Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EPIDEMIOLOGI K3

KONSEP VALIDITAS, RELIABILITAS, BIAS, CHANGE, DAN


CONFOUDING DALAM EPIDEMIOLOGI K3

DISUSUN OLEH :
BALQIS MUTIARA RIZKY FADILLA
DARA VERANIKA
NOVA LISTA SILVIA
RIZAL APRIANSYAH

DOSEN MATA KULIAH :

EVA YUSTATI, SKM. MKM.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALMAARIF BATURAJA


PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karuniaNya, makalah ini dapat disusun. Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran dan
panduan kepada mahasiswa sebagai dasar mempelajari keilmuan sehingga mahasiswa dapat
memahami serta menerapkannya. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi
mahasiswa dalam mencapai kompetensi pelaksanaan mata kuliah. Makalah ini tentunya masih
banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang
positif demi perbaikan makalah ini. Besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya.

Baturaja, 25 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
1.3. Tujuan.............................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1. Konsep Validitas.............................................................................................................................5
2.1.1. Prosedur Validitas...................................................................................................................5
2.1.2. Persyaratan Kriteria Pengukuran..........................................................................................6
2.1.3. Jenis-jenis Pengujian Validitas...............................................................................................6
2.2. Konsep Reliabilitas.........................................................................................................................7
2.2.1. Jenis-Jenis Reliabilitas............................................................................................................8
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas..................................................................8
2.3. Bias..................................................................................................................................................9
2.3.1. Pengukuran atau Pengumpulan Data Bias............................................................................9
2.3.2. Jenis-jenis Bias dalam Penelitian..........................................................................................10
2.4. Change...........................................................................................................................................11
2.5. Confouding....................................................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan menjadi sumber segala sesuatu dalam suatu penelitian. Dari permasalahan
muncullah tujuan penelitian yang mengandung variabel-variabel penelitian. Untuk menjawab
tujuan penelitian, diperlukan data. Data ini merupakan gambaran variabel yang diteliti. Data
yang benar akan membawa pada kesimpulan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Benar tidaknya data tergantung pada baik tidaknya instrumen pengumpul data atau pengukur
objek dari suatu variabel penelitian. Penelitian, apapun bentuknya, pada dasarnya adalah
melakukan suatu estimasi tentang permasalahan yang ada di populasi. Penelitian deskriptif
melakukan estimasi terhadap ukuran dan parameter kejadian penyakit dipopulasi. Pada penelitian
analitik fokus untuk melakukan estimasi terhadap adanya hubungan (asosiasi) yang mengarah ke
hubungan sebab akibat. Dalam melakukan estimasi sebaik apapun metode yang digunakan tetap
memungkinkan terjadinya kesalahan estimasi (eror). Untuk itu penting dipelajari tentang
kesalahan estimasi, jenis-jenisnya, sumber-sumbernya dan cara penanggulangannya

1.2. Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan validitas, reliabilitas, bias, change, confounding dalam
epidemiologi K3

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami konsep validitas, reliabilitas, bias, change, dan
confounding dalam epidemiologi K3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Validitas


Validitas adalah menilai seberapa akurat metode penelitian dalam proses mengukur apa
yang ingin diukur. Penelitian yang memiliki validitas tinggi artinya adalah penelitian yang punya
hasil sesuai sifat, karakteristik, dan variasi nyata. Metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif
merupakan metode mempelajari fenomena nyata, artinya validitas data mengacu pada seberapa
banyak fenomena yang akan diukur atau seberapa banyak informasi tak terkait yang turut serta
pada hasil penelitian. Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir,
atau kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan. 

Dengan kata lain sebuah test dapat dikatakan valid hanya apabila interpretasi yang dibuat
berdasarkan hasil tes tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Validitas adalah informasi
yang menunjukkan sejauh mana sebuah alat ukur dapat dipertanggungjawabkan (sah, valid)
untuk tujuan pengukuran tertentu.

Beberapa referensi yang membahas Validitas:

 Cronbach, L. J., & Meehl, P. E. (1955). Construct validity in psychological


tests. Psychological Bulletin, 52, 281–302.
 Loevinger, J. (1957). Objective tests as instruments of psychological theory
[Monograph Supplement]. Psychological Reports, 3, 635–694.
 Embretson, S. (1983). Construct validity: Construct representation versus nomothetic
span. Psychological Bulletin, 93, 179–197.
 Cronbach, L. J. (1988). Five perspectives on validity argument. Dalam  H. Wainer &
H. I. Braun (Eds.), Test validity (pp. 3–17). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

2.1.1. Prosedur Validitas


Semua prosedur untuk menetapkan validitas tes harus mempertimbangkan:

 Hubungan antara skor tes dengan fakta-fakta lain yang independent dan observable dari


trait yang akan diukur (= kriteria)
 Hubungan antara skor tes dengan kriteria à koefisien validitas.

2.1.2. Persyaratan Kriteria Pengukuran


Kriteria yang dijadikan tolok ukur dalam menilai validitas tes harus:

 Relevan
 Observable dan measurable
 Reliabel
 Independen (tidak dipengaruhi oleh hasil tes)
 Tidak bias

2.1.3. Jenis-jenis Pengujian Validitas


Sesuai dengan tujuan penggunaan tes, ada tiga macam validitas:

1. Content Validity (Validitas Isi)

Ukuran sejauh mana  suatu tes valid jika digunakan untuk mengukur tingkah laku tertentu.
Validitas Isi (Content Validity) merupakan suatu pengujian sistimatis terhadap isi suatu tes untuk
menentukan apakah tes sudah mencakup sampel yang representatif dari ‘behavior domain’ yang
akan diukur. Validitas isi biasanya digunakan pada tes yang ditujukan untuk mengukur seberapa
jauh individu telah menguasai suatu keterampilan atau hasil belajar. Tujuannya untuk menilai
apakah item-item tes secara tepat menggambarkan domain atau konstruk yang hendak diukur.

Cara menguji:

 Dibuat perbandingan antara hal-hal yang tercakup dalam tes/soal ujian (secara
proporsional) dengan cakupan isi/materi yang diajarkan (TIU/TIK, indikator tingkah
laku)
 Dinilai oleh ahli à expert judgement

Pengukuran validitas isi suatu test dilakukan dengan membandingkan persentase hal-hal yang
sudah tercakup (secara proporsional) dalam test tersebut dengan persentase hal-hal yang
seharusnya tercakup

2. Criterion Related Validity (Validitas Kriteria)

Menunjukkan efektivitas suatu tes dalam memprediksi performa individu pada aktivitas tertentu.
a. Predictive Validity (validitas peramalan):

Ukuran sejauh mana suatu test valid dalam  meramalkan hal-tertentu.

b. Concurent Validity (validitas diagnostik/validitas konkuren):

Ukuran sejauh mana suatu test valid dalam mendiagnosa keadaan seseorang (dalam hal tertentu)

3. Construct Validity (Validitas Konstruk)

 Ukuran sejauh mana sebuah tes mengukur suatu konstruk teoritis atau trait tertentu.
 Konstruk adalah dimensi psikologis yang telah dirumuskan secara jelas,  rinci dan
operasional
 Tes yang valid untuk mengukur konstruk X belum tentu valid mengukur konstruk Y

Construct Validity digunakan jika:

- Tes homogenous, mengukur konstruk tunggal


- Skor tes ditentukan usia partisipan, atau waktu pelakasaan, atau tes yang digunakan
mengukur proses mental dalam eksperimen sesuai dengan teori tertentu

2.2. Konsep Reliabilitas


Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki
konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang.
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat
dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada
situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur
secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya
sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Berdasarkan beberapa pendapat
tentang pengertian reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas adalah
suatu keajegan suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jka tes tersebut dapat memberikan
hsil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relative sama) jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda,
waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut
alat ukur yang reliable.
2.2.1. Jenis-Jenis Reliabilitas
1. Reliabilitas Stabilitas.

Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit
yang diukur setiap saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator
yang sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya
pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur
skornya haruslah sama atau hampir sama.

2. Reliabilitas Terwakili

Mengacu pada keterandalan masing-masing grup. Menguji apakah penyampaian indikator sama


jawabannya saat diterapkan ke kelompok yang berbeda-beda.

3. Reliabilitas Seimbang (equivqlence reliability)

Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada
waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator
yang berbeda, batasan-batasan operasional, peralatan pengumpulan data, dan / atau pengamat-
pengamat. Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama
bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah.

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas


1. Jumlah butir soal
Banyaknya soal pada suatu instrumen ikut mempengaruhi derajat reliabilitasnya. Semakin
banyaknya soal-soal maka tes yang bersangkutan cenderung semakin menjadi reliable
2. Homogenitas Soal Tes
Soal yang memiliki homogenitas tinggi cenderung mengarah pada tingginya tingkat realibilitas.
Dua buah tes yang sama jumlah butir-butirnya akan tetapi berbeda isinya, misalnya yang satu
mengukur tentang pengetahuan kebahasaan dan yang satunya tentang kemampuan fisika akan
menghasilkan tingkat reliabilitas yang berbeda. Tes fisikan cenderung menghasilkan tingkat
reliabilitas yang lebih tinggi daripada tes kebahasaan karena dari segi isi kemampuan
menyelesaikan soal fisika lebih homogen  daripada pengetahuan kebahasaan
3. Waktu Yang diperlukan Untuk Menyelesaikan Tes
Semakin terbatasnya waktu dalam pengerjaan tes maka akan mendorong  tes untuk memiliki
reliabilitas yang tinggi.
4. Keseragaman Kondisi Pada Saat Tes Diberikan
Kondisi pelaksanaan tes yang semakin seraga akan memunculkan reliabilitas yang makin tinggi
5. Kecocokan Tingkat Kesukaran Terhadap Peserta Tes
Bahwa soal-soal dengan tingkat kesukaran sedang cenderung lebih reliabel dibandingkan dengan
soal-soal yang sangat sukar atau sangat mudah
6. Heterogenitas Kelompok
Semakin heterogen suatu kelompok dalam pengerjaan suatu tes maka tes tersebut cenderung
untuk menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi
7. Motivasi Individu
Motivasi masing-masing individu dalam  mengerjakan suatu instrumen akan mampu
mempengaruhi realibilitas. Perbedaan motiviasi antar  individu dalam kelompok akan
menimbulkan kesalahan acak pada pengukurannya karena individu yang tidak memiliki motivasi
tidak akan mengerjakan instrumen tersebut dengan sungguh-sungguh sehingga jawaban yang
diberikan tidak akan mencerminkan kenyataan yang sebenarnya.
8. Variabilitas Skor
Instrumen yang menghasilkan rentangan skor yang lebh luas  atau lebih tinggi variabilitasnya,
akan memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada menghasilkan rentangan skor yang
lebih sempit , seperti bentuk pilihan ganda cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang
lebih tinggi daripada bentuk benar – salah
2.3. Bias
Bias penelitian adalah teknik di mana peneliti yang melakukan eksperimen memodifikasi
temuan untuk menyajikan konsekuensi tertentu. Hal ini sering dikenal sebagai bias eksperimen.
Bias adalah karakteristik teknik penelitian yang membuatnya mengandalkan pengalaman dan
penilaian daripada analisis data. Yang paling penting untuk diketahui tentang bias adalah bahwa
hal itu tidak dapat dihindari di banyak bidang. Memahami dan mengurangi efek dari pandangan
yang bias merupakan bagian penting dari setiap proses perencanaan penelitian. Sebagai contoh,
sangat mudah untuk tertarik pada sudut pandang tertentu ketika menggunakan subjek penelitian
sosial, yang mengorbankan keadilan.

2.3.1. Pengukuran atau Pengumpulan Data Bias


Cacat dalam pengumpulan data dan teknik pengukuran menyebabkan bias pengukuran.
Bias pengumpulan data juga dikenal sebagai bias pengukuran. Ini terjadi dalam metodologi
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Salah satu bentuk bias pengukuran yang paling umum dalam
penyelidikan kuantitatif adalah bias instrumen. Skala yang rusak akan menghasilkan bias
instrumen dan membatalkan proses eksperimen dalam eksperimen kuantitatif. Metode
pengumpulan data mungkin terjadi dalam penelitian kuantitatif ketika Anda menggunakan
pendekatan yang tidak sesuai untuk populasi penelitian Anda. Misalnya, Anda dapat meminta
mereka yang tidak memiliki akses internet untuk melakukan survei melalui email.

Bias pengumpulan data terjadi dalam penelitian kualitatif ketika pertanyaan survei yang
tidak tepat diajukan selama wawancara tidak terstruktur. Pertanyaan survei yang buruk adalah
pertanyaan yang membuat orang yang diwawancarai membuat praduga. Subjek seringkali sangat
ragu-ragu untuk memberikan tanggapan sosial yang salah karena takut dikritik. Sebagai contoh,
sebuah topik dapat mencoba untuk tidak terlihat sebagai homofobia atau rasis dalam sebuah
wawancara.

2.3.2. Jenis-jenis Bias dalam Penelitian


1. Bias desain
Bias desain terjadi ketika peneliti gagal menangkap pandangan bias yang ada di sebagian
besar jenis eksperimen. Ini ada hubungannya dengan organisasi dan metode penelitian
Anda. Peneliti harus menunjukkan bahwa mereka menyadari hal ini dan telah melakukan
segala upaya untuk mengurangi pengaruhnya. Setelah penelitian selesai dan hasilnya
dianalisis, jenis lain dari bias desain berkembang. Ini terjadi ketika kekhawatiran asli para
peneliti tidak tercermin dalam paparan, yang terlalu sering terjadi akhir-akhir ini.Sebagai
contoh, seorang peneliti yang mengerjakan survei yang berisi pertanyaan tentang manfaat
kesehatan mungkin mengabaikan kesadaran peneliti tentang keterbatasan kelompok
sampel. Ada kemungkinan bahwa kelompok yang diuji adalah semua laki-laki atau
semua usia tertentu.
2. Bias pemilihan atau pengambilan sampel
Dalam penelitian, bias seleksi memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara. Ketika
metode pengambilan sampel mengutamakan penelitian, ini dikenal sebagai bias
pengambilan sampel. Itu terjadi ketika sukarelawan dipilih untuk mewakili populasi
penelitian Anda tetapi mereka yang memiliki pengalaman berbeda diabaikan. Misalnya,
penelitian tentang penyakit yang sangat bergantung pada sukarelawan pria kulit putih
tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh komunitas. Dimana termasuk perempuan dan
orang-orang dari ras atau komunitas lain.
3. Bias procedural
Bias prosedural adalah semacam bias penelitian yang terjadi ketika responden survei
diberikan waktu yang tidak cukup untuk menyelesaikan survei. Akibatnya, peserta
dipaksa untuk menyerahkan setengah pikiran dengan informasi yang salah, yang tidak
secara akurat mencerminkan pemikiran mereka. Jenis bias studi lainnya adalah
menggunakan individu yang dipaksa untuk berpartisipasi, karena mereka cenderung
menyelesaikan survei dengan cepat, sehingga mereka memiliki cukup waktu untuk
menyelesaikan hal-hal lain. Misalnya, Jika Anda meminta karyawan Anda untuk
melakukan survei selama istirahat, mereka mungkin mendapat tekanan, yang dapat
membahayakan validitas hasil mereka.
4. Bias publikasi atau pelaporan
Semacam bias yang mempengaruhi penelitian adalah bias publikasi. Ini juga dikenal
sebagai bias pelaporan. Ini mengacu pada suatu kondisi di mana hasil yang
menguntungkan lebih mungkin dilaporkan daripada yang negatif atau kosong. Standar
publikasi untuk artikel penelitian di bidang tertentu sering mencerminkan bias ini pada
mereka. Peneliti terkadang memilih untuk tidak mengungkapkan hasil mereka jika
mereka yakin data tidak mencerminkan teori mereka. Sebagai contoh, ada tujuh
penelitian tentang obat antidepresan Reboxetine. Di antara mereka, hanya satu yang
diterbitkan dan yang lainnya tidak diterbitkan.

2.4. Change
Theory of Change (ToC) adalah eksplorasi sistematis yang menjelaskan secara
komprehensif tentang bagaimana sebuah perubahan yang diinginkan terjadi atas suatu kondisi
tertentu. ToC menghubungkan antara aktivitas, hasil dan konteks. ToC sangat bermanfaat dalam
menyusun tujuan, rencana strategis dan evaluasi program dengan 3 elemen utama, yaitu:
masalah, solusi, dan perubahan yang diinginkan. Dalam menyusun ToC untuk sebuah program
(misalnya program A), selalu dimulai dengan pertanyaan mengenai “apa tujuan jangka panjang
(perubahan yang diinginkan) program A?” yang diikuti dengan pertanyaan berikutnya “kondisi
seperti apa yang sebaiknya terjadi sehingga tujuan jangka panjang program A tercapai?”
Secara umum, fitur Theory of Change adalah:

1. Memberikan gambaran besar (big picture) termasuk tentang masalah-masalah yang


berkaitan dengan lingkungan atau situasi di luar kontrol
2. Menunjukkan banyak jalan dan upaya berbeda dalam menuju perubahan, meskipun jika
jalan itu sama sekali tidak berkaitan dengan program
3. Mendeskripsikan bagaimana dan mengapa perubahan akan terjadi
4. Dapat digunakan untuk melengkapi kalimat “Jika kita melakukan A maka B akan
berubah karena…”
5. Disajikan dalam diagram dengan teks naratif
6. Bentuk diagram fleksibel sesuai kebutuhan termasuk proses berulang (cyclical
processes), lingkaran timbal balik (feedback loops), satu kotak dapat mengarah ke
sejumlah kotak lain, dan sebagainya
7. Mendeskripsikan apa yang kita pikirkan dalam satu kotak bisa mengarahkan ke kotak lain
(misalnya meningkatnya pendapatan akan mengubah perilaku, di mana ini bisa saja
asumsi atau fakta)
8. ToC ini merupakan alat utama yang digunakan dalam menyusun desain dan evaluasi
program.

Jika keenam fase tersebut telah dilakukan dengan benar dan kita memiliki ToC yang lengkap
untuk program A, maka inilah manfaat yang diperoleh:

1. Hipotesis yang jelas dan dapat diuji tentang bagaimana perubahan akan terjadi yang tidak
hanya memungkinkan kita bertanggung jawab atas hasil, tetapi juga membuat hasil lebih
kredibel karena diprediksi akan terjadi dengan cara tertentu
2. Representasi visual dari perubahan yang ingin dilihat di dalam komunitas dan bagaimana
kita mengharapkannya terjadi
3. Cetak biru untuk evaluasi dengan indikator yang terukur dan keberhasilan yang
teridentifikasi
4. Kesepakatan di antara para pemangku kepentingan tentang apa yang menentukan
kesuksesan dan apa yang diperlukan untuk sampai ke sana
5. Alat komunikasi yang powerful dalam menangkap kompleksitas program A
Theory of Change milik kita (melalui program A) dapat digunakan:

1. Sebagai kerangka kerja untuk memeriksa milestones dan jalur (track)


2. Mendokumentasikan pembelajarn berharga tentang apa yang sebenarnya terjadi
3. Agar proses implementasi dan evaluasi tetap transparan, sehingga semua orang tahu apa
yang terjadi dan mengapa terjadi
4. Sebagai dasar untuk laporan pada penyandang dana, pembuat kebijakan, dan dewan
(dalam organiasi)

Namun, jika membutuhkan informasi yang detail, tabel di bawah ini merangkum komponen
utama yang disarankan literatur dalam membuat ToC yang komprehensif. Mengidentifikasi
‘mengapa, apa, siapa, kapan, dan bagaimana’ yang menghubungkan setiap elemen dengan
intervensi yang lebih besar dapat menjadi cara yang berguna untuk lebih memahami proses
perubahan.

2.5. Confouding
Confounding adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan hubungan
secara keseluruhan maupun sebagian yang dapat mempengaruhi hasil dari studi yang sedang
dipelajari. Confounding atau pengganggu muncul ketika efek dari dua eksposur terkait belum
dipisahkan, sehingga dalam interpretasi, efek yang dipengaruhi oleh suatu variabel dapat
dipengaruhi juga dengan variabel-variabel lain. Dampak dari adanya pengaruh confounding ini
adalah bahwa estimasi hubungan tidak sama dengan efek sebenarnya.

Menentukan variabel yang merupakan confouder :

1. Variabel terkait secara independen dengan hasil (yaitu menjadi faktor resiko).
2. Variabel harus dikaitkan dengan paparan yang diteliti dalam populasi sumber.
3. Seharusnya tidak terletak pada jalur kausal antara paparan dan penyakit.

Contoh confounding :

Misalnya suatu studi menemukan hubungan antara konsumsi alcohol terhadap resiko penyakit
jantung koroner. Namun merokok dapat menjadi variabel pengganggu (confouder) antara alcohol
dan penyakit jantung koroner. Misalkan merokok secara secara independen terkait dengan
penyakit jantung koroner (merupakan faktor resiko) dan juga berhubungan dengan konsumsi
alcohol (perokok cenderung mengkonsumsi alcohol lebih banyak disbanding bukan perokok).

Adanya efek pembaur (confounding) dari merokok mungkin sebenarnya menunjukkan tidak ada
hubungan antara konsumsi alcohol dan PJK.

Pengaruh dari confounding : Faktor confounding jika tidak dikontrol dapat menyebabkan bias
dalam estimasi dampak paparan yang sedang dipelajari. Efek dari confounding dapat
menghasilkan :

1. Adanya hubungan yang diamati pada populasi studi, padahal tidak ada hubungan yang
nyata.
2. Tidak adanya hubungan yang diamati pada populasi studi, padahal terdapat hubungan
yang nyata.
3. Menyalahkan efek yang sebenarnya berhubungan.
4. Membenarkan efek yang sebenarnya salah
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Validitas dan reliabilitas adalah konsep penting dalam penelitian
kuantitatif. Validitas mengacu pada sejauh mana instrumen penelitian benar-benar mengukur apa
yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas mengacu pada seberapa konsisten hasil penelitian
saat diulang dengan cara yang sama.Tidak ada penelitian yang sempurna. Hal yang terpenting
untuk dilakukan adalah bagaimana meminimalisir kesalahan (error) di dalam penelitian.
Kesalahan di dalam penelitian dapat terjadi secara random (chance) dan sistematis (bias).
Chance (random error) dapat dinilai dengan confident interval. Confident interval yang sempit
menunjukkan presisi yang baik. Chance dapat diminimalisir dengan memperbanyak sampel. Bias
dapat berupa bias seleksi dan bias informasi (pengukuran). Bias tidak dapat diminimalisir dengan
menambah jumlah sampel dan tidak dapat dianalisis dengan statistik. Identifikasi bias sebaiknya
dilakukan dari perencanaan desain penelitian. Pengenalan tentang chance dan bias dan cara
menghindari atau mengontrolnya diperlukan oleh peneliti untuk menilai hubungan (asosiasi).
Sehingga hasil penelitian yang diperoleh menggambarkan hal sebenarnya di populasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://lp2m.uma.ac.id/2022/06/30/mengenal-bias-penelitian-apa-itu-jenis-contohnya-bagi-
peneliti/#:~:text=Bias%20penelitian%20adalah%20teknik%20di,dan%20penilaian%20daripada
%20analisis%20data.
https://news.unair.ac.id/2020/07/26/confounding-variable-s-haruskah-dibuang-begitu-saja/?
lang=id
https://www.psikologimultitalent.com/2016/07/pengertian-konsep-validitas-dan-jenis.html
https://www.dosenpendidikan.co.id/reliabilitas/
https://andreaswoitilasukur.wordpress.com/2017/02/09/bias-dan-confounding-pada-penelitian-
epidemiologi/

Anda mungkin juga menyukai