Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit tersebut terutama menyerang anak-anak dengan ciriciri: (1) demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari; (2) manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena atau hematuria) termasuk uji torniquet (rumple-leed positif); (3) trombositopeni (jumlah trombosit 100.000 ul); (4) hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%); disertai dengan atau tanpa hepatomegali dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan kematian. Penyebab penyakit DBD adalah Arthropod borne virus, genus flavivirus, dan terdiri dari 4 serotipe, yaitu serotipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribu sinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1, dan Dengue-4. Penularan penyakit ini umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular Dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian > 1000 meter di atas permukaan laut. Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan atau dinyatakan apabila : Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet /Rumple Leede positif) Trombositopenia (jumlah trombosit 100.000 /l, dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) Atau Hasil pemeriksaan serologis pada tersangka DBD :

Menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan HI test atau terjadi peninggian positif IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (Diagnosis Laboratoris) Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2005 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di seluruh

Kota/Kabupaten di Indonesia dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun serta sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan tidak sedikit menyebabkan kematian. Pada tahun 1968 hingga saat ini terjadi peningkatan kasus dan meluasnya penyebaran penyakit serta angka kematian DBD yang masih relatif tinggi dan berpotensi terjadi KLB. Penyakit ini bersifat musiman yaitu biasanya pada musim hujan yang memungkinkan vektor penular (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) hidup di genangan air bersih. Pada tahun 2006 jumlah kasus DBD Indonesia yang dilaporkan sebanyak 114.656 penderita (IR: 52,48/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 1.196 (1,04%). Di tahun 2007 jumlah kasus telah mencapai 124.811 (IR: 57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR: 1,02%). Jumlah kasus DBD di DKI Jakarta pada tahun 2008 menurun dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2007, jumlah penderita DBD sebanyak 31.836 orang atau setara dengan 356 per 100 ribu orang. Sedangkan di tahun 2008 menjadi 27.400 kasus DBD atau setara dengan 306 per 100 ribu orang. Jumlah pasien yang meninggal akibat DBD pun dapat ditekan yaitu dari 86 orang di tahun 2007 menjadi 26 pada tahun 2008. Tahun 2009, kasus DBD dilaporkan secara nasional dengan jumlah 137.600 dan di Propinsi DKI Jakarta dengan jumlah 18.325 kasus. Berdasarkan angka kejadian, Provinsi DKI Jakarta ternyata menjadi penyumbang kedua terbesar kasus demam berdarah dengue secara nasional, Jakarta berada di bawah Provinsi Bali yang berada di urutan pertama. Sementara Indonesia sendiri berada di urutan pertama secara internasional. Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk. Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di
2

Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus, sebanyak 1.317 penderita diantaranya meninggal dunia. Kasus DBD di Jakarta Utara tahun 2010 sebanyak 4784 kasus. Sejak Januari hingga Maret 2011 ini, DBD di Jakarta Utara mencapai 485 kasus. Selama periode Januari hingga awal Maret, jumlah kasus DBD terbanyak terjadi di kecamatan Tanjung Priok dengan 135 kasus dan kecamatan Koja sebanyak 95 kasus. Walaupun angka penyakit DBD di wilayah DKI Jakarta sudah cenderung menurun, namun Indonesia masih menempati tertinggi kasus DBD di ASEAN. Menyingkapi keadaan tersebut, Pemerintah membuat peraturan perundangan yang terkait dengan program pengendalian DBD, yaitu: 1. Peraturan Perundang-Undangan Inti
y KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992) Tentang Pemberantasan Penyakit

Demam Berdarah Dengue.


y KEPMENKES No. 92 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue.
y KEPMENDAGRI No. 31-VI Tahun 1994 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja

Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) Tim Pembina LKMD Tingkat Pusat. 2. Peraturan Perundang-Undangan Penunjang, antara lain:
y y

UU No. 4 Tahun 1994 tentang Wabah Penyakit Menular (pasal 1-15). PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (BAB I, BAB II, BAB III s/d XI)

PERDA (Peraturan Daerah), contoh: Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2044 tahun 2004 Tentang Satuan Biaya untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pengasapan (Fogging), Operasional ULV, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta. Tujuan umum program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2DBD)

menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DepKes RI

tahun 2007 adalah menurunkan angka kesakitan, menurunkan angka kematian, dan mencegah kejadian luar biasa (KLB). Indikator-indikator P2DBD tahun 2010 adalah : 1. 2. 3. 4. Penderita yang ditangani sebesar 100% Menurunkan angka kesakitan menjadi < 20/100.000 penduduk Menurunkan angka kematian menjadi < 1% Angka Bebas Jentik (ABJ) > 95%

Kegiatan Pokok Program Pengendalian Demam Berdarah Dengue adalah : 1. 2. 3. 4. Pengendalian faktor risiko penyakit DBD Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah Penemuan dan tatalaksana penderita DBD Peningkatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 5. Pelayanan dukungan administrasi dan manajemen

Peningkatan angka kasus DBD dari tahun ke tahun membuat Depkes menetapkan program dalam rangka penanggulangan masalah DBD di puskesmas. Kegiatan Pokok Program Pemberantasan DBD di puskesmas meliputi beberapa kegiatan yaitu: 1. Mengobati/merawat/merujuk tersangka/ penderita DBD ke rumah sakit. 2. Melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE). 3. Melaksanakan Penanggulangan Fokus yang terdiri dari satu atau lebih kegiatan sebagai berikut: PSN DBD, Larvasidasi, Penyuluhan atau Fogging fokus (bila memenuhi kriteria) bekerja sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. 4. Melaksanakan pemeriksaan jentik berkala (PJB) setiap 3 bulan. 5. Menyelenggarakan pelatihan petugas penyemprotan di desa/kelurahan. 6. Menyelenggarakan pertemuan/pelatihan/pembinaan kader dan juru pemantau jentik (jumantik) dalam penggerakkan PSN DBD. 7. Melaksanakan penyuluhan intensif melalui berbagai metode dan media. 8. Memfasilitasi pertemuan lintas program dan lintas sektor (pertemuan Pokja/ Pokjanal desa, kelurahan/kecamatan secara berkala). 9. Melaksanakan kegiatan gerakan 3M sebelum masa penularan (G 3M SMP). 10. Melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN) yang sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah berdasarkan hasil survei/penelitian.
4

11. Melaksanakan sistim kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB. 12. Mengirimkan laporan hasil kegiatan program secara rutin ke kabupaten/kota. Dengan dilaksanakannya program tersebut, diharapkan dapat mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD serta mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat DBD. Alur kinerja Puskesmas Kelurahan Lagoa dalam program P2DBD:
Pasien daftar di Loket Pendaftaran, menunjukkan kartu identitas dan membayar biaya registrasi

Pasien mendapat nomor registrasi dan menunggu giliran di ruang tunggu

Pasien masuk ke BPU ketika nomor antriannya dipanggil

Anamnesis: bila panas 2-7hari tanpa sebab jelas Pemeriksaan fisik: tanda perdarahan spontan min. uji tourniquet, bila (+) periksa Ht, Tr Pasien dimasukkan ke buku registrasi dengan kode diagnosis 0405

Selain itu juga petugas puskesmas ikut serta dalam kegiatan PJB dan PSN yang dilakukan setiap minggu untuk mengawasi dan memberi penyuluhan kepada jumantik sebelum PSN dilaksanakan

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan dan pemberantasan demam berdarah dengue di Puskesmas Kelurahan Lagoa. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran pelaksaan dan pencapaian program P2DBD. 2. Menilai masukan, proses, keluaran dampak, umpan balik, dan lingkungan dari program P2DBD. 3. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan program P2DBD 4. Memberikan saran penyelesaian masalah yang mampu laksana

BAB II KERANGKA EVALUASI

4) LINGKUNGAN

1) MASUKAN

2) PROSES

3) KELUARAN

6) DAMPAK

5) UMPAN BALIK

KETERANGAN 1.Masukan:
y Tenaga y Dana y Sarana: medis y ABJ dan HI y PSN y Penyuluhan Kesehatan dan

dan non

Pembinaan Masyarakat 4.Lingkungan:

Peran

Serta

medis
y Metode: medis dan non

medis 2.Proses:
y Perencanaan y Pengorganisasian y Pelaksanaan y Pencatatan dan Pelaporan y Pengawasan

y Lingkungan fisik y Lingkungan non fisik

5.Umpan Balik: Rapat meliputi pembahasan laporan dan kegiatan serta laporan dari instansi lain

ataupun masyarakat. 6.Dampak:


y Angka morbiditas y Angka mortalitas.

3.Keluaran:
y Penyelidikan Epidemiologi y Fogging

Tujuan kerangka evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Puskesmas Kelurahan Lagoa dalam program P2DBD data primer dan sekunder mengenai kegiatan program P2DBD (keluaran) yang ditemukan di puskesmas Kelurahan Lagoa dibandingkan dengan target menurut standar Depkes Menyusun prioritas masalah dengan metode pembobotan

Menyimpulkan penyebab masalah dari bagian masukan, proses, lingkungan dan umpan balik Memberikan saran yang mampu laksana bagi masalah tersebut.

BAB III ANALISA SITUASI METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 15 Juni 17 Juni 2011 di Puskesmas Kelurahan Lagoa, Puskesmas Kecamatan Koja, dan kantor Kelurahan Lagoa. 3.1 Data Umum Data Puskesmas Lagoa 1. Luas Wilayah Kerja : 157,99 km2, yang mencakup 18 RW dan 222 RT. 2. Jumlah penduduk Lagoa: 60.875 jiwa dengan kepadatan 384 jiwa/Ha 3. Lokasi dan transportasi Puskesmas : Puskesmas berada di tengah pemukiman padat penduduk. Daerah sekitar Puskesmas selokan tidak jalan, tergenang air dan dipenuhi kotoran serta banyak sampah, berwarna kehitaman. Transportasi menuju Puskesmas relatif mudah didapat bagi penduduk sekitar yaitu dengan menggunakan bemo, motor, kancil, bajaj, atau becak. 3.2 Data Khusus Tabel 1. Jenis Data, Sumber Data, Cara Pengambilan Data dan Variabel No Jenis Data dan Sumber Data Cara Pengambilan Data Variabel

A. DATA PRIMER 1. Bapak Achmad Yani Petugas Program Pengendalian DBD, penanggung jawab Tata Usaha Umum Puskesmas Kelurahan Lagoa Wawancara (16 Juni 2011)  Tenaga  Dana  Sarana medis dan non medis  Metode non medis  Perencanaan  Pengorganisasian  Pelaksanaan Medis (PE, penyuluhan secara individu dan kelompok)

 Pencatatan dan pelaporan  Pengawasan 2. dr. Mauludin dokter umum di Puskesmas Kelurahan Lagoa Wawancara (16 Juni 2011)  Tenaga  Sarana medis  Metode medis  Pelaksanaan medis (penemuan dan penatalaksanaan penderita, pelatihan dokter) 3. Bapak Dedi Supriadi selaku Koordinator Petugas P2P DBD Puskesmas Kecamatan Koja Wawancara (16 Juni 2011)  Tenaga (petugas P2P DBD, petugas PE, petugas fogging)  Dana  Metode medis (pencatatan dan pelaporan kasus DBD)  Metode non medis (metode penyelidikan epidemiologi, metode pemberantasan dan pengendalian vektor)  Pelaksanaan PE  Pencatatan dan pelaporan.  Keluaran (laporan kasus yang ditindaklanjuti dengan PE, penyuluhan kesehatan)

10

 Lingkungan  Umpan balik 4. Ibu Widya selaku Kepala seksi Kesejahteraan Masyarakat di Kantor Kelurahan Lagoa Wawancara (16 Juni 2011)  Tenaga( kader/ jumantik)  Dana  Sarana non medis  Metode pelaporan dan pencatatan kasus DBD  Metode pemberantasan dan pengendalian vektor  Metode pengamatan jentik  Metode penyuluhan masyarakat  Metode pengawasan dan pelatihan kinerja jumantik  Metode Pembinaan PSN  Perencanaan  Pengorganisasian  Keluaran (jumlah rumah dan TTU yang melakukan PSN 30 menit, jumlah rumah dan TTU yang dilakukan PJB) 5. Lembar kerja primer (Status pasien rawat jalan Balai Pengobatan Umum (BPU) Puskesmas Kelurahan Lagoa, buku register) Melihat status pasien dan buku register  Metode medis  Pelaksanaan medis (penemuan dan penatalaksanaan

11

penderita) 6. Observasi lapangan Melakukan pengamatan dengan pencatatan.  Tenaga  Sarana medis  Sarana non medis  Metode medis  Pengorganisasian  Pencatatan dan pelaporan  Lingkungan B. DATA SEKUNDER 1 Laporan Bulanan Kelurahan Lagoa Mei 2011. Didapat dari Kantor Lurah Lagoa  Keadaan geografis & demografis wilayah kelurahan 2 Laporan kasus DBD Kelurahan Lagoa bulan Maret - Mei tahun 2011 Didapat dari Puskesmas Kecamatan Koja dan website www.surveilansdinkessdki.net  Dampak (jumlah penderita DBD, jumlah kematian akibat DBD, dan kejadian luar biasa) 3 Laporan hasil PE Kelurahan Lagoa bulan Maret Mei tahun 2011. Didapat dari Puskesmas Kecamatan Koja  Metode non medis (penyelidikan epidemiologi)  Pelaksanaan PE  Keluaran (apakah laporan kasus DBD ditindaklanjuti dengan PE) 4 Laporan pelaksanaan fogging Puskesmas Kecamatan Koja bulan Maret-Mei tahun 2011. Didapat dari Puskesmas kecamatan Koja  Metode non medis (pemberantasan dan pengendalian vektor)  Pelaksanaan fogging  Keluaran (jumlah kasus PE (+) yang ditindaklanjuti
12

dengan fogging) 5 Laporan PJB Jumantik Didapat dari Kantor Kelurahan Lagoa  Pelaksanaan PJB  Keluaran (jumlah rumah dan TTU yang dilakukan PJB)  Keluaran (Angka Bebas Jentik, Container Index, House Index)

Kelurahan Lagoa bulan Maret Mei 2011

Tabel 2. Jumlah Kasus DBD di Puskesmas Kelurahan Lagoa Periode bulan Maret 2011 - Mei 2011 Bulan Maret April Mei Total Jumlah Kasus DBD 1 0 1 2

Sumber : Puskesmas Kelurahan Lagoa Tabel 3. Jumlah Kematian akibat DBD di Puskesmas Kelurahan Lagoa Periode bulan Maret 2011 - Mei 2011 Bulan Februari Maret April Total Jumlah Kematian 0 0 0 0

Sumber : Puskesmas Kelurahan Lagoa

13

Tabel 4. Jumlah PE dan Fogging Puskesmas Kelurahan Lagoa Periode Maret 2011 Mei 2011 No. Bulan Belum Total Jumlah Jumlah ada Fogging Fogging PE Tidak PE PE(- Bukan Tidak Siklus Siklus ada (+) ) DBD ditemukan 1 2 data 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 Sumber : Puskesmas Kelurahan Lagoa Sudah dilakukan PE

1 2 3

Maret April Mei


TOTAL

Tabel 5. Data Jumantik di Puskesmas Kelurahan Lagoa tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 RW RT Jumlah Jumantik Jumlah Koordinator Jumantik 01 16 16 1 02 16 16 1 03 18 18 1 04 15 15 1 05 12 12 1 06 10 10 1 07 18 18 1 08 16 16 1 09 14 14 1 10 12 12 1 11 15 15 1 12 9 9 1 13 5 5 1 14 9 9 1 15 12 12 1 16 12 12 1 17 8 8 1 18 5 5 1 TOTAL 222 222 18 Sumber : Kelurahan Lagoa

14

Tabel 6. Angka Bebas Jentik, House Index, dan Container Index Per RW di Wilayah Puskesmas Kelurahan Lagoa periode Maret - Mei 2011
RW Total Rumah/ TTU Jentik (+) Jentik (-) Container Container yang diperiksa 109 415 47 337 400 72 1023 690 160 283 137 51 289 47 35 100 82 260 4537 3156 4766 3627 7495 5556 2413 5603 6132 4353 3009 4657 3877 1603 3112 2737 4798 3142 2823 72859 27836 26612 21098 34227 19629 18996 27383 35926 32507 20424 28385 17087 10515 24662 19678 23257 15411 14943 418576 142 480 2006 324 411 87 1988 946 300 275 186 73 347 48 38 119 101 254 8125 96.66 91.99 98.72 95.70 93.28 97.10 84.56 89.89 96.45 91.40 97.14 98.70 84.73 98.51 98.74 97.96 97.46 91.57 94.14 3.34 8.01 1.28 4.30 6.72 2.90 15.44 10.11 3.55 8.60 2.86 1.30 15.27 1.49 1.26 2.04 2.54 8.43 5.86 0.51 1.80 9.51 0.95 2.09 0.46 7.26 2.63 0.92 1.35 0.66 0.43 3.30 0.19 0.19 0.51 0.66 1.70 1.94 (+) ABJ (%) HI (%) CI (%)

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total

diperiksa 3265 5181 3674 7832 5956 2485 6626 6822 4513 3292 4794 3928 1892 3159 2772 4898 3224 3083 77396

15

BAB IV PERUMUSAN MASALAH Tabel 7. Perumusan Masalah No Variabel Tolak ukur Variabel ini (E) >95% (berdasarkan KEPMENKES No. 1457/2003) < 5% Data yang Dihitung (O) Masalah (E-O) +

1.

Angka Bebas Jentik

2.

House Index

3.

Container Index

<5%

4.

5.

Laporan 100 % laporan kasus Kasus DBD DBD ditindaklanjuti yang dengan Penyelidikan ditindak Epidemiologi (PE) lanjuti dengan PE Kasus PE (+) 100 % kasus yang yang difogging ditindak berdasarkan hasil lanjuti Penyelidikan dengan Epidemiologi yang fogging positif (+)

72.859 ABJ = ------------- x 100% 77.396 = 94,13 % 4.537 HI = ------------- x 100% 77.396 = 5,86 % 8.125 CI = ------------- x 100% 418.576 = 1,94% 2 PE = ----------- X 100% 2 = 100 %

0 Fogging = ---------X 100% 1 = 0%

16

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perumusan Masalah Dilihat dari keluaran, maka masalah yang didapatkan adalah: A. Fogging yang tidak memenuhi target B. Rendahnya ABJ (Angka Bebas Jentik) & tingginya HI (House Index) 5.2 Prioritas Masalah

Kriteria parameter: 1 Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target. Skor : 5 = 80-100 4 = 60-79,9 2. 3 = 40-59,9 2 = 20-39,9 1 = 0-19,9

Berat ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Skor: 5 = Berat sekali 3 = Kurang berat 1 = Tidak berat

3. Apakah dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada. Skor: 5 = Dapat ditanggulangi 3 = Kurang dapat ditanggulangi 1 = Tidak dapat ditanggulangi. 4. Keuntungan sosial yang diperoleh, apakah menarik masyarakat. Skor: 5 = Banyak menarik masyarakat 3 = Kurang menarik masyarakat 1 = Tidak menarik masyarakat Jika ragu antara skor 1 dan 3 = 2 Jika ragu antara skor 3 dan 5 = 4 Tabel 8. Prioritas Masalah Parameter Masalah yang didapat FOG Besarnya kesenjangan antara pencapaian dan target Berat ringannya akibat yang ditimbulkan Kemudahan pengendalian masalah ditinjau dari sumber daya Keuntungan sosial yang akan diperoleh Jumlah 5 3 4 1 13 ABJ 1 4 4 5 14
17

Prioritas masalah yang dihasilkan adalah : 1. Perhitungan besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target Rumus G = E-O x 100% E G : Gap E : Expected (Target yang ingin dicapai) O : Outcome (data yang didapat dari lapangan) a. Jumlah kasus DBD dengan PE (+) yang ditindaklanjuti dengan Fogging E = 100 % G = 100 % O=0% sehingga diberi skor 5

b. Angka bebas jentik E = 95 % O = 94,13 % sehingga diberi skor 1

G = 0,87 %

2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan


y

Jumlah kasus DBD dengan PE (+) yang ditindaklanjuti dengan Fogging fokus merupakan indikator kinerja petugas kesehatan Puskesmas dalam menindaklanjuti kasus DBD dengan PE (+) dengan cara penanggulangan fokus. Jika laporan kasus tidak ditindaklanjuti atau terjadi keterlambatan dalam pelaksanaannya, maka dapat terjadi pertambahan kasus-kasus baru. Karena tanpa penanggulangan fokus, penularan DBD dapat terus terjadi dan KLB beresiko terjadi di lokasi tempat tinggal penderita DBD, sehingga kasus DBD dapat bertambah. (skor 3)

Angka bebas jentik menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu wilayah. ABJ merupakan salah satu indikator yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan vektor, dalam hal ini jentik nyamuk Aedes aegepty, untuk menyebarkan penyakit demam berdarah. Apabila target angka bebas jentik di suatu daerah tidak dapat tercapai, hal ini menunjukkan besarnya risiko penyebaran penyakit demam berdarah di daerah tersebut. (skor 4)

3. Sumber daya yang tersedia


y

Jumlah kasus DBD dengan PE (+) yang ditindaklanjuti dengan Fogging Fokus: Tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Koja dan Kelurahan Lagoa masih memiliki jabatan dan tugas rangkap sehingga kinerjanya akan sedikit terganggu. Akan tetapi, tenaga medis yang ada di Puskesmas telah mendapatkan edukasi yang diperlukan tentang PE. (skor 4)

18

ABJ didapatkan melalui pelaksanaan PJB. Untuk pengawasannya, sudah tersedia sumber daya, yaitu jumantik dan peralatan yang digunakan tidaklah rumit, misalnya senter. Jumlah jumantik di wilayah Kelurahan Lagoa telah sesuai dengan kriteria. (skor 4).

4. Keuntungan sosial yang diperoleh


y

Jumlah kasus DBD dengan PE (+) yang ditindaklanjuti dengan Fogging Fokus. Fogging fokus merupakan kegiatan pengasapan dengan insektisida yang

menimbulkan bau dan kerepotan untuk membereskan rumah bila fogging dilakukan, karena harus menyingkirkan barang-barang konsumsi. (skor 1).
y

Angka bebas jentik merupakan suatu indikator penyebaran vektor penyebab penyakit DBD. Dengan ABJ yang tinggi akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dimana kejadian penyakit DBD dapat ditekan sehingga masyarakat tidak perlu menambah pengeluaran untuk berobat. Untuk mencapainya pun lebih sederhana yaitu dengan PSN 3M plus (skor 5).

Dari penentuan prioritas maka masalah yang mendapat prioritas utama adalah angka bebas jentik yang tidak sesuai target

19

5.3 Penyebab-penyebab Munculnya Masalah Tabel 9. Penyebab Masalah No. 1. Masalah ABJ Jenis Penyebab Masalah Ada/tidak, sesuai/tidak
y y y

Proses y Pembagian tugas y Penyuluhan individu dan kelompok y Pembinaan peran serta masyarakat dalam PSN Input y Tenaga jumantik
y y

Ada; Pembagian tugas jelas Ada; Frekuensi penyuluhan sesuai Ada; Sudah dilakukan pembinaan masyarakat Ada; sesuai, 1 RT ada 1 jumantik, 1 koordinator tiap RW Alat bantu penyuluhan kurang Penyuluhan yang diberikan Jumantik pada masyarakat tidak dapat meningkatkan motivasi masyarakat dalam mendukung PSN

y y y

Sarana non medis Metode non medis

Umpan Balik y Monitoring dan y notulen Lingkungan y y Lingkungan fisik dan non fisik

Ada dan sesuai Kegiatan pemberantasan dan pengendalian vektor (PSN, PJB, abatisasi selektif, dan fogging) tidak menjangkau rumah kosong yang ditinggalkan penghuninya beberapa saat Kondisi cuaca yang berubahubah, dapat menyebabkan terbentuknya kontainerkontainer baru yang tidak terkontrol

20

5.4 Pohon Masalah 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 15.5 16.5 17.5 18.5 19.5 20.5 21.5 22.5 23.5 24.5 Penyelesaian Masalah Meningkatkan promosi kesehatan melalui penyuluhan perorangan dan kelompok Koordinator P2M Puskesmas Lagoa, petugas kelurahan, pengurus perkumpulan warga, kader/jumantik, tenaga kesehatan, dokter muda Waktu (When) Tempat (Where) Satu minggu sekali Puskesmas Lagoa, Kantor Kelurahan Lagoa, masjid, acara/ tempat pertemuan warga, sekolah, perkantoran Materi (What)
y
Sarana penyuluhan kurang Metode penyuluhan kurang menarik Partisipasi PSN oleh ulama, ketua RT/RW, Lurah, petugas kelurahan kurang Koordinasi antar petugas kecamatan, kelurahan, puskesmas kurang Penyuluhan kurang maksimal Kerja bakti (PSN & larvasidasi) kurang Menganggap biasa keberadaan jentik Pembinaan masyarakat kurang Partisipasi masyarakat kurang ABJ yang Rendah

Pelaksana (Who)

Mengumpulkan para tenaga kesehatan, kader kesehatan, ketua RW, pengurus perkumpulan warga, pengurus masjid untuk menginformasikan tentang PSN

Penyediaan prosedur standar penyuluhan berisi materi yang sesuai

Memberi penjelasan mengenai pentingnya pemberantasan jentik


21

di rumah dan tempat-tempat umum dengan slide power point yang menarik
y

Menyebarkan leaflet dan poster tentang PSN di tempat-tempat umum, seperti masjid, sarana kesehatan, tempat olah raga, balai RW, sekolah, perkantoran, dan lain-lain

Mengadakan reward setahun sekali untuk RW/RT terbaik dalam hal ABJ atau pemberantasan DBD

Sasaran (Who) Tujuan (Why)

Seluruh warga Mengingatkan dan memberi pengetahuan, keahlian, dan motivasi mereka dalam upaya PSN DBD

25.5

Meningkatkan partisipasi masyarakat Koordinator P2M Puskesmas Lagoa, petugas kelurahan, pengurus perkumpulan warga, kader/jumantik, tenaga kesehatan, dokter muda

Pelaksana (Who)

Waktu (When) Tempat (Where) Materi (What)

Satu minggu sekali Rumah warga Kelurahan Lagoa


y

Secara berkala melakukan kerja bakti untuk mensosialisasikan gerakan 3M, mencari jentik nyamuk di sekitar rumah warga, dan langsung memberi pengarahan cara yang tepat agar tidak muncul jentik lagi, seperti menguras, menutup, mengubur/mengamankan, menggunakan bubuk abate dan ikan pemakan jentik.

Sasaran (Who) Tujuan (Why)

Seluruh warga Mengingatkan dan memberi pengetahuan, keahlian, dan motivasi mereka dalam upaya PSN DBD

22

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan Hasil evaluasi program pencegahan dan penanggulanan demam berdarah dengue di

Puskesmas Kelurahan Lagoa periode Maret Mei 2011 didapatkan keluaran angka container index dan pelaksanaan PE jika ada kasus DBD tergolong baik (1,94% dan 100%), sedangkan angka bebas jentik dan kasus DBD dengan PE (+) yang ditindaklanjuti dengan Fogging belum memenuhi target yang diharapkan (94,13% dan 83,3%). Belum tercapainya target tsb disebabkan oleh beberapa masalah dengan sumber masalahnya yaitu: 1. Promosi kesehatan yang kurang optimal 2. Partisipasi masyarakat dalam PSN kurang

Perubahan kesadaran dan perilaku masyarakat adalah hal yang sulit dicapai dalam bidang kesehatan, namun hal tersebutlah yang menjadi kunci keberhasilan dalam setiap program kesehatan masyarakat. Selain itu perlu adanya kerjasama antara petugas kesehatan, kader dan tokoh masyarakat, serta petugas kelurahan. Dengan adanya komitmen dari masingmasing pihak, diharapkan angka kesakitan DBD di Kelurahan Lagoa dapat mengalami penurunan yang bermakna.

6.2

Saran Sebagai pemecahan masalah-masalah yang ada, dapat dilakukan penyelesaian yang

mampu laksana, berupa:


y

Penyuluhan dengan metode yang menarik dan reward, dalam penyuluhan, perlu ditekankan pentingnya menjaga kontainer yang dapat terisi air dari jentik nyamuk seperti dispenser dan meteran air. Dari observasi sewaktu PSN didapatkan bahwa masyarakat hanya lebih memperhatikan bak kamar mandi saja.

Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kerja bakti PSN Diharapkan dengan saran-saran tersebut dapat tercapai pencegahan dan penanggulangan demam berdarah dengue di wilayah Puskesmas Kelurahan Lagoa.

23

DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. Modul Pelatihan bagi Pengelola Program Pengendalian Penyakit DBD di Indonesia. 2007. 2. www.surveilans-dinkesdki.net. Diakses tanggal 17 Juni 2011. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) nasional. Indonesia; 2007 4. Depkes RI. Pedoman Supervisi Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2007. 5. Depkes RI. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI, 2005. 6. Depkes RI. Petunjuk Teknis Penemuan, Pertolongan, dan Pelaporan Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Depkes RI, 1998

24

LAMPIRAN No I.. Dampak 1 Angka Kesakitan Rumus: Jumlah kasus Jumlah penduduk 2 Angka Kematian Rumus: Jml kasus DBD meninggal x 100% Jumlah penderita DBD 3 Kejadian luar biasa x 100.000 24 60.875 IR= 39/100.000 penduduk 0 x 100% 24 CFR 0 % Tidak ada (0%) 0% CFR < 1% X 100.000 IR: 20 / 100.000 penduduk Variabel Yang Dinilai Hasil Yang Didapatkan Target (Berdasarkan Depkes)

II. Keluaran 1 Penyelidikan Epidemiologi (PE) Laporan kasus DBD yang ditindaklanjuti dengan PE Rumus: Jumlah kasus telah di PE x 100% Jumlah kasus DBD Fogging Kasus PE (+) yang ditindaklanjuti dengan fogging Rumus: Kasus fogging Jumlah PE (+) 3 House Index (HI) Rumus: 4537 x 100% 77396 HI < 5% x 100% 24 x 100% 24 = 100 % 100%

5 x 100% 6 = 83,3%

100%

Jml rumah yg ditemukan jentik x 100 = 5,86% % Jumlah rumah yang diperiksa 4 Angka Bebas Jentik Rumus: Jml rumah tanpa jentik x 100 % 72.859 x 100% 77396 = 94,13%
25

> 95%

Jumlah rumah yang diperiksa 5 Jumlah rumah yang dilakukan PJB Tidak ada data 100 sampel rumah/bangunan yang dipilih secara acak 6 Persentase rumah yang melaksanakan 3M Rumus Jml rumah yg melakukan 3M x 100 % Jumlah rumah yang diperiksa Jumlah rumah yang dilakukan PSN oleh jumantik Penyuluhan individu /perorangan 100% Tidak ada data

7 8

Tidak ada data Dilakukan setiap kali pelayanan

Dilakukan PSN setiap minggu Dilakukan setiap kali pelayanan Penyuluhan kelompok 6x pertahun

Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan dilakukan 8 kali pertahun

III. PROSES 1. Perencanaan 1. Rencana penemuan dan Ada dan berjalan Ada dan berjalan

penatalaksanaan penderita DBD. 2. Rencana pencatatan dan pelaporan kasus DBD yang berjenjang dan berkesinambungan. 3. Rencana penyelidikan epidemiologi. 4. Rencana pengendalian dan fogging. 5. Rencana penyuluhan DBD secara individu dan kelompok. 6. Rencana pelatihan kader, paramedis, analis dan dokter tentang Ada dan berjalan Ada dan berjalan Ada dan berjalan Ada dan berjalan pemberantasan dan Ada dan berjalan Ada dan berjalan Ada dan berjalan Ada dan berjalan Ada dan berjalan Ada dan berjalan

vektor, PSN, PJB,

pengendalian DBD. 7. Rencana pembinaan peran serta masyarakat dalam penggerakan


26

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

progam nasional PSN-DBD. 2. Pengorganisasian   Struktur tertulis. Pembagian tugas tertulis dengan syarat : a. Jelas. b. Tidak jabatan. c. Dijalankan dengan baik. 3. Pelaksanaan Medis   Penemuan kasus sesuai standar WHO Penatalaksanaan kasus sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO 4. Pelaksanaan Non Medis  Penyelidikan epidemiologi (PE). Dilakukan dalam 3 x 24 jam setelah pelaporan dan dicatat dalam formulir PE.    Pemberantasan dan pengendalian vektor, PSN, PJB, dan fogging Penyuluhan secara individu dan kelompok Pelatihan dokter, kader, paramedis tentang analisis dan pengendalian DBD  Pembinaan peran serta masyarakat dalam penggerakan program PSN DBD  Pencatatan identitas penderita Ada namun banyak yang tidak sesuai dan
27

organisasi

jelas

dan

Jelas dan tertulis

Jelas dan tertulis

Jelas, ada petugas yang merangkap jabatan, dan berjalan

Jelas

saling

merangkap

dengan baik.

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

Ada

Penyuluhan kelompok 6 x pertahun Ada

Tidak ada

Ada namun kurang berjalan dengan baik

Ada

Ada

kurang lengkap  5. Kinerja kader dan jumantik Tidak 100% aktif Aktif

Pencatatan dan Pelaporan  KD/ RS DBD: Pelaporan tersangka DBD, penderita DD, DBD, SSD dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan.  Catatan harian penderita DBD Data penderita/tersangka DD, DBD dan SSD.  Form KLB (W1) Laporan bila terjadi KLB.  Form mingguan (W2-DBD) Laporan mingguan kasus DBD puskesmas.  Form K- DBD Laporan bulanan DBD.  Formulir PE untuk melakukan pencatatan hasil Penyelidikan Epidemiologi.  Adanya pencatatan hasil Ada Ada Ada Di Puskesmas Kecamatan Koja Ada Di Puskesmas kecamatan Koja Ada Ada Di Puskesmas Kecamatan Koja Ada Di Puskesmas Kecamatan Koja Ada Ada Ada Ada Ada

Ada

Ada

pengamatan jentik oleh kader yang ditujukan untuk menghitung Angka Bebas Jentik yang ke kemudian Puskesmas

dilaporkan Kecamatan. 6. Pengawasan

Supervisi program oleh Puskesmas Kecamatan dilakukan 4 kali dalam setahun

Ada dan berjalan

Ada dan berjalan

IV. INPUT 1. Tenaga


28

 Dokter Umum  Perawat  Petugas P2PDBD  Petugas Laboratorium

1 orang 3 orang, tugas rangkap 1 orang, tugas lengkap Tidak ada, adanya di Puskesmas kecamatan Koja

1 orang 1 orang

1 orang

1 orang

 Kader/ jumantik

Ada 222 jumantik dengan 18 koordinator

1 orang tiap RW

 Petugas Fogging 2. Dana

13 orang Ada tetapi dana jumantik dianggarkan dari kelurahan, dan pengalokasiannya tidak jelas (terlambat)

10 orang Ada dan mencukupi

3.

Sarana Medis  Inventaris 1 buah 2 buah, berfungsi baik Termometer 5 buah, berfungsi baik Senter 3 buah, berfungsi baik Tourniquet 2 buah, berfungsi baik Tersedia ruang laboratorium Tidak Ada, adanya di Puskesmas Kecamatan Koja Alat-alat laboratorium (untuk Tidak ada, adanya di Puskesmas
29

Tensimeter anak dan dewasa Stetoskop

@ 1 buah 1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

Ada

@ 1 buah

pemeriksaan hemoglobin, trombosit

dan hematokrit)

Kecamatan Koja dan menggunakan mesin

Habis Pakai seperti antipiretik Ada dan mencukupi Ada dan mencukupi

Obat-obatan

(parasetamol atau ibuprofen) Jarum suntik uk. 23 untuk Ada dan mencukupi Ada dan mencukupi

pengambilan darah. Cairan kristaloid, koloid, dan infus set. Bahan untuk pemeriksaan lab. Hemoglobin, Hematokrit dan Trombosit 4 Sarana Non Medis  Inventaris Ada Ada Tidak ada Ada Ada dan mencukupi Ada dan mencukupi

Buku panduan tata laksana kasus DBD menurut WHO Senter

Alat komunikasi (minimal 1 buah faksimili dan telepon) Alat bantu penyuluhan (leaflet, poster)

Swadaya dari masing-masing kader/jumantik Ada dan berfungsi baik

Ada dan berfungsi baik

Ada dan berfungsi baik

Ada tapi jumlah tidak mencukupi Kamar periksa (meja, kursi, tempat Ada dan berfungsi baik tidur, bantal, tirai pembatas) Tempat cuci tangan, sabun, kain lap, dan air keran Mesin fogging Tidak ada, adanya di Puskesmas Kecamatan Koja Alat transportasi Ada dan berfungsi dengan baik  Habis Pakai Tersedia dalam Ada

Ada dan jumlah cukup Ada dan berfungsi baik

Ada dan berfungsi baik

Ada dan berfungsi baik

Ada dan berfungsi baik

Bubuk larvasida

Tersedia dalam jumlah cukup


30

jumlah cukup Insektisida Tersedia dalam jumlah cukup Solar dan bensin Tersedia dalam jumlah cukup Resep Tersedia dalam jumlah cukup Status Tersedia dalam jumlah cukup Alat administrasi (pencatatan) Tersedia dalam jumlah cukup 5 Metode Medis  Metode penemuan dan penatalaksanaan kasus 6 Metode Non Medis Metode pelaporan dan pencatatan Ada dan dilaksanakan Ada dan dilaksanakan dengan sesuai dengan sesuai pedoman kasus DB pedoman Metode Penyelidikan Epidemiologi Ada dan dilaksanakan Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman, sesuai pedoman namun ada yang tidak ditemukan (alamat tdk sesuai) Metode pemberantasan dan Ada dan dilaksanakan Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman sesuai pedoman pengendalian vector Metode pengamatan jentik Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman Metode penyuluhan masyarakat Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman Metode Pengawasan dan Pelatihan Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman Kinerja Jumantik Metode Pembinaan Peran Serta Masyarakat (Penggerakan PSN 30 menit) V. Umpan Balik 1 Rapat kerja membahas pelaksanaan program P2DBD/ Pokjanal Ada dan berjalan setiap kali terjadi Ada dan berjalan Tiap 1 bulan
31

Tersedia dalam jumlah cukup Tersedia dalam jumlah cukup Tersedia dalam jumlah cukup Tersedia dalam jumlah cukup Tersedia dalam jumlah cukup

Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman

Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman

Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman

Ada dan dilaksanakan sesuai pedoman

peningkatan kasus/ Tiap 6 bulan 2 Rapat kerja membahas laporan kegiatan VI. Lingkungan 1 Fisik    Lokasi Transportasi Mudah dicapai Ada dan mudah dicapai Fasilitas kesehatan lain Unit pelayanan kesehatan PDP dan klinik melaporkan kasus DBD yang mereka temukan langsung ke internet. 2 Non Fisik  Pendidikan masyarakat Persentase warga yang berpendidikan di bawah SD tinggi, yaitu 20,39%  Sosio-ekonomi Pemberantasan dan pengendalian vektor, (PSN, PJB, dan fogging) lebih mudah dilakukan pada pemukiman menengah ke bawah .  Agama Tidak menjadi hambatan dan tidak berpengaruh  Adat istiadat Tidak menjadi hambatan dan tidak berpengaruh
32

Ada dan berjalan Tiap 1 bulan

Ada dan berjalan Tiap 3 bulan

Mudah dicapai Ada dan mudah dicapai

Dapat bekerja sama dengan baik

Tidak menjadi hambatan dan tidak berpengaruh

Tidak menjadi hambatan dan tidak berpengaruh

Tidak menjadi hambatan dan tidak berpengaruh Tidak menjadi hambatan dan tidak berpengaruh

33

Anda mungkin juga menyukai