Kelompok 3/C:
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Dengan adanya makalah yang kami susun ini semoga bisa menambah
pengetahuan bagi kami dan teman mahasiswa lainnya sehingga kita dapat memahami
dan mengerti lebih tentang materi “Kesehatan Kasyarakat KAT”. Saran dan kritik
masih kami perlukan dalam menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................5
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
3.1 Komunitas Adat Terpencil (KAT)...................................................................6
3.1.1 Pengertian Komunitas Adat Terpencil.........................................................6
3.1.2 Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil..................................................8
3.2 Gizi pada Anak Usia Sekolah........................................................................10
3.2.1 Gizi Seimbang untuk Anak Usia 6-9 Tahun..............................................10
3.2.2 Gizi Seimbang untuk Anak Usia 10-19 Tahun..........................................11
3.3 Status Gizi pada Anak Usia Sekolah di KAT................................................12
BAB III PENUTUP......................................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
3.2 Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak usia sekolah merupakan periode rentang usia dimana 4-6 tahun
sebagai taman kanak-kanak dan usia 6-12 sebagai anak usia sekolah. Anak usia
sekolah juga merupakan aset investasi yang akan menjadi generasi penerus bagi
bangsa dimasa mendatang. Karena itu, kebutuhan gizi bagi anak usia sekolah
sangat harus diperhatikan.
Menurut Hikmawati (2016), kebutuhan gizi pada anak usia sekolah perlu
mendapatkan perhatian lebih karena ketika status gizi anak buruk dapat
menghambat pertumbuhan mental, fisik, maupun kemampuan berfikir yang akan
menurunkan produktivitas kerja di masa yang akan datang. Untuk mencapai
status gizi yang balks pada anak sekolah diperlukan perilaku makan yang balk
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi modern.
Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Masalah
gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu
disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan (Titi Rahmawati, 2016).
Salah satu kondisi keadaan gizi pada anak usia sekolah yang patut disoroti
adalah keaadaan gizi di daerah komunitas adat terpencil (KAT). Belum
terjangkaunya akses pelayanan kesehatan yang optimal mengakibatkan keadaan
gizi di daerah KAT juga terhambat, terurtama pada anak usia sekolah.
1. Manfaat Praktis
Dengan adanya makalah ini, diharapkan bisa memberikan informasi
mengenai keadaan status gizi pada anak usia sekolah di KAT.
2. Manfaat Teoritis
Dengan adanya makalah ini, diharapkan bermanfaat dalam ilmu
pengetahuan terutama mengenai gambaran keadaan status gizi anak usia
sekolah di KAT.
BAB II
PEMBAHASAN
Lokasi para tempat tinggal penduduk yang terasing atau terpencil dapat
mengakibatkan banyak sekali permasalahan yang muncul salah satunya
minimnya akses terhadap pelayanan publik dan kesehatan menjadi
terhambat dan menjadi rendah. Komunitas adat terpencil yang sering
berkeliaran di pinggir jalan, kehidupannya kurang layak dan minimnya
kemampuan dalam melakukan sesuatu hal harus perlu dibina kesejahteraan
sosialnya dengan cara memberdayakan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupannya agar sebuah komunitas adat terpencil dapat hidup secara
wajar baik jasmani, rohani maupun sosial sehingga dapat berperan aktif
didalam masyarakat dan pembangunannya.
Di sisi lain, Maria Helena Dua Nita melakukan penelitian di daerah terpencil
yakni di Pulau Semau Kabupaten Kupang. Pulau Semau ini adalah pulau yang
terletak di bagian barat Pulau Timor yaitu sebelah barat Kota Kupang dan secara
administratif pulau ini termasuk daerah terpencil dalam wilayah Kabupaten
Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Suku asli di pulau adalah suku Helong.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sumbangan energi sarapan
pagi dan sosial budaya gizi (pengetahuan gizi, selera makan, kebiasaan makan,
pantangan makan, suku) dengan status gizi anak sekolah dasar. Penelitian
demikian dilaksanakan di 9 SD di Kecamatan Semau Pulau Semau Kabupaten
Kupang. Semua siswa kelas 5 SD yang terdaftar di 9 SD di Kecamatan Semau
yang berjumlah 189 anak adalah populasi terjangkau. Kemudian, sampel yang
diambil sebanyak 112 anak SD. Dari 112 anak SD di Pulau tersebut, sebanyak 45
anak (40,2%) berstatus gizi baik menurut indeks IMT dan umur, lalu sebanyak 25
anak (22,3%) berstatus gizi sangat kurus, dan untuk status gizi kurus ditemukan
sebanyak 42 anak (37,5%) (Helena Dua Nita et al., 2016).
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Komunitas adat terpencil atau disingkat dengan KAT adalah kelompok social
budaya yang bersifat local dan terpencar serta kurang atau belum terlihat dalam
jaringan dan pelayanan baik social, ekonomi, maupun politik.
Usia anak sekolah di bagi menjadi 2 kategori yaitu usia 6-9 tahun atau anak-
anak dan usia 10-19 tahun atau remaja. Pada usia 6-9 tahun, terjadi pertumbuhan
yang cepat sehingga membutuhkan zat besi yang besar. Berdasarkan
KEMENKES, terdapat 7 poin utama agar anak usia 6-9 tahun memiliki gizi yang
seimbang yaitu selalu makan 3 kali sehari di rumah, membiasakan konsumsi
sumber protein, perbanyak konsumsi sayur dan buah, membawa bekal dan air
minum dari rumah, membatasi makanan cepat saji, jajanan manis, asin dan
berlemak, menyikat gigi dua kali sehari dan menghindari rokok.
1.2 Saran
Bagai pemerintah setempat, sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan dari
Komunitas Adat Terpencil, dengan memberikan fasilitas yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Dan bagi peneliti, terutama di bidang kesehatan, bisa
mengkaji lagi bagian-bagian atau kebiasaan-kebiasaan yang perlu diperbaiki agar
masyarakat Komunitas Adat Terpencil khususnya anak-anak, bisa tumbuh lebih
baik dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Annida, Fakhrizal, D., Juhairiyah, & Hairani, B. (2019). Gambaran status gizi dan
faktor risiko kecacingan pada anak cacingan di masyarakat Dayak Meratus,
Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Journal of Health
Epidemiology and Communicable Diseases, 4(2), 54–64.
https://doi.org/10.22435/jhecds.v4i2.218
Harjatmo, T. P., Par’i, H. M., & Wiyono, S. (2017). Penilaian Status Gizi. In Bahan
Ajar Gizi.
Helena Dua Nita, M., Hanim, D., Prasodjo, Poncorini, E., & Suminah. (2016). Pulau
Semau Kabupaten Kupang (Relationship Breakfast and Socio-Cultural With
Nutritional Status of Children Elementary School in Semau Island Kupang
Regency). Penelitian Gizi Dan Makanan, 39(2), 119–127.
Hermanto, & Komaini, A. (2019). Jurnal Stamina Jurnal Stamina. Jurnal Stamina,
2(1), 44–52.