yang
bisa menghasilkan kerusakan kelahiran (teratogen), seperti radiasi, kimia-kimia
tertentu.

Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan


masalah- masalah ini.

Gangguan yang membutuhkan operasi : selama kehamilan, gangguan yang


ensi meliputi perut mungkin dijalankan. Jenis operasi membutuhkan operasi emerg
ini meningkatkan resiko persalinan sebelum waktunya dan menyebabkan keguguran,
khususnya pada awal kehamilan. Juga, operasi biasanya ditunda selama mungkin
kecuali jika kesehatan jangka panjang si wanita kemungkinan terpengaruhi.

Jika radang usus buntu terjadi selama kehamilan, operasi untuk mengangkat
usus buntu(appendectomy) dilakukan dengan segera karena pecahnya usus buntu bisa
menjadi fatal. Appendectomy tidak mungkin membahayakan janin atau
menyebabkan keguguran. Meskipun begitu, radang usus buntu kemungkinan sulit
untuk dikenali selama kehamilan. Rasa kram menyakitkan pada radang usus buntu
menyerupai kontraksi rahim, yang mana biasa selama kehamilan. Usus buntu ditekan
ke bagian atas perut sebagai proses kehamilan, sehingga letak rasa sakit pada radang
usus buntu kemungkinan tidak seperti yang diharapkan.

Jika kista ovarium terjadi selama kehamilan, operasi biasanya ditunda hingga
12 minggu kehamilan. Kista kemungkinan menghasilkan hormon yang membantu
kehamilan dan seringkali hilang tanpa pengobatan. Meskipun begitu, jika kista
ataumassa lain membesar, operasi kemungkinan diperlukan sebelum 12 minggu.
Beberapa kemungkinan bersifat kanker.

Kerusakan pada usus selama kehamilan bisa jadi sangat serius. Jika kerusakan
mengarah ke ganggren usus dan radang selaput perut(peradangan pada membrarn
yang melintasi rongga perut), seorang wanita bisa keguguran dan nyawanya dalam
bahaya. Operasi exploratory biasanya dilakukan dengan segera ketika wanita hamil
mengalami gejala-gejala kerusakan usus, terutama jika mereka pernah menjalani
operasi perut atau infeksi perut.
1. Penyakit thromboembolic: di Amerika Serikat, penyakit thromboembolic merupakan
penyebab utama kematian pada wanita hamil. Pada penyakit thromboembolic,
gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh darah. Mengalir melalui aliran darah
dan menghalangi arteri. Resiko pada pembentukan penyakit thromboembolic
meningkat sekitar 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan. Kebanyakan komplikasi
menyebabkan penggumpalam darah akibat dari penyakit yang terjadi selama
melahirkan. Resiko bertambah banyak setelah operasi sessar dibandingkan setelah
melahirkan normal.

Penggumpalan darah biasanya terbentuk di pembuluh luar pada kaki seperti


thrombophlebitis atau di dalam darah seperti pembuluh dalam thrombosis. Gejala-
gejala termasuk pembengkakan, rasa sakit di betis, dan urat. Akutnya gejala tersebut
tidak ada hubungannya dengan penyakit parah. Gumpalan bisa pindah dari
kakimenuju paru-paru, dimana bisa menghalangi satu atau lebih arteri pada paru-
paru. Penyumbatan ini, disebut emboli paru-paru, bisa mengancam nyawa, jika
gumpalan menghambat arteri yang mensuplai otak, menghasilkan stroke.
Penggumpalan darah bisa juga terjadi pada pelvis.

Wanita yang mengalami pembekuan darah pada kehamilan sebelumnya bisa


diberikan heparin(sebuah antikoagulan) selama kehamilan berikutnya untuk
mencegah pembentukan gumpalan darah. Jika wanita memiliki gejala yang diduga
pembekuan darah, ultrasonografi Doppler kemungkinan dilakukan untuk memeriksa
pembekuan. Jika pembekuan darah diketahui, heparin mulai diberikan tanpa
menunda. Heparin kemungkinan disuntikkan ke dalam pembuluh(secara infus) atau
di bawah kulit(subkutan). Heparin tidak melalui plasenta dan tidak membahayakan
janin. Pengobatan dilanjutkan untuk 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan, ketika
resiko pembekuan darah tinggi. Setelah melahirkan, warfarin kemungkinan
digunakan sebagai pengganti heparin. Warfarin bisa digunakan dengan mulut,
memiliki resiko komplikasi rendah dibandingkan heparin., dan bisa digunakan olelh
wanita yang menyusui.

Jika emboli paru-paru diduga, ventilasi paru-paru dan perfusionscan


kemungkinan dilakukan untuk memastikan diagnosa. Prosedur ini meliputi
menyuntikkan bahan radio aktif dalam jumlah sedikit ke dalam pembuluh. Prosedur
ini aman selamakehamilan karena dosis bahan radio aktif kecil. Jika diagnosa pada
emboli paru-paru tetap tidak pasti, angiography paru-paru dibutuhkan.

2. Anemia: kebanyakan wanita hamil mengalami beberapa tingkat anemia karena zat
besi dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah pada janin. Anemia bisa
muncul selama kehamilan karena kekurangan asam folat. Anemia biasanya dapat
dicegah atau diobati dengan menggunakan zat besi dan suplemen asam folat selama
kehamilan. Meskipun begitu, jika anemia menjadi parah dan berlangsung lama,
kapasitas darah untuk membawa oksigen menurun. Akibatnya, janin tidak bisa
mendapatkan cukup oksigen, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal,
khususnya pada otak. Wanita hamil yang mengalami anemia berat bisa menjadi lelah
berlebihan, nafas tersengal-sengal, sakit kepala berkunang-kunang. Resiko
persalinan preterm meningkat. Jumlah pendarahan normal selama persalinan dan
melahirkan bisa menyebabkan anemia yang sangat membahayakan pada wanita ini.
Wanita dengan anemia lebih mungkin mengalami infeksi setelah melahirkan. Juga,
jika asam folat berkurang, resiko memiliki bayi dengan cacat lahir pada otak dan
tulang belakang, seperti spina bifida, meningkat.
3. Infeksi saluran kemih: infeksi saluran kemih biasa selama kehamilan, kemungkinan
disebabkan melebarnya rahim memperlambat aliran air seni dengan menekan pipa
yang menghubungkan ginjal dengan kantung kemih(ureters). Ketika air seni mengalir
lambat, bakteri tidak bisa membilas pada saluran air seni. meningkatkan resiko
sebuah infeksi. Infeksi ini meningkatkan resiko persalinanpreterm dan cepat luruh
pada selaput yang mengandung janin. Kadangkala infeksi pada kantung kemih atau
ureter menyebar ke saluran air seni dan menuju ginjal, menyebabkan. Pengobatan
terdiri dari terapi antibiotik.

Beberapa masalah yang terjadi dari kelainan hormon selama kehamilan hanya
kejadian minor, gejala sementara pada wanita hamil. Misalnya, pengaruh hormon
normal pada kehamilan bisa memperlambat pergerakan pada empedu melalui
pembuluh empedu, cholestasis pada kehamilan bisa terjadi. Gejala paling jelas
adalah rasa gatal di seluruh tubuh(biasanya pada beberapa bulan terakhir kehamilan).
Tidak terdapat ruam. Jika rasa gatal hebat, cholestyramine bisa diberikan. Gangguan
ini biasanya dipecahkan setelah melahirkan tetapi cenderung sembuh pada kehamilan
berikutnya.
1. Hyperemesisgravidarumhyperemesisgravidarum adalah rasa mual yang luar biasa
keras dan muntah berlebihan selama kehamilan. Hyperemesisgravidarum berbeda
dari morningsickness biasa. Jika wanita seringkali muntah dan menderita mual
berkelanjutan mereka kehilangan berat badan dan menjadi dehidrasi, mereka
menderita hyperemesisgravidarum. Jika wanita kadangkala muntah tetapi
bertambah berat badan dan tidak dehidrasi, mereka tidak mengalami
hyperemesisgravidarum. Penyebab hyperemesisgravidarum tidak diketahui.
Karena hyperemesisgravidarum bisa mengancam nyawa wanita hamil dan
janin,wanita yang menderita harus dirawat di rumah sakit. Cairan infus
dimasukkan ke dalam pembuluh untuk memberikan cairan, gula(glukosa),
elektrolit, dan kadangkala vitamin. Wanita yang mengalami komplikasi tidak
diijinkan untuk makan atau minum apapun untuk paling tidak 24 jam. Obat
penenang, antiemetik, dan obat-obatan lain diberikan sesuai kebutuhan. Setelah
wanita rehidrasi dan muntahnya reda, mereka bisa mulai makan yang sering,
makanan yang dihaluskar dengan porsi sedikit. Ukuran porsi tersebut meningkat
jika mereka bisa menerima banyak makanan. Biasanya, muntah berhenti dalam
beberapa hari. Jika gejala kambuh, pengobatan diulangi. Jarang, jika terus
kehilangan berat badan dan gejala berlangsung lama meskipun diobati, wanita
diberikan makan melalui pipa lurus melalui hidung dan turun ke kerongkongan
menuju usus kecil selama diperlukan.

2. Preeclampsia: sekitar 5% wanita hamil mengalami preeclampsia( toxemia pada


kehamilan). Pada komplikasi ini, peningkatan pada tekanan darah disertai
dengan protein pada air kencing(proteinuria). Preeclampsia biasanya terjadi
antara minggu ke 20 pada kehamilan dan akhir minggu pertama setelah
melahirkan. Penyebab preeclampsia tidak diketahui. namun lebih sering pada
wanita yang hamil untuk pertama kali, yang membawa dua atau lebih janin, yang
memiliki preeclampsia pada kehamilan berikutnya, yang telah memiliki tekanan
darah tinggi atau gangguan pembuluh darah, atau yang menderita penyakit sel
sickle. Hal ini juga lebih sering terjadi pada anak gadis berusia 15 tahun atau
lebih muda dan wanita berumur 35 tahun atau lebih tua.

Berbagai macam preeclampsia akut, disebut sindrom HELLP, terjadi


pada beberapa wanita. Terdiri dari hal-hal berikut di bawah ini:
o Hemolysis(kerusakan sel darah merah)
o Kenaikkan kadar enzim hati, mengindikasikan kerusakan hati
o Jumlah platelet rendah, membuat darah tidak bisa menggumpal dan meningkatkan
resiko pendarahan selama dan sesudah persalinan.
1 dari 200 wanita yang menderita preeclampsia, tekanan darah menjadi cukup
tinggi untuk menyebabkan kejang; kondisi ini disebut eclampsia. Seperempat kasus
pada preeclampsia terjadi setelah melahirkan, biasanya pada 2 sampai 4 hari pertama.
Jika tidak diobati segera, eclampsia kemungkinan fatal.
Preeclampsia bisa menyebabkan pelepasan prematur pada plasenta dari
rahim(placentalabruption). Bayi pada wanita yang menderita preeclampsia 4 atau 5
kali lebih mungkin cepat mengalami masalah setelah melahirkan dibandingkan
dengan bayi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi. Bayi kemungkinan kecil
disebabkan kerusakan plasenta atau disebabkan lahir secara prematur.
Jika preeclampsia ringan terjadi pada kehamilan dini, istirahat di rumah
kemungkinan tercukupi, tetapi beberapa wanita harus menemui dokter sesering
mungkin. Jika preeclampsia bertambah parah, wanita biasanya dirawat di
rumahsakit. Di sana, mereka dirawat di tempat tidur dan diawasi ketat sampai janin
cukup matang untuk dilahirkan dengan selamat. Antihipertensis kemungkinan
diperlukan. Beberapa jam sebelum melahirkan, magnesium sulfate kemungkinan
diberikan secara infus untuk mengurangi resiko kejang. Jika preeclampsia terjadi
dekat tanggal kelahiran, persalinan biasanya diinduksi dan bayi dilahirkan.
Jika preeclampsia parah, bayi tersebut kemungkinan dilahirkan dengan
operasi sessar, yang merupakan jalan pintas, kecuali servik cukup terbuka(dilated)
untulk segera melahirkan normal. Cepat melahirkan mengurangi resiko komplikasi
pada wanita dan janin. Jika tekanan darah tinggi, obat-obatan untuk merendahkan
tekanan darah, seperti hydralazine atau labelatol, kemungkinan diberikan secara
infus sebelum melahirkan dilakukan. Pengobatan pada sindrom HELLP biasanya
sama pada preeclampsia berat.
Setelah melahirkan, wanita yang sudah menderita preeclampsia atau
eclampsia dipantau dengan ketat untuk 2 sampai 4 hari karena mereka meningkatkan
resiko serangan. Sebagaimana kondisi mereka terus menerus diperbaiki, mereka
dianjurkan untuk berjalan. Mereka bisa menetap di rumah sakit untuk beberapa hari,
tergantung pada keakutan preeclampsia tersebut dan komplikasinya. Setelah kembali
ke rumah, wanita ini bisa memerlukan obat-obatan untuk merendahkan tekanan
darah, secara khusus, mereka harus checkup setidaknya setiap 2 minggu untuk
beberapa bulan pertama setelah melahirkan. Tekanan darah mereka bisa tetaptinggi
untuk 6 sampai 8 minggu. Jika tetap tinggi, penyebabnya kemungkinan tidak
berhubungan dengan preeclampsia.

3. Diabetes selama kehamilan: sekitar 1 sampai 3% wanita hamil mengalami


diabetes selama kehamilan. Gangguan ini dikenal dengan diabetes gestational.
Tidak terdeteksi dan tidak terobati, diabetes gestational bisa meningkatkan resiko
pada masalah kesehatan wanita hamil dan janin dan resiko kematian pada janin.
Diabetes gestational paling sering terjadi pada wanita obesitas dan kelompok etnis
tertentu, terutama orang asli amerika, pulau pasifik, dan wanita meksiko,
Indian, dan keturunan asia.

Kebanyakan wanita dengan diabetes gestational mengalami hal itu


dikarenakan mereka tidak menghasilkan cukup insulin sebagaimana kebutuhan
insulin meningkat dalam kehamilan tua. Lebih banyak insulin dibutuhkan untuk
mengendalikan peningkatan kadar gula(glukosa) di dalam darah. Beberapa
wanita bisa memiliki diabetes sebelum hamil, tetapi tidak diketahui sampai
mereka hamil.

Beberapa dokter secara rutin memeriksa setiap wanita hamil untuk


diabetes gestational. Dokter lain memeriksa hanya wanita yang memiliki faktor
resiko untuk diabetes, seperti obesitas dan latar belakang etnis tertentu. Tes darah
digunakan untuk mengukur kadar gula garah dengan alat pantau gula darah
rumahan.
Pengobatan terdiri dari menghilangkan makanan bergula tinggi dari
makanan, makan untuk menghindari kelebihan berat badan selama kehamilan,
dan, jika kadar gula darah tinggi, diberikan insulin. Setelah melahirkan,
diabetes gestational biasanya hilang. Meskipun begitu, banyak wanita menderita
diabetes gestational mengalami diabetes jenis 2 sewaktu mereka menjadi tua.

4. Ketidakcocokan Rh: ketidakcocokan Rh terjadi ketika seorang wanita hamil


memiliki darah Rh-negatif dan janin memiliki darah Rh-positif, menurun dari
ayah yang memiliki darah Rh- positif. Sekitar 13% pernikahan di amerika
serikat, laki- laki yang memiliki darah Rh-positif dan wanita memiliki darah Rh-
negatif

Faktor Rh adalah molekul yang terjadi pada permukaan sel darah merah
pada beberapa orang. Darah ber Rh-positif jika sel darah merah memiliki faktor
Rh dan Rh-negatif jika tidak memiliki. Masalah dapat terjadi jika janin memiliki
darah Rh- positif memasuki aliran darah wanita tersebut. Sistem kekebalan tubuh
wanita tersebut bisa mengenali sel darah janin sebagai benda asing dan
menghasilkan antibodi, disebut antibody Rh, untuk menghancurkan sel darah
merah janirn. produksi pada antibodi ini disebut sensitization Rh Selama
kehamilan pertama, sensitization Rh adalah tidak mungkin, karena tidak ada
jumlah signifikan pada darah janin mungkin untuk memasuki aliran darah wanita
tersebut sampai melahirkan. Sehingga janin atau bayi yang baru lahir jarang.
mengalami masalah. Meskipun begitu, sekali wanita menjadi sensitif, masalah
lebih mungkin terjadi dengan setiap kehamilan berikutnya dimana darah janin
adalah Rh positif. Pada setiap kehamilan, wanita tersebut menghasilkan antibodi
Rh lebih cepat dandalam jumlah yang lebih banyak.

Jika antibodi Rh melintasi plasenta menuju janin, mereka bisa


menghancurkan beberapa sel darah merah janin. Jika sel darah merah cepat
dihancurkan dibandingkan janin menghasilkan yang baru. Janin bisa mengalami
anemia. beberapa kerusakan disebut penyakit hemolytic pada
janin(erythroblastosisfetalis) atau bayi yang baru
lahir(erythroblastosisneonatorum). Pada kasus berat, janin bisa mati.

Pada kunjungan pertama ke dokter selama kehamilan, wanita diskrining


untuk menentukan apakah mereka memiliki darah dengan Rh-positif atau Rh-
negatif. Jika mereka memiliki darah Rh-negatif, darah mereka diperiksa untuk
antibodi Rh dan jenis darah ayah dipastikan. Jika sang ayah memiliki darah Rh-
positif, sensitivitas Rh sebagai suatu resiko. Pada beberapa kasus, darah pada
wanita hamil diperiksa untuk antibodi Rh secara bertahap selama kehamilan.
Kehamilan bisa diproses sebagimana biasa selama tidak ada antibodi terdeteksi.

Jika antibodi terdeteksi, langkah-langkah kemungkinan diambil untuk melindungi


seberapa tinggi kadar antibodi. Jika kadar menjadi terlalutinggi, amniocentesis
kemungkinan dilakukan. Pada prosedur ini, jarum dimasukkan melalui kulit untuk
menarik cairan dari kantung ketuban. Kadar bilirubin(pigmen kuning dihasilkan dari
penguraian sel darah merah yang normal) diukur pada contoh cairan. Jika kadar ini
terlalu tinggi, janin diberikan transfusi darah. biasanya transfusi diberikan sampai
janin cukup matang untuk dilahirkan dengan selamat. Kemudian persalinan
diinduksi. Bayi tersebut bisa memerlukan tambahan transfusi setelah lahir.
Kadangkala tidak ada transfusi yang diperlukan sampai setelah lahir.

Sebagai tindakan pencegahan, wanita yang memiliki darah Rh-negatif diberikarn


suntikan antibodi Rh pada 28 minggu kehamilan dan dalam 72 jam setelałh
melahirkan bayi yang memiliki darah Rh-positif, bahkan setelah keguguran atau
aborsi. Antibodi yang diberikan disebut RhO, D) immune globulin. Pengobatan ini
menghancurkan setiap sel darah merah dari bayi yang telah memasuki aliran darah
wanita tersebut. dengan demikian, tidak terdapat sel darah merah dari bayi untuk
memicu produksi antibodiy oleh wanita ini, dan kehamilan berikutnya biasanya tidak
membahayakan.

5. Lemak hati pada kehamilan: gangguan langka ini terjadi ke arah kehamilan tua.
Penyebab tersebut tidak diketahui. gejala-gejala termasuk mual, muntah, perut
tidak nyaman, dan penyakit kuning. Gangguan tersebut bisa segera memburuk,
dan gagal hati bisa terbentuk. Diagnosa didasarkan pada tes fungsi hati dan
kemungkinan dipastikan dengan biopsi hati. Dokter bisa menyarankan untuk
segera menghentikankehamilan. Resiko kematian untuk wanita dan janin adalah
tinggi, tetapi m yang bertahan sepenuhnya sembuh. Biasanya, gangguan terseb
pada kehamilan berikutnya. erekaut tidak berulang

6. Peripartumcardiomyopathy dinding jantung kemungkinan rusak pada kehamilan


tua atau setelah melahirkan, menyebabkan peripartumcardiomyopathy. Penyebab
tersebut tidak diketahui. peripartumcardiomyopathy cenderung terjadi pada
wanita yang telah beberapa kali hamil, yang lebih tua, yang kandungannya
kembar, atau yang mengalami preeklamsia. Pada beberapa wanita, fungsi
jantung tidak kembali normal setelah kehamilan. Mereka bisa mengalami
peripartumcardiomyopathy pada kehamilan berikut. Wanita ini harusnya tidak
hamil kembali. Peripartumcardiomyopathy bisa terjadi pada gagal jantung yang
diobati.

Masalah-masalah dengan cairan ketuban terlalu banyak cairan


ketuban(polyhydramnios) pada selaput yang mengandung janin(kantung ketuban)
meregangkan rahim dan memberi tekanan pada diafragma wanita hamil. Komplikasi
ini bisa menyebabkan masalah-masalah pemafasan berat untuk wanita waktunya.
atau persalinan sebelum.

Terlalu banyak cairan cenderung menumpuk ketika wanita hamil mengalami


diabetes, mengandung lebih dari satu janin(kehamilan ganda), atau menghasilkan
antibodi Rh menuju darah janin. Penyebab lain adalah kerusakan lahir pada
janin,khususnya penyumbatan belakan diketahui. kerongkongan atau kerusakan pada
otak dan tulang g(seperti spina bifida). Sekitar separuh waktu, penyebab tersebut
tidak Cairan ketuban yang terlalu sedikit(oligohydramnios) bisa juga menyebabkan
masalah-masalah. Jika jumlah cairan sangat berkurang, paru-paru janin
kemungkinan tidak matang dan janin kemungkinan tertekan, mengakibatkan kelainan
bentuk; kombinasi pada kondisi ini disebut sindrom Potter.

Cairan ketuban yang terlalu sedikit cenderung terbentuk ketika janin


mengalami kerusakan pada saluran kemih, tidak berkembang seperti yang
diharapkan, atau meninggal. Penyebab lain termasuk penggunaan penghambat enzim
angiotensin- converting(ACE), seperti enalapril atau captopril, pada trisemester ke-2
dan ke-3. Obat-obatan ini diberikan selama kehamilan hanya ketika mereka harus
digunakan untuk mengobati gagal jantung berat atau tekanan darah tinggi.
Menggunakan obat obatannonsteroidalantiimflammatory(NSAIDs) di akhir
kehamilan bisa juga mengurangi jumlah cairan ketuban.

7. Plasenta previa: plasenta previa adalah penanaman pada plasenta sepanjang atau
di dekat servik, lebih rendah pada bagian atas rahim. Plasenta bisa seluruhnya
atau sebagian menutupi pembukaan servik. Plasenta previa terjadi dalam 1 dari
200 kelahiran, biasanya pada wanita yang mengalami lebih dari sekali kehamilan
atauyang mengalami kelainan struktur pada rahim, seperti fibroid.
Plasenta previa dapat menyebabkan pendarahan tanpa nyeri dari vagina yang
secara tiba-tiba terjadi pada kehamilan tua. Darah kemungkinan merah menyala.
Pendarahan bisa menjadi besar, membahayakan nyawa pada wanita dan janin.

Ultasonografi membantu dokter mengindentifikasi plasenta previa dan


membedakannya dari suatu pelepasan plasenta secara prematur(placentaabruption)

Ketika mengalami pendarahan parah, wanita dirumah sakitkan sampai


melahirkan, khususnya jika plasenta terletek di sepanjang servik. Wanita yang
mengalami pendarahan parah memerlukan transfusi darah berulang. Ketika
pendarahan ringan dan melahirkan tidak segera terjadi, dokter biasanya
menganjurkan istirahat total di rumah sakit. Jika pendarahan berhenti, wanita
biasanya dianjurkan untuk berjalan. Jika pendarahan tidak terjadi, mereka biasanya
dipulangkan ke rumah, disiapkan dimana mereka bisa kembali dengan mudah ke
rumah sakit. Operasi sessar hampir selalu dilakukan sebelum persalinan dimulai.
Jika wanita dengan plasenta previa akan bersalin, plasenta cenderung menjadi lepas
sangat cepat, menghentikan suplai oksigen bayi. Kebocoran oksigen bisa
mengakibatkan kerusakan otak atau masalah- masalah lain pada bayi.

8. Placentalabruption(abruptioplacentae): placentalabruption adalah pelepasan


prematur dari plasenta dengan posisi normal dari dinding rahim. Plasenta bisa
lepas tidak lengkap( kadangkala hanya 10 sampai 2096) atau secara utuh.
Penyebabnya tidak diketahui, pelepasan plasenta terjadi dalam 0.4 sampai 3.5%
pada seluruh kelahiran. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada wanita yang
mengalami tekanan darah tinggi(termasuk preeklampsia) dan pada wanita yang
menggunakan kokain.

Rahim berdarah dari tempat dimana plasenta menempel. Darah bisa melewati servik
dan keluar dari vagina sebagai pendarahan luar, atau kemungkinan terjebak di
belakang plasenta sebagai pendarahan concealed. Gejala-gejala tergantung pada
tingkat pelepasan dan jumlah darah yang hilang(yang kemungkinan banyak).
Gejalanya bisa termasuk nyeri perut tiba-tiba berlanjut atau kram, lunak ketika perut
ditekan, dan membal. Pelepasan prematur pada plasenta bisa menyebabkan ping
pembuluh darah(disseminatedintravascularcoagulation), gagal ginjal, dan
pendarahan ke dalam dinding rahim, khususnya pada wanita hamil yang juga
mengalami preeklampsia. Ketika plasenta penyebarluasan penggumpalan di sam
lepas, suplai oksigen dan nutrisi untuk janin kemungkinan berkurang.

Faktor risiko bagi kematian ibu(mortalitas) dapat dibedakan, adalah:


1. Faktor-faktor reproduksi
- Usia
- Paritas
- Kehamilan tak diinginkan
2. Faktor-faktor komplikasi kehamilan
o Perdarahan pada abortus spontan/alamialh
o Kehamilan ektopik/diluarcavum endometrium
o Perdarahan pada trimester III kehamilan
o Perdarahan postpartum
o Infeksi nifas.
o Gestosis/keracunan kehamilan
o Distosia/kesulitan persalinan
o Abortus provokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan
o Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan
o Asuhan medis yang kurang baik .
MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

 SELVI SAFITA
 SITTI RAHMAH
 NIDYA PRADICHA
 DINI INDRAWATI
 HASTIN
 RITA PUJI ASTUTI
 PUTRI REKMIANAN EKAWATI

JURUSAN D-IV KEBIDANAN TK.II

POLTEKKES KEMEMNTRIAN KESEHATAN KENDARI


2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh ibu
Halijah,SKM.,M.Kescsebagai dosen mata kuliah Dokumentasi Kebidanan.Adapun tugas ini
berupa makalah dengan judul ”Epidemiologi dalam Kebidanan”.

Dalam menyusun makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-
teman dari kelompok 4 atas partisipasi dan kerjasamanya dalam menyusun dan
menyelesaikan makalh ini.Adapun yang menjadi referensi dan acuan kami dalam
menyelesaikan makalah ini yaitu media elektronik dan media cetak.

Kami juga menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah


ini.Oleh karena itu untuk penyempurnaannya kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Kendari,26 Maret 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu ke waktu.
Perkembangan itu dilaterbelakangi oleh beberapa hal yaitu tantangan zaman dimana
terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit. Sewaktu zaman John Snow,
epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah penyakit infeksi dan wabah.
Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak
menular, dan epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah penyakit semata
tetapi hal-hal baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit,
serta masalah kesehatan secara umum dan perkembangan ilmu pengetahuan
lainnya.Pengetahuan kedokteran klinik berkembang begitu pesat disamping
perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku.
Perkembangan ilmu-ilmu ini juga membuat ilmu epidemiologi semakin berkembang.
Dengan demikian, terjadilah perubahan dan perkembangan dasar berpikir para
ahli kesehatan masyarakat, khususnya epidemiologi dari masa ke masa sesuai dengan
kondisi zaman dimana mereka berada
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu epidemiologi dalam kebidanan
2. Penanganan dalam kebidanan.
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen
2. Untuk mengetahui epidemiologi dalam kebidanan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Epidemiologi dalam layana kebidana mengakaji distribusi dan determinan peristiwa


mordibitas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan. Dimana pelayana kesehatan
dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Didalamnya termasuk pelayana kesehatan ibu, yang berupaya agar setiap ibu
hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Secara keseluruhan fungsi
pokok epidemiologi adalah untuk memastikan bahwa di dalam suatu populasi terdapat
kelompok yang memiliki angka penyakit, ketidakmampuan, cedera, atau bahkan angka
kematian. Epidemiologi memiliki peran yang pasti dalam kegiatan pengendalian dan
pencegahan bukan saja penyakit menular tetapi juga penyakit kronis sekaligus penyakit dan
kondisi yang berkaitan dengan gaya hidup dan perilaku.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan


memahami tentang epidemiologi sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan
pada proses penyebaran penyakit. Serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
supaya dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang menjadi permasalahan
dalam pelayanan kebidanan selama ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3

A. Laatar belakang...................................................................................................3
B. Rumusan masalah3
C. Tujuan.................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4

A. Epidemiologi dalam kebidanan...........................................................................5


B. Definisi................................................................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................................7
D. Manfaat...............................................................................................................8
E. Terjadinya penyakit atau masalah kesehatan......................................................10

BAB III PENUTUP........................................................................................................24

A. Kesimpulan.........................................................................................................24
B. Saran...................................................................................................................24

Anda mungkin juga menyukai