Anda di halaman 1dari 32

Metode Pengendalian Vektor

secara Biologi dan Fisik


ANA UTAMI ZAINAL
UHAMKA 2022
CP MK P3

 Mahasiswa mampu menjelaskan metode pengendalian vector


secara biologi
Materi Pembelajaran

 Pengertian metode pengendalian biologis


 Metode pengendalian vector secara biologi
 Contoh kasus pengendalian biologi
Syarat Metode Pengendalian

Mudah
Peralatan dan
Efektif dilakukan/
Bahan lokal
Sederhana

Aman bagi
Dapat diterima
pengguna dan
masyarakat
lingkungan
Metode Pengendalian Vektor
1. Mengurangi kepadatan vektor
2. Meningkatkan kematian vektor
dewasa
3. Mengurangi kontak manusia
Metode Pengendalian Vektor (2)

1.Naturalistic control
• Manipulasi
• Modifikasi

2. Applied control
• Env.Sanitation Improvment
• Physical-Mechanical control
• biological control…
• Integrated vektor management
Metode Pengendalian Vektor

 Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan


lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik,
kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat
perkembangbiakannya dan/atau perubahan perilaku masyarakat
serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan
local sebagai alternatif. (Pasal 5 PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 374/MENKES/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor)
Peran Serta Masyarakat

 Pengendalian vektor dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat


untuk berperan serta meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta
pengembangan lingkungan sehat.
PVP Secara Biologi
Metode Pengendalian Vektor
pendekatan Biologi
 Pengendalian secara biologi yaitu pemanfaatan predator yang
menjadi musuh vektor dan bioteknologi sebagai alat untuk
mengendalikan vektor.
 Pengendalian metode biologi dilakukan dengan memanfaatkan
organisme yang bersifat predator dan organisme yang
menghasilkan toksin.
 Misalnya, predator pemakan jentik (ikan, mina padi,dan lain
sebagainya), pemanfaatan bakteri, virus, fungi, manipulasi gen
(penggunaan vektor jantan mandul dan lain sebagainya)
 Organisme yang menghasilkan toksin antara lain Bacillus
thuringiensisisraelensis, Bacillus sphaericus, virus, parasit, jamur dan
organisme lainnya.
(1) Predator pemakan jentik

 seperti ikan pemakan jentik dan Copepoda. Ikan pemakan jentik


tidak harus berupa ikan kecil tetapi dapat berupa ikan yang bernilai
ekonomi misalnya ikan mujair, ikan nila, ikan mas dan ikan lele.
 Menyediakan predator alami lalat di alam misalnya Carcinops
pumilio dan tungau dari famili Macrochelidae
(2) Pemanfaatan mikroorganisme

 Mikroorganisme golongan bakteri dan


fungipengendalianlarvasida
 Mikroorganisme ini terdiri dari
i. Bakteri: Bacillus thuringiensis, Bacillus sphaericus, Bacillus subtilis,
Wolbachia pipientis, Bacillus mycoides, Klebsiella ozaenae,
Pseudomonas pseudomallei,
ii. fungi: Beauveria bassiana dan Jamur
entomopatogenMetarhizium anisopliae
(2) lanjutan…

 Mikroorganisme menyerang morfologi tubuh larva atau pupa,


organel sel larva atau pupa, sistem pencernaan, system
pernapasan dan sistem reproduksi larva atau pupa.
(3) Pemanfaatan tanaman pengusir
vector dan binatang penggangu
 Ekstrak tanaman mempengaruhi mortalitas nyamuk/serangga
 Kandungan senyawa aktif pada tanaman, misalx dimana flavonoid
akan merusak permeabilitas dinding sel dan menghambat kerja
enzim sehingga mempengaruhi proses metabolisme pada
serangga.
 Contoh: daun mint, umbi lengkuas, sambiloto, babadotan, daun
alpukat, daun salam, pucuk merah, dan daun zodiac.
 Contoh: Buah bintaro tikus
Buah Bintaro
Pengusir tikus
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam metode biologi ini meliputi:
 1) identifikasi habitat perkembangbiakan dan cara aplikasi
pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit;
 2) melakukan persiapan dan kesiapan alat dan bahan, operator,
dan pemetaan lokasi; dan
 3) melakukan uji efektifitas secara berkala.
(4) Pemanfaatan Rekayasa
Genetika
 Memanfaatkan rekayasa genetika untuk menghasilkan nyamuk yang
memiliki gen letal dominan, strategi disebut Release of Insects Carrying
Dominant Lethal (RIDL)
 Teknik Serangga Mandul (TSM) atau Sterile Insect Technique (SIT)
merupakan metode pengendalian serangga yang spesifik pada
spesies tertentu yang melibatkan proses pemeliharaan, sterilisasi dan
pelepasan sejumlah besar spesies yang cacat secara genetik.
 Spesies yang secara genetik steril ini, dilepaskan ke alam bebas untuk
kemudian melakukan reproduksi dengan serangga liar pada populasi
sasaran.
 Dengan demikian potensi reproduksi spesies sasaran dapat dikurangi.
Bahkan, jika spesies yang steril tersebut dapat dihasilkan dan
dilepaskan ke alam bebas dalam skala besar, maka dapat mencapai
eliminasi total dari spesies yang ditujukan.
lanjutan

 Strain (a.agepty) yg sedang dikembangkan fitur genetic


dihasilkan fenotipe nyamuk betina yang tidak dapat terbang.
 Hasil penelitian: ditemukan hampir seluruh telur hasil reproduksi
nyamuk jantan Aedes aegypt OX513A dengan nyamuk betina
normal membawa gen letal dominan yang diharapkan
•Mechanisms and benefits of RIDL (release
of insects with dominant lethality) and
Wolbachia

•DOI:10.1093/ofid/ofw103
Kelebihan dan Kelemahan PVP
secara biologi
 Cara yang efektif dan aman  Kelemahan teknologi ini ada
pada waktu pelepasan dan
 Ramah lingkungan
jumlah nyamuk jantan yang harus
 Ramah “dikantong” konsisten dalam jumlah besar
setiap minggunya
Agar metode pengendalian
secara biologi ini berjalan efektif
harus:
 1) Memperhatikan tipe habitat perkembangbiakan;
 2) Dilakukan secara berkesinambungan; dan
 3) Memperhatikan rasio atau perbandingan antara luas area dan
agen biologi yang akan digunakan
PVP secara Fisik dan
Mekanis
Metode pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit dengan metode fisik antara lain sebagai berikut

 Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya


untuk mencegah,mengurangi, menghilangkan habitat
perkembangbiakan dan populasi vector secara fisik dan mekanik.
 Fisik: Penggunaan baju lengan panjang & Pemasangan kelambu
 Mekanis: pemasangan umpan, gropyokan
(1) Mengubah salinitas dan/atau derajat keasaman (pH) air

 Metode ini digunakan terutama untuk pengendalian Vektor malaria


di daerah pantai dengan membuat saluran penghubung pada
lagoon sebagai habitat perkembangbiakan Vektor sehingga
salinitas atau derajat keasaman (pH) akan berubah dan tidak
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya larva Anopheles spp.
Langkah-langkah kegiatan dalam metode ini meliputi:
 a) memetakan habitat perkembangbiakan;
 b) mengukur kadar salinitas dan/atau derajat keasaman (pH) air;
 c) membuat saluran penghubung;
 d) memelihara aliran saluran penghubung; dan
 e) memonitor kadar salinitas dan/atau derajat keasaman (pH) air
serta keberadaan larva.
(2) Pemasangan Perangkap

 Metode ini dilakukan dengan menggunakan perangkap terhadap


Vektor pradewasa dan dewasa serta Binatang Pembawa Penyakit
dengan memanfaatkan media air (tempat bertelur), gelombang
elektromagnetik, elektrik, cahaya, dan peralatan mekanik
 Langkah-langkah kegiatan dalam metode ini meliputi:
 a) melakukan pengamatan lapangan untuk mengetahui bionomik
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit;
 b) melakukan penyiapan dan pemasangan perangkap; dan
 c) melakukan pemantauan berkala untuk mengetahui efektifitas
perangkap.
(3) Penggunaan Raket Listrik (4) Penggunaan kawat kasa
Penggunaan kawat
Raket listrik digunakan
kassa bertujuan untuk
untuk pengendalian mencegah kontak
nyamuk dan antara manusia dengan
serangga terbang Vektor dan Binatang
lainnya, dengan cara Pembawa Penyakit,
memukulkan raket dengan cara
yang mengandung memasang kawat kassa
aliran listrik ke pada jendela atau pintu
nyamuk/serangga rumah.
lainnya.
Kekurangan dan kelebihan
metode ini
 Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan
 Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya
 Memerlukan tenaga yang banyak
 Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara terus-menerus
Referensi
 Andiarsa, Dicky (2018). Lalat: Vektor yang Terabaikan Program? BALABA Vol. 14 No.
2, Desember 2018 : 201-214
 Mahdalena, Vivin & Ni’mah, Tanwirotun (2019). POTENSI DAN PEMANFAATAN
MIKROORGANISME DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR NYAMUK. SPIRAKEL, Vol.
11 No.2, Tahun 2019: 72-81
 Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012, Permenkes NOMOR :
374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor
 Halomoan, Josua Tumpal , Fatriyadi Suwandi, Jhons (2017) Pengendalian Vektor
Virus Dengue dengan Metode Release of Insect Carrying Dominant Lethal (RIDL).
Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017
 Aseptianova, Wijayanti , Tutik Fitri., Nuraini, Nita (2017) EFEKTIFITAS PEMANFAATAN
TANAMAN SEBAGAI INSEKTISIDA ELEKTRIK UNTUK MENGENDALIKAN NYAMUK PENULAR
PENYAKIT DBD. Bioeksperime. Volume 3 No.2, (September 2017) ISSN 2460-1365
 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2017
TENTANG STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN
KESEHATAN UNTUK VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT SERTA
PENGENDALIANNYA

Anda mungkin juga menyukai