Anda di halaman 1dari 7

RESUME PERTEMUAN MINGGU 2

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas


Dosen Pengampu : Ns. Hanni Rasny,S.Kep.,M.Kep.

oleh

KELOMPOK 2 :

Layinatul Qori’ah 152310101051


Ihda Nur Afifah 162310101007
Mery Aliza 162310101011
Elvinia Melifera 162310101025
Evi Rositah 162310101033
Nindya Rahma O. 162310101038

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
A. Resume Teori Tatap Muka

1. Epidemiologi

Epidemiologi berasal dari istilah Yunani yaitu logos (studi), demos (orang), dan
epi (atas), yang berarti "studi tentang apa yang ada pada orang-orang." Populasi ini
mengacu pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, usia, dan tempat tinggal.
Sedangkan definisi dari epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor
penentu keadaan atau kejadian yang terkait dengan kesehatan pada suatu populasi
tertentu dan penerapan penelitian ini untuk meningkatkan kesehatan. Studi
epidemiologi telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengidentifikasi
faktor risiko penyakit. Jadi, epidemiologi metode penelitian adalah metode yang baik
untuk menyelidiki peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan.(Anderson, E, T,
dan J. M. Farlane, 2011)

Epidemiologi pada saat ini telah memperluas ruang lingkupnya dengan


mencakup gaya hidup, strategi promosi kesehatan, kondisi lingkungan, dan faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan.

1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif mempelajari kejadian dan distribusi penyakit atau masalah
yang berkaitan dengan kesehatan (Lilien-feld, 1998 dalam Lapau, B, dan Alip
Birwin, 2017 )

Epidemiologi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1) Laporan kasus dan studi kasus


a. Laporan kasus
b. Studi kasus
2) Studi Korelasi
a. Analisa seri waktu
b. Korelasi ekologis
3) Studi penampang

Data dari studi epidemiologi deskriptif diperlukan pengujian lebih lanjut dan
biasanya melibatkan beberapa bentuk kuantifikasi dan analisis statistik. Studi
deskriptif umumnya mendahului studi analitik.

2. Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara
penyakit tertentu atau masalah kesehatan dan etiologinya. Epidemiologi dibagi
dalam 2 kelompok (Kelsey, 1986 dalam Lapau dan Birwin, 2017) , yaitu:
1) Studi Observasional
a. Studi penampang analitik
b. Studi kohort prospektif
c. Studi kohort retrospektif
d. Studi kasus control
2) Studi intervensi yang terdiri atas jenis
a. Studi sebelum dan sesudah intervensi dengan control
b. Trial klinik yang dirandomisasi
c. Trial komunitas yang dirandomisasi
2. Demografi

Kata dari Demografi adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos, yang berarti
penduduk dan juga grafein, yang berarti menulis. Dengan demikian demografi
diartikan sebagai tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat atau
penduduk. Hal ini pertama kali digunakan oleh Achille Guillard, dalam karangannya
yang berjudul Elements de Statistique Humaine on Demographic Compares (Yasin et
al.).

Deskripsi Tindakan Kesehatan

a. Pengukuran Demografi

Secara karakteristik manusia tertentu, atau disebut demografi, dapat


dikaitkan dengan kesehatan atau penyakit. Usia, ras, jenis kelamin, etnis,
pendapatan, dan tingkat pendidikan merupakan demografi penting yang dapat
mempengaruhi hasil kesehatan. Sebagai contoh, kemungkinan pria lebih banyak
untuk mengembangkan penyakit jantung daripada wanita, dan wanita Afrika-
Amerika lebih banyak kemungkinan daripada wanita Kaukasia untuk melahirkan
bayi dengan berat badan rendah (biasanya didefinisikan sebagai bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 g saat lahir). Untuk merencanakan kesehatan suatu
komunitas, perawat harus akrab dengan karakteristik demografi masyarakat dan
dengan masalah kesehatan yang terkait dengan karakteristik tertentu.
b. Morbiditas dan Mortalitas

Meskipun epidemiologi menggambarkan distribusi dan determinan dari


kedua kesehatan tersebut dan keadaan sakit, kesehatan sulit diukur. Karena itu,
banyak ukuran "Kesehatan" dinyatakan dalam bentuk morbiditas (penyakit) dan
mortalitas (kematian).

c. Insidensi

Insiden kondisi kesehatan atau penyakit apa pun mengacu pada jumlah orang
di populasi yang mengembangkan kondisi selama jangka waktu tertentu. Insidensi
mengukur tingkat di mana orang-orang tanpa penyakit mengembangkan penyakit
selama jangka waktu tertentu (yaitu, jumlah kasus baru penyakit dalam suatu
populasi selama periode waktu). Secara matematis, tingkat insiden selama periode
waktu adalah diekspresikan sebagai:

Tingkat insiden menggunakan frekuensi kasus baru di pembilang. Penyebutnya


untuk tingkat insiden adalah populasi yang berisiko. Misalnya, untuk menghitung
tingkat kejadian kanker payudara pascamenopause, wanita yang masih premenopause
tidak akan menjadi bagian dari populasi yang berisiko. Insiden sangat khusus penting
untuk penelitian epidemiologi analitik karena memungkinkan estimasi risiko yang
diperlukan untuk menilai hubungan kausal (risiko relatif).

d. Prevalensi

Prevalensi penyakit atau kondisi mengacu pada jumlah total orang di


populasi yang memiliki kondisi pada waktu tertentu. Dengan demikian, prevalensi
bisa terjadi dihitung dalam "satu-shot" cross-sectional (slice of time) atau belajar
retrospektif (mencari mundur). Secara matematis, prevalensi dinyatakan sebagai:

e. Memahami Insiden dan Prevalensi


Ukuran kejadian dan prevalensi memberikan informasi yang berbeda. Untuk
mengerti hubungan antara insiden dan prevalensi, pertimbangkan jumlah
penumpang di kereta api. Jumlah penumpang mewakili prevalensi (penyakit yang
ada, kasus lama dan baru); Jumlah penumpang naik mewakili insiden (kasus baru
tentang penyakit); penumpang yang turun dari kereta mewakili individu yang baik
memulihkan atau mati. Baik jumlah kasus baru yang masuk dan jumlah individu
dengan penyakit yang meninggalkan, baik melalui kematian atau melalui
pemulihan dari penyakit mempengaruhi prevalensi. Jumlah penumpang di kapal
akan meningkat jika jumlahnya penumpang naik (kasus baru) tinggi, jika jumlah
penumpang yang keluar rendah (lebih sedikit kematian atau tingkat kelangsungan
hidup yang meningkat karena pengobatan baru), atau keduanya terjadi.
Sebaliknya, prevalensi akan menurun ketika jumlah kasus baru rendah atau kapan
orang meninggal atau orang sembuh dari penyakit atau keduanya.

3. IKL (Ilmu Kesehatan Lingkungan)

Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari


dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan
berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk
penanggulangan dan pencegahannya (Chandra, 2007 di dalam Ikhtiar, 2016).
Paradigma Kesehatan Lingkungan
a. Situasi di Indonesia
ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk
dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Menurut
Profil Dirjen PP&PL tahun 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia akibat
pneumonia. sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ke tahun kian
meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu
meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per
1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali
meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.
b. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Konsep dasar paradigma kesehatan lingkungan adalah, bahwa terjadinya
derajat status kesehatan karena interaksi antara agen, pejamu dan lingkungan
1. Interaksi agen dan lingkungan: Ketahanan bakteri terhadap sinar
matahari Stabilitas vitamin di dalam lemari pendingin
2. Interaksi agen dan pejamu: Timbulnya gejala dan tanda penyakit
3. Interaksi pejamu dan lingkungan: Ketersediaan fasilitas kesehatan
Kebiasaan penyiapan makanan Keadaan ruangan (panas, dingin)

c. Identifikasi dan Evaluasi Jalur Pemajanan


 Elemen 1 – Sumber Pencemar
 Elemen 2 – Media Lingkungan dan transport
 Elemen 3 – Titik Pemajanan
 Elemen 4 – Lintas Pemajanan
 Elemen 5 – Populasi Reseptor
d. Konsep Dasar Penilaian, Pengukuran Pemajanan Dan Pengukuran Dampak
Kesehatan Lingkungan, Maupun Pelaksanaan Sistem Pemantauan.
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22 ayat (1)
bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki Amdal” dan Pasal 34 ayat (1) bahwa “setiap
usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal,
wajib memiliki UKL–UPL”. Dokumen lingkungan ini digunakan sebagai
instrumen pencegahan pencemaran dan untuk meminimalisasi dampak yang
dihasilkan dari usaha, maka setiap pemrakarsa yang usahanya menghasilkan
dampak negatif ke lingkungan baik fisik maupun non fisik diwajibkan untuk
membuat dokumen kelayakan lingkungan sebelum usaha tersebut berjalan.
Setelah mendapatkan rekomendasi UKL–UPL dan kegiatan berjalan maka
pemrakarsa harus melakukan pelaporan secara periodik kepada instansi
lingkungan hidup di wilayah administratifnya.
Peran yang efektif dari pemerintah diperlukan dalam dokumen
lingkungan, agar dapat lebih meningkatkan kualitas dan integritas dokumen
lingkungan. Koordinasi/hubungan dan mekanisme kerja antar pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota sangat diperlukan, sehingga terdapat kejelasan mandat,
untuk menghindarkan terjadinya kerancuan dan tumpang-tindihnya wewenang
dan tanggung jawab di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
Sosialisasi dan komunikasi menjadi kunci penting bagi implementasi
pembangunan berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E, T, dan J. M. Farlane. 2011. Community as Partner: Theory and Practice
in Nursing. Edisi 6. Wolters Kluwer Health

Lapau, B, dan Alip Birwin. 2017. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Kencana

Swarjana, I. K. 2017. Ilmu Kesehatan Masyarakat-Konsep, Strategi dan Praktik.


Yogyakarta. Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai