DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 13
IKRAM AFFANDI
(P00933221027)
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah "Pengendalian Fisik/Mekanis, Biologi dan
Kimia untuk Vektor Nyamuk, Lalat dan Tikus “ dapat terselesaikan dengan baik guna
memenuhi tugas Pengendalian Vektor Dan Binatang Pengganggu di Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata
kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di
masa yang akan datang. Terimakasih
PENDAHULUAN
Masalah umum yang dihadapi dibidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang
besar, dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi, serta penyebaran penduduk
yang belum merata, disamping tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih
rendah. Keadaan ini semua dapat menyebabkan terciptanya lingkungan fisik dan
biologi yang tidak memadai, sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor
penyakit (Myrnawati,2004).
Vektor vektor yang membawa penyakit penyakit serius yang ditularkan kepada
manusia antara lain serangga (lalat, nyamuk, binatang-binatang yang hidup di air
(kerang) binatang yang hidup di darat (anjing, kucing, babi) Penularan penyakit pada
manusia melalui vektor serangga dikenal sebagai arthropod borne disease atau sering
disebut sebagai vektor borne disease Pemutusan rantai penularan dapat dilakukan
dengan mempelajari cara penularan dari penyakit yang ada. Untuk pencegahan
penyebaran penyakit dapat dilakukan pengendalian vektor yang terdin atas
pengendalian lingkungan, pengendalian kimia, pengendalian biologi dan
pengendalian fisika
Pemutusan rantai penularan dapat dilakukan dengan mempelajari cara penularan
dari penyakit yang ada. Untuk pencegahan penyebaran penyakit dapat dilakukan
pengendalian vektor yang terdiri atas pengendalian lingkungan, pengendalian kimia,
pengendalian biologi pengendalian genetic, dan pengendalian fisika
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah bagaimana cara pengendalian fisik/mekanis, biologi dan kimia untuk
vektor-vektor seperti nyamuk, lalat dan tikus .
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara pengendalian
vektor dengan metode fisik/mekanis, biologi dan kimia.
BAB II
PEMBAHASAN
1). Pengendalian dengan cara fisika/ mekanis. Cara ini menitikberatkan pada
usaha penggunaan dan pemanfaatan faktor-faktor iklim, kelembapan, suhu, dan cara-
cara mekanis seperti
d. Pemanfaatan kondisi panas atau dingin untuk membunuh vektor dan binatang
pengganggu.
e. Pemanfaatan suara untuk menolak atau menarik vektor dan binatang pengganggu
a) Pengendalian fisik
b) Pengendalian biologi
c) Pengendalian kimia
Pengendalian kimia adalah metode yang dilakukan dengan cara penyemprotan zat
kimia seperti insektisida kesarang nyamuk seperti selokan,semak semak dan tempat
kumuh. Selain penyemprotan dapat juga dilakukan pengendalian larva nyamuk yang
berada ditempat penampungan air atau tempat yang dapat menampung air.
Penggunakan anti nyamuk bakar juga digolongkan ke dalam pengendalian secara
kimia karena mengandung bahan beracun seperti piretrin. Metode pengaplikasian
insektisida dalam pengendalian nyamuk aedes yaitu dengan metode cold fogging,
metode spraying,thermal fogging dan metode ovitrap.
Lalat merupakan serangga yang termasuk ke dalam ordo diptera yang merupakan
ordo terbesar dari serangga dengan keragaman jenis yang tinggi. Istilah “Diptera”
menunjukkan bahwa kelompok serangga ini memiliki dua pasang sayap pada masa
embrional. Pasangan sayap belakang mengalami perubahan bentuk dan fungsi
menjadi alat keseimbangan yang disebut halter sedang sepasang sayap lainnya
menjadi sayap sejati (Borror dkk, 1992).
Morfologi tubuh lalat pada dasarnya sama dengan ciri umum filum arthropoda
lainnya, yakni terdiri dari 3 bagian utama yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Terdapat
batas-batas jelas yang memisahkan bagian yang satu dari bagian yang lain. Lalat
dikatakan termasuk ke dalam kelas Hexapoda dengan ciri memiliki 6 buah kaki (Hexa
= 6 dan poda = kaki) pada thorax (Suprapto, 2003).
Salah satu jenis lalat yang akan dibahas cara pengendaliannya adalah lalat buah
(Bactrocera). Lalat buah adalah hama yang banyak merusak tanaman buah dan sayur,
tanaman yang terkena serangan lalat buah memiliki daya rusak hampir 50% sehingga
dapat mengganggu hasil panen. Sifat khas lalat buah adalah dapat bertelur di dalam
buah. Larva (belatung) yang menetas dari telur tersebut akan merusak daging buah,
sehingga buah menjadi busuk dan gugur. Hal ini disebabkan karena stadia yang
merusak adalah larva yang menyerang langsung pada buah tanaman
Dari banyak penelitian di temukan bahwa lalat buah menyukai warna kuning .
Hal ini diperkirakan karena pada umunya lalat menggunakan isarat visual untuk
menemukan inangnya dari hasil penelitian meenunjukan perangkap yang berwarna
kuning lebih banyak memerangkap lalat buah dalam jumlah yang tinggi. Dan warna
yang tidak di sukai oleh lalat buah adalah warna biru, jika dalam ilmu pengendalian
lalat buah warna biru tidak di sarankan untuk di gunakan dalam penanganan.
Lalat buah akan aktif saat musim hujan, proses pembusukan akan semakin cepat
jika diiringi serangan jamur. Saat aplikasi pestisida perlu dilakukan dengan aplikasi ke
tanah untuk membunuh pupa yang berkembang di tanah. Dengan karakteristiknya
yang banyak inang, lalat buah sulit dikendalikan.
Secara mekanis pengendalian lalat dapat di lakukan dengan sanitasi lahan seperti
mencangkul / membalikkan tanah agar larva tidak menjadi pupa, serta pupa yang
terlajr terbentuk naik dan terkena sinar matahari sehingga dapat menyebabkan
kematian pada pupa atau membakar sampah, ranting / daun serta buah-buahan yang
terkena serangan, asapnya dapat mengusir hama lalat buah.
Pada penelitiannya lalat buah bisa di kendalikan dengan senyawa Metil Eugenol
yang di dapatkan dari hasil sulingan daun cengkeh, selasih, kemangi, kayu manis, pala
dll. Senyawa Metil Eugenol juga efektif dalam penanggulangan hama tersebut.
Pengendalian dengan tanaman tumbuh bisa menggunakan daun mint, daun kemangi,
daun pandan, dan bunga lavender. Di tanam di sekitar tanaman yang di takutkan
terkena serangan lalat buah.
Penyemprotan dengan dilakukan pagi hari dan dicampur dengan gula pasir
sebanyak 2 sendok makan per tangki untuk memancing lalat memakan pestisida
tersebut.
Tikus adalah mamalia yang termasuk ordo Rodentia dan sukuMuridae. Spesies
tikus yang hampir ditemukan di seluruh negara adalah mencit (Mus spp) dan tikus got
(Rattus norvegicus).
Tikus memiliki kepala, badan, ekor, sepasang daun telinga, mata, bibir kecil
dan lentur, di sekitar hidung tikus terdapat misae. Badan tikus berukuran ±500 mm.
Berdasarkan ukuran badan tikus, terdiri dari kelompok tikus besar panjang badan atau
sedang mencapai ≥180 mm, dan tikus kecil memiliki panjang badan ≤180 mm.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengendalian Fisik-Mekanis
2. Pengendalian Biologis
3. Pengendalian Kimia
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru Pada
awalnya orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak
bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis.
Oleh karenanya pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan
mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-
ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada. Oleh karenanya
pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting
3.2 Saran
Pengendalian harus dilakukan secara terpadu, direncanakan dan dilaksanakan
untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu
DAFTAR PUSTAKA
Handiny, N. F., KM, M., Gusni Rahma, S. K. M., Epid, M., Rizyana, N. P., & KM,
M. (2020). Buku Ajar Pengendalian Vektor. Ahlimedia Book.
Khairiyati, L., Marlinae, L., Waskito, A., Nur Rahmat, A., Ridha, M. R., & Andiarsa,
D. (2021). Buku Ajar Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.
Andiarsa, D. (2018). Lalat: Vektor yang Terabaikan Program?. Balaba: Jurnal Litbang
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 201-214.