Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN KEUANGAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

“Penganggaran di Dinas Kesehatan Provinsi”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus
pada penduduk rentan, antara lain ibu, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.
Dinas Kesehatan merupakan satuan kerja pemerintahan daerah kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan di
kabupaten/kota.
Dinas Kesehatan adalah suatu instansi pemerintah sebagai unsur pelaksana otonomi
daerah dalam bidang kesehatan dan dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas dan
berkedudukan di bawah naungan Kepala Daerah serta bertanggung jawab langsung pada
Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Sekretaris dinas membawahi beberapa kepala
Sub bagian yaitu, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Kepala Sub Bagian Umum dan
Pelayanan, Kepala Sub Bagian Keuangan. Tugas pokok Dinas Kesehatan adalah
melaksanakan urusan pemerintah daerah sesuai dengan asas otonomi serta kewajiban
pembantuan dalam bidang kesehatan di lingkup daerah atau kabupaten 1.
Dinas Kesehatan memerlukan perencanaan dan analisis laporan keuangan untuk
mengetahui anggaran pemasukan maupun pengeluaran. Analisis adalah proses
perencanaan yang terdiri beberapa bagian atau komponen yang saling berhubungan atau
berkesinambungan agar mendapatkan pengertian yang berupa sumber informasi yang
tepat serta memiliki pemahaman arti secara keseluruhan. Sedangkan laporan keuangan
adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi
penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka tersebut 2.
Anggaran pada Dinas Kesehatan ini tidak bisa dilihat dari perhitungan Laba Rugi
karena Dinas Kesehatan merupakan suatu instansi pemerintah yang laporan keuangannya
direalisasikan melalui dana PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang mana PAD adalah dana
yang diperoleh dari biaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sedangkan yang
termasuk di dalam pengeluaran Dinas Kesehatan adalah belanja pegawai, belanja modal,
belanja barang dan jasa, yang diakomodir dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah), DAK (Dana Alokasi Khusus), dan BOK (Biaya Operasional
Kesehatan).
Renstra Dinas Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif
yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan
langsung oleh Dinas Kesehatan maupun dengan mendorong peran aktif masyarakat
untuk kurun waktu tahun lima tahun. Renstra Dinas Kesehatan ini didasarkan pada
struktur organisasi Dinas Kesehatan yang memberikan penekanan pada pencapaian
sasaran prioritas nasional, daerah provinsi, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota, dan Sustainable Development Goals (SDG’s)
dan isu-isu strategis lain sesuai kondisi daerah.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah Overview SOTK (Struktur Organisasi dan Tata Kerja) di Dinas
Kesehatan Provinsi?
2. Bagaimanakah tujuan, ruang lingkup, dan proses perencanaan anggaran di Dinas
Kesehatan Provinsi?
3. Bagaimanakah penggerakan dan pelaksanaan anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi?
4. Bagaimanakah pengawasan dan pengendalian anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Overview SOTK Dinas Kesehatan Provinsi.
2. Untuk mengetahui tujuan, ruang lingkup, dan proses perencanaan anggaran di Dinas
Kesehatan Provinsi.
3. Untuk mengetahui penggerakan dan pelaksanaan anggaran di Dinas Kesehatan
Provinsi.
4. Untuk mengetahui pengawasan dan pengendalian anggaran yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. OVERVIEW SOTK DI DINAS KESEHATAN PROVINSI


1. Perangkat Daerah Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagaimana UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal
209, menyebutkan bahwa perangkat daerah provinsi terdiri dari:
a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRD
c. Inspektorat
d. Dinas
e. Badan
Pasal 212 menyebutkan bahwa Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah
ditetapkan dengan Perda, setelah mendapat persetujuan dari Menteri bagi Perangkat
Daerah provinsi dan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Perangkat
Daerah kabupaten/kota. Persetujuan Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat, diberikan berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan. Kedudukan, susunan organisasi,
perincian tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah.
Pada Pasal 217 menyebutkan bahwa Dinas dibentuk untuk melaksanakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Dinas diklasifikasikan menjadi:
a. Dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar.
b. Dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang.
c. Dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

Penentuan beban kerja diatas, didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah,
besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan
kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan
potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan
Pemerintahan Pilihan 3.
Dinas Daerah provinsi dibedakan dalam 3 (tiga) tipe, yaitu:
a. Dinas Daerah provinsi tipe A untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah
provinsi dengan beban kerja yang besar.
b. Dinas Daerah provinsi tipe B untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah
provinsi dengan beban kerja yang sedang.
c. Dinas Daerah provinsi tipe C untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah
provinsi dengan beban kerja yang kecil 4.
Dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 58 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dimana Dinas Kesehatan
Provinsi terdiri atas:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat
c. Bidang Kesehatan M asyarakat
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
e. Bidang Pelayanan Kesehatan
f. Bidang Sum ber Daya Kesehatan
g. UPT Dinas
h. Kelompok Jabatan Fungsional 5.
Struktur organsasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, sebagaimana diagram
dibawah ini:

Sumber: Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 58 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Bagan 1. Struktur organsasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


2. Asas-Asas Pembentukan Perangkat Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
pada Pasal 2 menyebutkan bahwa Pembentukan Perangkat Daerah dilakukan
berdasarkan asas:
a. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
b. Intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah
c. Efisiensi dan Efektivitas
d. Pembagian habis tugas
e. Rentang kendali
f. Tata kerja yang jelas
g. Fleksibilitas 4.
3. Kriteria Tipelogi Perangkat Daerah
Kriteria tipelogi Perangkat Daerah untuk menentukan tipe Perangkat Daerah
berdasarkan hasil pemetaan urusan pemerintahan dengan variabel:
a. Umum dengan bobot 20% (dua puluh persen).
b. Teknis dengan bobot 80% (delapan puluh persen).
Untuk kriteria variabel umum, ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah yang
terdiri atas indikator:
a. Jumlah penduduk.
b. Luas wilayah
c. Jumlah anggaran pendapatan dan belanja Daerah.
Untuk kriteria variabel ditetapkan berdasarkan beban tugas utama pada setiap
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota serta fungsi penunjang Urusan Pemerintahan 4.

B. TUJUAN, RUANG LINGKUP DAN PROSES (MEKANISME) PERENCANAAN


ANGGARAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
1. Pengertian Perencanaan Anggaran Kesehatan
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan
manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan
memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber
daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna 6.
Sedangkan perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan
masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan
dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan mempunyai ciri-ciri dan unsur, sebagai berikut :
a. Bagian dari sistem administrasi menempatkan perencanaan yang yang disusun
sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan.
b. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, perencanaan dibuat
untuk dilaksanakan, apabila hasilnya telah dinilai dilanjutkan lagi dengan
perencanaan, demikian seterusnya sehingga terbentuk suatu siklus yang tidak
mengenal titik akhir.
c. Berorientasi pada masa depan, artinya hasil pelaksanaan perencanaan tersebut akan
mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa
yang akan datang.
d. Mampu menyelesaikan masalah, penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap,
yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan datang.
e. Mempunyai tujuan. Perencanaan harus mempunyai tujuan yang dicantumkan
secara jelas . Tujuan biasanya dibedakan menjadi dua yakni tujuan umum yang
berisikan uraian secara garis besar dan tujuan khusus yang berisikan uraian lebih
spesifik.
f. Bersifat mampu kelola, artinya bersifat wajar, logis objektif, jelas runtun fleksibel
serta telah disesuaikan dengan sumber daya 7.
2. Jenis-jenis dan Model Perencanaan Anggaran Kesehatan
Perencanaan ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana, dan dibagi menjadi
tiga yaitu:
a. Perencanaan jangka panjang (long-range planning)
Perencanaan jangka panjang jika masa berlakunya rencana tersebut antara 12
sampai 20 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah (medium-range planning)
Perencanaan jangka menengah jika masa berlakunya rencana tersebut antara 5
sampai 7 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek (short-range planning)
Perencanaan jangka pendek jika masa berlakunya rencana tersebut antara 1 tahun 8.

Adapun perencanaan ditinjau dari tingkatan rencana terdiri dari :


a. Perencanaan Induk (master planning)
Rencana yang dihasilkan lebih menitikberatkan pada aspek kebijakan, mempunyai
ruang lingkup yang amat luas serta berlaku untuk jangka waktu yang panjang.
b. Perencanaan operasional (operational planning)
Rencana yang dihasilkan lebih menitikberatkan pada aspek pedoman pelaksanaan
yang akan dipakai sebagai petunjuk pada waktu melaksanakan kegiatan.
c. Perencanaan harian (day to day planning)
Rencana yang dihasilkan telah disusun rinci, biasanya disusun untuk program yang
telah bersifat rutin.
Prinsip-prinsip dalam perencanaan sangat tergantung pada asumsi dan tujuan dari
perencanaan. Asumsi dan tujuan dari perencanaan tidak ada yang seragam melainkan
tergantung pada model perencanaan 9.

Adapun beberapa model-model perencanaan antara lain :


a. Model Rasional Komprehensif
Prinsip utama dalam model ini bahwa perencanaan merupakan suatu proses
yang teratur dan logis sejak dari diagnosis masalah sampai pada pelaksanaan
kegiatan atau penerapan program. Model ini sangat menekankan pada aspek teknis
metodologis yang didasarkan atas fakta-fakta, teori-teori dan nilai-nilai tertentu
yang relevan. Pada model ini, masalah yang ditemukan harus didiagnosis,
ditentukan pemecahannya melalui perancangan program yang komprehensif,
kemudian diuji efektivitasnya sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan
pencapaian tujuan yang baik.
b. Model Inkremental (penambahan)
Prinsip utama model ini mensyaratkan bahwa perubahan perubahan yang
diharapkan dari perencanaan tidak bersifat radikal, melainkan perubahan-
perubahan kecil atau penambahan-penambahan pada aspek-aspek program yang
sudah ada. Model ini menyarankan bahwa perencanaan tidak perlu menentukan
tujuan-tujuan dan kemudian menentukan kebijakan-kebijakan untuk mencapainya,
yang diperlukan menentukan pilihan terhadap kebijakan yang berbeda secara
marginal saja.
c. Model Pengamatan Terpadu
Model pengamatan terpadu atau penyelidikan campuran (mixed scanning
model) dikembangkan Amitai Etzioni, yang merupakan jalan tengah dari model
rasional komprehensif dan model inkremental, yang memadukan unsur-unsur yang
terdapat pada kedua pendekatan tersebut. Keputusan yang fundamental dilakukan
dengan menjajagi alternatif-alternatif utama dihubungkan dengan tujuan, tetapi
tidak seperti pendekatan rasional hal-hal yang detail dan spesifikasi diabaikan
sehingga pandangan yang menyeluruh dapat diperoleh. Adapun keputusan yang
bersifat tambahan atau inkremental dibuat di dalam konteks yang ditentukan oleh
keputusan-keputusan fundamental.
d. Model Transaksi
Pada model ini menekankan bahwa perencanaan melibatkan proses interaksi
dan komunikasi antara perencana dan para penerima pelayanan. Oleh karena itu,
model ini menyarankan bahwa perencanaan harus dapat menutup jurang
komunikasi antara perencana dan penerima pelayanan yang membutuhkan rencana
program 10.
3. Tujuan Perencanaan Anggaran Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional, sehingga
perencanaan anggaran bidang kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari
perencanaan pembangunan nasional yang mengacu kepada Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN). Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), sistem tersebut
merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan
daerah dengan melibatkan masyarakat.
Dalam jangka panjang, dokumen rencana pembangunan jangka panjang di
tingkat nasional disebut Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang
memuat perencanaan untuk periode 20 (dua puluh tahun). Sedangkan untuk
periode jangka menengah (lima tahun), dokumen perencanaan yang dihasilkan di
tingkat nasional adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
sementara dokumen perencanaan jangka menengah Kementerian/Lembaga
disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L). Dalam periode
tahunan, dokumen perencanaan tingkat nasional yang dihasilkan disebut Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) sedangkan untuk kementerian disebut Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja-K/L). Semua dokumen perencanaan tersebut harus
sesuai antara yang satu dengan yang lainnya 11.
4. Ruang Lingkup Perencanaan Anggaran Kesehatan
Anggaran kesehatan dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen yang
meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Sehingga, apabila
anggaran dihubungkan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi
perencanaan, mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dan
bidang-bidang organisasional didalam badan usaha.
Dalam proses perkembangan hingga saat ini dikenal tiga sistem anggaran
negara yaitu:
a. Sistem Anggaran Tradisional (line item budgeting system)
Titik berat pada sistem ini terletak pada segi pelaksanaan dan pengawasan
pelaksanaan anggaran. Dari segi pelaksanaan, yang dipentingkan adalah
pembelanjaan pengeluaran negara oleh lembaga diharapkan sesuai dengan
peraturan dan prosedur yang berlaku namun kurang memperhatikan hasil akhir
dari pembelanjaan pengeluaran negara. Sedangkan dari pengawasannya yang
dipentingkan adalah kesahihan bukti transaksi dan kewajaran laporan. Bentuk
laporan lebih mengutamakan realisasi anggaran dan cenderung mengabaikan
prestasi yang dicapai dibalik penggunaan anggaran.
b. Sistem Anggaran Kinerja (performance budgeting sistem)
Titik berat pada sistem anggaran kinerja terletak pada segi manajemen
anggaran, yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan
pelaksanaan anggaran, maupun hasil fisik yang dicapainya.
Anggaran berbasis Kinerja (Performance budgeting) didasarkan pada
hasil proses perencanaan yang realistis dan sistimatis. Proses perencanaan
tersebut akan menjamin adanya kesinambungan dan konsistensi antara
masalah, tujuan, kegiatan, output atau kinerja kegiatan, dan input yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Ciri lain dari anggaran
berbasis kinerja adalah keseimbangan antara anggaran untuk kegiatan
pelayanan langsung dengan kegiatan penunjang.
Kegiatan pelayanan langsung berupa kegiatan pelayanan individu
(penemuan kasus dan pengobatan kasus) dan kegiatan pelayanan masyarakat
(intervensi faktor resiko lingkungan, perilaku dan pemberdayaan masyarakat).
Adapun kegiatan penunjang berupa kegiatan manajemen dan kegiatan
pengembangan kapasitas. Pada dasarnya anggaran berbasis kinerja adalah
bagaimana menghitung dan mengalokasikan sejumlah anggaran yang cukup
dan tepat sehingga kegiatan tersebut bisa terlaksana, sehingga tujuan yang
ditargetkan dapat tercapai.
c. Sistem Anggaran Program (Planning Programming Budgeting System)
Perhatian pada sistem ini tidak lagi terletak pada segi pengendalian
anggaran, melainkan pada segi persiapan anggaran. Dalam tahap persiapan ini
semua implikasi positif dan negatif dari setiap keputusan yang telah dan atau
akan diambil, dipertimbangkan secara matang. Sehingga diharapkan rencana
serta program yang disusun, benar-benar merupakan rencana dan program
yang paling baik 12.
5. Proses/Mekanisme Perencanaan Anggaran Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi
Penyusunan perencanaan disusun dengan mengikuti tahapan atau siklus
tertentu. Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis
perencanaan, serta tujuan perencanaan dan konteks perencanaan. Secara garis
besar perencanaan sosial dapat dirumuskan menjadi lima tahapan yang meliputi:
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan asesmen kebutuhan
(need assesment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekurangan yang
mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Asesmen kebutuhan dapat
diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu
populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi yang
ingin direalisasikan.
b. Penentuan tujuan
Penentuan tujuan adalah suatu kondisi di masa depan yang ingin dicapai.
Penentuan tujuan dimaksudkan untuk membimbing program ke arah
pemecahan masalah. Ada dua jenis atau tingkat tujuan yaitu tujuan umum
(goal) dan tujuan khusus (objective). Tujuan umum dirumuskan secara luas
sehingga pencapaian tidak dapat diukur. Sedangkan tujuan khusus merupakan
pernyataan yang spesifik dan terukur.
Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri yaitu :
1) Berorientasi pada keluaran(output), bukan pada proses/masukan (input).
2) Dinyatakan dalam istilah yang terukur.
3) Tidak hanya menunjukkan arah perubahan, (misalnya meningkatkan) tetapi
juga tingkat perubahan yang diharapkan, (misalnya 10 persen).
4) Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas.
5) Realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk
mencapainya.
6) Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum 5.
6. Sistem Perencanaan Pembangunan
Garis besar perencanaan anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi adalah sebagai
berikut:
Sumber: Undang-Undang No.25 Tahun 2004 Tentang SPPN 11.
Gambar 1. Sistem Perencanaan Pembangunan
Pendekatan perencanaan dalam sistem perencanaan pembangunan, terdiri dari
Orintasi proses dan Orientasi substansi. Orientasi proses terdiri dari Politik
(penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan KDH terpilih),
Teknokratik (menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah), Partisipatif
(melibatkan semua pemangku kepentingan), Top down & Bottom Up
(diselaraskan melalui musyawarah nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan
dan desa). Sedangkan orientasi substansi terdiri dari Holistik-tematik
(mempertimbangkan keseluruhan unsur/bagian/kegiatan pembangunan sebagai
satu kesatuan faktor potensi, tantangan, hambatan/permasalahan yang saling
berkaitan satu dengan lainnya), Intergratif (menyatukan beberapa kewenangan ke
dalam satu proses terpadu dan focus yang jelas dalam upaya pencapaian tujuan
pembangunan daerah), Spasial (mempertimbangkan dimensi kekurangan dalam
perencanaan) 13.
7. Alur Perencanaan dan Penganggaran
Sumber: Undang-Undang No.25 Tahun 2004 Tentang SPPN 11.
Gambar 2. Alur Perencanaan dan Penganggaran
Sumber: Undang-Undang No.25 Tahun 2004 Tentang SPPN 11.
Gambar 3. Sinkronisasi Penyusunan Rancangan APBD

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, selanjutnya


disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20
(dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga
seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan
saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, (RPJM Daerah) adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJP
Daerah serta memerhatikan RPJM Nasional.
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah rencana pembangunan tahunan nasional, yang
memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman bagi
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra–KL) adalah dokumen perencanaan
Kementerian/Lembaga jangka menengah (5 tahun) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga, yang disusun dengan menyesuaikan kepada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJM–Nasional) dan bersifat indikatif. Rencana Kerja
Kementrian Negara/Lembaga (Renja-KL) adalah dokumen perencanaan Kementerian
Negara/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran
yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD dan K/L serta
rencana pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya 11.

Sumber: Undang-Undang No.25 Tahun 2004 Tentang SPPN 11.


Gambar 4. Perencanaan Pembangunan Daerah dan Perangkat Daerah

C. PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN DI DINAS KESEHATAN


PROVINSI
Salah satu sub sistem dalam kesehatan nasional adalah sub sistem pembiayaan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakarat. Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Sehingga,
penggerakan dan pelaksanaan anggaran di Dinas Kesehatan dapat berjalan dengan baik
apabila perencanaan dan pembiayaan serta ketersediaan sumber dana dapat diatur dengan
baik 14.

Secara umum, sumber biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi pembiayaan yang
bersumber dari anggaran pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari anggaran
masyarakat. Di dalam bab ini akan dibahas mengenai persentase anggaran kesehatan
dalam APBD dan anggaran kesehatan per kapita. Selain itu, juga dijelaskan mengenai
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD


Pada tahun 2017, jumlah total anggaran kesehatan di Provinsi Jawa Tengah
sebesar Rp. 9.821.734.465.509. Anggaran tersebut bersumber dari :
a. APBD kabupaten/kota yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak
langsung.
b. APBD provinsi yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.
c. APBN yang terdiri dari dana alokasi khusus fisik, dana alokasi khusus non fisik
dan APBN Provinsi.
d. Pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang terdiri dari Global Fund komponen
AIDS, Global Fund komponen TB, dan NLR.

Sebagai contoh anggaran Provinsi Jawa Tengah, Kontribusi terbesar dari


anggaran kesehatan tahun 2017 sebesar 81,65 persen (Rp. 8.019.927.398.832,-)
berasal dari APBD kabupaten/kota, meningkat dibandingkan tahun 2016. Sementara
kontribusi dana dari APBD Provinsi Jawa Tengah dimana pada tahun 2017 sebesar
2,78 persen menurun jika dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 2,92 persen,
meskipun bila dilihat dari jumlah anggarannya mengalami peningkatan yaitu dari Rp.
242.571.591.000,- pada tahun 2016 menjadi Rp. 272.571.591.000, pada tahun 2017 15.
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 15.
Gambar.5 Proporsi Anggaran Kesehatan

2. Sumber Biaya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017


Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah/desentralisasi, terdapat pembagian
peran dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah, dalam pembangunan
kesehatan, pemerintah pusat dan daerah menyediakan pelayanan kesehatan yang
merata, terjangkau dan berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah pusat
memberikan anggaran pada daerah untuk mendanai kegiatan yang merupakan urusan
daerah dan prioritas nasional. Karena berasal dari pemerintah pusat, maka seluruh
atau sebagian dana tersebut berasal dari APBN.
Kontribusi dana APBN kabupaten/kota tersebut di anggaran kesehatan di
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar 15,27 persen, meningkat bila
dibandingkan tahun 2016 yaitu 14,52 persen. Sedangkan persentase anggaran untuk
APBN yang di Provinsi (Dekonsentrasi) sebesar 0,62 persen, menurun bila
dibandingkan pada tahun 2016 yaitu 2,79 persen. Sedangkan Kontribusi Anggaran
kesehatan bersumber Pinjaman/Hibah Luar Negeri(PHLN) tahun 2017 sebesar 0,30
persen, menurun dibandingkan tahun 2016 yaitu 0,37 persen 15.

3. Anggaran Kesehatan Per Kapita


Total Anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar Rp.
98.468.512.032.541,-, sedangkan anggaran kesehatan yang berasal dari APBD diluar
gaji sebesar Rp. 5.577.667.883.591,-. Sehingga persentase anggaran kesehatan
dibandingkan total APBD adalah 5,66 persen, menurun dibandingkan tahun 2016
yaitu 8,48 persen. Hal ini berarti belum sesuai dengan amanat undang-undang No 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dimana anggaran kesehatan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari total
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai).
Sedangkan anggaran kesehatan perkapita di Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar
Rp.286.700,13, meningkat bila dibandingkan tahun 2016 yaitu Rp. 246.162,21 15.

D. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ANGGARAN DI DINAS KESEHATAN


PROVINSI
Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan daerah dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pengawasan juga merupakan salah satu upaya yang
harus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah. Pembangunan yang dimaksud yakni realisasi
program dan anggaran di semua sektor pembangunan kehidupan masyarakat.
Dalam rangka merealisasikan program dan anggaran pembangunan daerah, sangat
penting adanya proses pengawasan. Tujuannya yaitu agar anggaran tersebut dikelola
dengan efektif dan efisien. Selain itu juga untuk memastikan dan menjamin agar
program-program yang diselenggarakan Pemerintah Daerah akan dan telah terlaksana
dengan baik sesuai dengan rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, sehingga diharapkan tidak ada penyelewengan dalam
pengelolaan anggaran daerah.

Pengendalian terhadap anggaran adalah proses untuk memastikan bahwa anggaran


sampai hal yang spesifik dilaksanakan secara tepat dan efisien. Pengendalian terhadap
pelaksanaan anggaran dilakukan dengan tujuan menjamin agar pengumpulan penerimaan
Negara dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran Negara agar tidak menyimpang dari
rencana yang telah digariskan dalam anggaran Negara. Anggaran sebagai alat
pengendalian dibedakan menjadi dua yaitu pengendalian keuangan yang terkait dengan
peraturan atau sistem aliran uang dalam organisasi. Pengendalian organisasi yakni terkait
dengan pengintergrasian aktivitas fungsional ke dalam sistem organisasi secara
keseluruhan 16.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Overview SOTK Dinas Kesehatan Provinsi
Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda, setelah
mendapat persetujuan dari Menteri bagi Perangkat Daerah provinsi dan dari gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Perangkat Daerah kabupaten/kota. Persetujuan
Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, diberikan berdasarkan
pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar
dan Urusan Pemerintahan. Kedudukan, susunan organisasi, perincian tugas dan
fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
2. Tujuan, ruang lingkup, dan proses perencanaan anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi
Penyusunan perencanaan disusun dengan mengikuti tahapan atau siklus tertentu.
Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis perencanaan, serta
tujuan perencanaan dan konteks perencanaan. Secara garis besar perencanaan sosial
dapat dirumuskan menjadi lima tahapan yang meliputi identifikasi masalah dan
penentuan tujuan.
3. Penggerakan dan pelaksanaan anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi
Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan. Sehingga, penggerakan dan pelaksanaan anggaran di Dinas Kesehatan
dapat berjalan dengan baik apabila perencanaan dan pembiayaan serta ketersediaan
sumber dana dapat diatur dengan baik.

4. Pengawasan dan pengendalian anggaran yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan


Provinsi
Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan daerah dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Pengendalian terhadap anggaran adalah proses untuk
memastikan bahwa anggaran sampai hal yang spesifik dilaksanakan secara tepat dan
efisien.
B. Saran
Penganggaran di Dinas Kesehatan Provinsi terdiri dari perencanaan kesehatan, proses
penganggaran, penerapan anggran, serta evaluasi penganggaran kesehatan. Proses
penganggaran kesehatan sebaiknya dirumuskan dan dilaksanakan dengan tersusun dan
terperinci untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan program
kesehatan dan pencapaian tujuan kesehatan bersama.
Perencanaan anggaran kesehatan merupakan hal utama yang penting dalam proses
penganggaran kesehatan, karena perencanaan anggaran kesehatan merupakan sebuah
proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang
paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Demikianlah makalah ini dibuat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan
penjelasan semata-mata karena kekurangan penulis. Kami sadar dalam penyajian masih
belum menyajikan pembahasan secara menyeluruh, masih banyak yang harus dibahas
mengenai pemahaman terkait Penganggaran di Dinas Kesehatan Provinsi, untuk itu
kritik dan saran yang sangat kami harapkan guna untuk kesempurnaan dan pemahaman
materi, sehingga kedepannya menjadi lebih baik. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.
2. Rahmah, M., & Komariah, E. (2016). Analisis Laporan Keuangan dalam Menilai Kinerja
Keuangan Industri Semen yang Terdaftar di BEI. Jurnal Online Insan Akuntan, 1(1), 43-
58.
3. Pemerintah Indonesia. (2014). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Lembaran RI Tahun 2014, No.23. Jakarta: Sekretariat Negara.
4. Pemerintah Indonesia. (2016). Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah. Lembar RI Tahun 2016, No.18. Jakarta: Sekretariat Negara.
5. Peraturan Gubernur Jawa Tengah. (2018). Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 58
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Semarang: Sekretariat Daerah.
6. Notoatmodjo, Soekidjo., 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.
Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
7. A.A. Muninjaya. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 220-234.
8. Rusniati & Haq, Ashanul. (2014). Perencanaan Strategis dalam Perspektif Organisasi.
Jurnal INTEKNA, No.2, 102-209.
9. Arianie,G & Puspitasari, N. (2017). Perencanaan Manajemen Proyek dalam
Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Sumber Daya Perusahaan. Jurnal Teknik Industri
Undip, 12(3), 189-196.
10. Wiyono, E. (2009). Macam-Macam Penganggaran. http://e-
journal.uajy.ac.id/3428/3/2EA14301.pdf. Diakses pada 19 Maret 2019.
11. Pemerintah Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Jakarta: Sekretariat Negara.
12. Ulfa, Nur. (2013). Pengelolaan Sistem Keuangan Daerah dengan Sistem Anggaran
Berbasis Kinerja. Jurnal Administrasi Publik, 5(2), 377-385.
13. Kemendagri RI. (2017). Peraturan Menteri Dalam Negeri No.86 tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Petubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah, rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Jakarta: Kemendagri RI.
14. Pemerintah Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Lembar RI Tahun 2009, No.144. Jakarta: Sekretariat Negara.
15. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. (2017). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun
2017. Semarang: Dinkes Provinsi Jawa Tengah.
16. Nuning Hindriani, dkk. (2012). Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Dalam
Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran di Daerah (Studi Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Madiun). Jurnal Wacana, 15(3).

Anda mungkin juga menyukai