Anda di halaman 1dari 8

Nama : Melki Sindulat

NPM : 1813201083

Semester VI / Kelas B

MID Semester MK : Pengendalian Vektor

Kumpulan Pertanyaan MK Pengendalian Vektor

1. Pada slide disebutkan ada 5 cara dalam pengendalian vektor, pertanyaannya jelaskan
masing-masing cara tersebut dan mohon berikan contohnya yang dapat di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban: 1. Pengendalian Kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk
peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif
namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran
racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot
maupun masyarakat dan hewan peliharaan.
2. Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitik beratkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan
alat penangkap mekanis antara lain, Pemasangan perangkap tikus atau
perangkap serangga, Pemasangan jaring, Pemanfaatan sinar/cahaya untuk
menarik atau menolak (to attrack and to repeal), Pemanfaatan kondisi
panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu,
Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik
nyamuk, Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan
binatang pengganggu, Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu
menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll),
Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari
sarangnya sekaligus peracunan, Pembalikan tanah sebelum ditanami,
Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor
dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya
penarik menggunakan lampu neon).
3. Pengendalian Lingkungan
Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat
bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup
arthropoda. Terbagi atas dua cara yaitu, Perubahan lingkungan hidup
(environmental management), sehingga vektor dan binatang
penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan (filling),
pengeringan (draining), dan pembuatan (dyking), Manipulasi lingkungan
hidup (environmental manipulation), sehingga tidak memungkinkan
vektor dan binatang penggangu berkembang dengan baik. Seperti pengubahan
kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air, lumut, dan
penanaman pohon bakau (mangrouves) pada tempat perkembangbiakan nyamuk.
4. Pengendalian Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang
penggangu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male
techniques), pengunaan bahan kimia penghambat pembiakan (chemosterilant),
dan penghilangan (hybiriditazion).
5. Pengendalian Binatang Penganggu
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya
steril technique, citoplasmic incompatibility, dan choromosom
translocation. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah,
Menempatkan kandang ternak di luar rumah, Merekonstruksi rumah,
Membuat ventilasi, Melapisi lantai dengan semen, Melapor ke puskesmas
bila banyak tikus yang mati, Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya
>20 cm dari lantai.

2. Jelaskan kaitannya tingkat pendidikan dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis
yang tidak memadai sehingga memungkingkan berkembang biaknya vektor penyakit?
Jawaban: Pendidikan berpengaruh pada pengetahuan dan sikap, masyarakat yang
mempunyai pengetahuan yang baik akan memahami cara menjaga lingkungan
yang baik. Jika lingkungan masyarakat sudah baik otomatis vector yang
membawa penyakit akan berkurang.
3. Jelaskan menurut kalian, apa dampak kesehatan yang disebabkan dari vektor lalat dari ke
4 jenis lalat tersebut?
Jawaban: Menurut WHO menyatakan bahwa ada banyak penyakit yang disebabkan oleh
makanan yang dihinggapi lalat seperti, disentri,diare, demam tifoid atau tipes,
kolera infeksi mata, infeksi kulit.
4. Bagaimana lalat rumah tersebut dapat membawa beberapa penyakit dan apa yang
mendasari atau alasan lalat tersebut tidak terkena penyakit yang ia bawa dan ia tetap
hidup?
Jawaban: Lalat rumah dapat membawa sekitar kurang lebih 100 agent penyakit. Selain itu
lalat rumah juga dapat membawa mikroorganisme yang dapat menghasilkan
anti mikroba yang dapat membunuh bakteri patogen pada lalat.
5. Jenis penyakit apa saja yang bisa ditimbulkan akibat dari kecoa dan kutu busu?
Jawaban: Penyakit yang dapat diakibatkan oleh kecok adalah:
1. Typus
2. Toksoplasma
3. Asma
4. TBC
5. Kolera
Penyakit yang dapat disebabkan oleh kutu busu adalah:
Rickettiosis atau penyakit rickettsial adalah salah satu penyakit demam
akut yang spesifik, disebabkan oleh rickettsiae, atau suatu
organism mirip bakteri yang ditukarkan kepada manusia melalui
sector antropoda seperti kutu, pijal, caplak dan tungau.
6. Berikan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pengendalian kimia dan non
kimia?
Jawaban: Kekurangannya untuk metode kimiawi tidak ramah lingkungan, sedangkan
kelebihannya lebih efisien menangkap tikus.
Sedangkan untuk non kimiawi, kekurangannya tidak efisien dalam
menangkap tikus, sedangkan kelebihannya lebih ramah lingkungan.
7. Bagaimana cara metode vakum dalam pemberantasan kutu busu dan apakah aman untuk
dilakukan atau memiliki dampak pada kesehatan manusia jika dilakukan oleh orang yang
belum ahli?
Jawaban: Metode vakum adalah metode yang cukup efisien dalam pengendalian vektor
kutu dengan alat vakum cleaner atau penyedot debu. Vakum Cleaner aman
digunakan karena tidak berdampak pada kesehatan manusia karena tidak
menggunakan bahan kimia sebagai pembasmi kutu busu.
8. Terkait dengan penyelenggaraan pengendalian vector apakah diatur dalam undang-
undang? Tolong di sebutkan undang-undang berapa!
Jawaban: Pengendalian vector diatur dalam PERMENKES: 374/MENKES/PER/III/2010
9. Apa perbedaan dari modifikasi lingkungan (permanen) dan manipulasi lingkungan
(temporer)?
Jawaban: Modifikasi lingkungan atau pengelolaan lingkungan bersifat permanen
dilakukan dengan penimbunan habitat perkembangbiakan, mendaur ulang
habitat potensial, menutup retakan dan celah bangunan, membuat kontruksi
bangunan anti tikus (rat proof), pengaliran air (drainase), pengelolaan sampah
yang memenuhi syarat kesehatan, peniadaan sarang tikus, dan penanaman
mangrove pada daerah pantai.
Sedangkan, Manipulasi lingkungan atau pengelolaan lingkungan (temporer)
dilakukan dengan pengangkatan lumut, serta pengurasan penyimpanan air
bersih secara rutin dan berkala.
10. Apa yang terjadi jika vektor pembawa penyakit musnah, apakah ekosistem akan
terganggu?
Jawaban: Jadi jika nyamuk/vektor musnah dari bumi, dengan sendirinya akan
menghilangkan sumber makanan bagi hewan lain. Ujungnya, menyebabkan
jumlah serangga lain menurun. Jika salah satu komponen dalam rantai
makanan tidak ada maka keseimbangan ekosistem akan terganggu. Ekosistem
dikatakan seimbang apabila komposisi diantara komponen-komponen
tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya
dapat bertahan lama atau kesinambungan dapat terpelihara. Perubahan
ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Putusnya rantai makanan
didalam suatu ekosistem merupakan kehancuran bagi seruluh makhluk hidup
di ekosistem tersebut. Keseimbangan ekosistem terjadi atas adanya
keselarasan antara faktor biotik dan abiotik. Apabila terjadi gangguan difaktor
biotik maupun faktor abiotik, maka keseimbangan lingkungan akan
mengalami gangguan.
11. Jelaskan tentang pengendalian metode fisik serta contohnya?
Jawaban: Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit dengan metode fisik
dilakukan dengan cara menggunakan atau menghilangkan material fisik untuk
menurunkan populasi vektor dan binatang pembawa penyakit. Beberapa
contoh pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit dengan metode
fisik antara lain sebagai berikut:
1) Mengubah salinitas dan/atau derajat keasaman (pH) air
2) Pemasangan perangkap
3) Penggunaan raket listrik
4) Penggunaan kawat kassa
12. Berikan contoh bahwa pengendalian terpadu itu sangat aman dan efektif sekali dalam
penanggulangan vektor?
Jawaban: Contohnya adalah pengendalian vektor nyamuk Aedes Aegypti yang tertuang
dalam Kebijakan Nasional Pengendalian DBD
Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES No.
581/MENKES/SK/VII/1992 ( Lampiran 2) tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue, adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap
pengendalian DBD.
2) Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit
DBD.
3) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian
DBD.
4) Memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program.
5) Pembangunan berwawasan lingkungan.

Penanggulangan DBD di Indonesia juga dapat dilakukan dengan cara


melakukan pengendalian vektor. Pengendalian vektor adalah upaya
menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan meminimalkan habitat
perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor,
mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai
penularan penyakit. Metode pengendalian vektor DBD bersifat local, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman,
habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan sikap dan
perilaku) dan aspek vektor. Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD
yang paling efektif adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM).
Sehingga berbagai metode pengendalian vektor cara lain merupakan upaya
pelengkap untuk secara cepat memutus rantai penularan.

13. Setiap metode pengendalian mempunyai kelebihan dan kekurangan, apa saja
kekurangannya boleh dijelaskan? Dan apa ada syarat-syarat untuk melakukan
pengendalian terpadu?
Jawaban: Kekurangan dari pengendalian vektor terpadu lebih menuju kepada masalah
dan tantangan dalam pengendalian vektor sebagai berikut:
 Masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (malaria, DBD, dan
Filaria) KLB, Kematian, Kecacatan.
 Penganggulangan vektor yang tidak optimal (Fogging salah sasaran,
tempat dan waktu, distribusi LLIN, dll) dan kurangnya keterlibatan
masyarakat.
 Penggunaan insektisida yang tidak rasional dan masih menjadi prioritas
utama.
 Terjadinya resistensi vektor terhadap insektisida.
 Data vektor belum digunakan dalam pengambilan keputusan/evaluasi.
 Masih minimnya data vektor (resistensi vektor, pemetaan dan bionomic
vektor, sibling spesies dan mekanisme terjadinya rasistensi pada vektor,
transovarial, kapasitas vektor).
 Perbedaan Endemisitas antar wilayah di Indonesia yang beragam.
 Belum terlaksananya kegiatan surveilans vektor sehingga masih terjadi
KLB untuk beberapa penyakit TVZ antara lain DBD, Malaria,
Cikungunya.
 Tidak terkontrolnya penggunaan Insektisida termasuk penggunaan
dalam rumah tangga penyakit menular tidak mengenal batas wilayah.
 Mobilitas penduduk dari/ke daerah endemis ke/dari daerah non
endemis.
 Perubahan lingkungan sebagai pemicu munculnya berbagai penyakit.
 Diketahuinya reservoir baru di kera ekor panjang untuk Plasmodium
knowlesi.
 Kesepakatan global untuk melakukan monitoring resistensi vektor dan
mekanisme resistensi.
 Kegiatan pengamatan dan pengendalian vektor merupakan upaya paling
hulu untuk keberhasilan mencegah penularan penyakit tular vektor
belum optimal.
 Integrated Vektor Management (IVM) belum dilaksanakan secara
menyeluruh, baik lintas sector maupun lintas program.
 Belum ada pengelola program khusus surveilans vektor di Dinkes
Provinsi dan Dinkes Kab/Kota.
 Tenaga Entokes dan sarana (insektarium) masih sangat minim.
 KBL (Re/New Emerging Diseases): musim, mobilitas penduduk, dan
perubahan lingkungan fisik dan masuknya new emerging diseases (tular
vektor) melalui inter-national traffic.

Syaratnya adalah lebih ke metode, yang terbagi atas 3:


Pengendalian Vektor Terpadu merupakan kegiatan terpadu dalam pengendalian
vektor sesuai dengan langkah kegiatan (BAB VI) menggunakan satu atau
kombinasi beberapa metode.
Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut:
a) Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk
mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan
populasi vektor secara fisik dan mekanik
Contohnya:
− Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M,
pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan,
pengaliran/drainase, dan lain-lain).
− Pemasangan kelambu
− Memakai baju lengan panjang
− Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier).
− Pemasangan kawat kasa.
b) Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotic
− Predator pemakan jentik (ikan, mina padi, dan lain-lain).
− Bakteri, virus, fungi.
− Manipulasi gen (penggunaan jantan mandul, dll).
c) Metode pengendalian secara kimia
− Surface spray (IRS)
− Kelambu berinsektisida
− Larvasida
− Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV).
− Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, anti nyamuk
bakar, liquid vaporizer, paper vaporizer, mat, aerosol dan lain-
lain).
Untuk lebih jelasnya syarat dan ketentuan pengendalian vektor terpadu tertuang
dalam PARATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 374/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENGENDALIAN
VEKTOR.

Anda mungkin juga menyukai